TANGERANG | Jika ada kemauan pasti ada jalan. Adagium inilah yang diyakini Selamet Riyadi untuk banting setir dari semula sebagai sopir menjadi pembudidaya ikan lele.
Pria usia 62 tahun ini terus membagikan semangatnya dalam menggeluti usaha di bidang peternakan. Ia sudah delapan tahun dikenal sebagai pemijah ikan lele.
Ketekunan Selamet di tengah peluang bisnis budidaya ikan lele yang sedang naik daun, membuatnya mampu meraup cuan yang tidak sedikit.
Kepada Vinus, Selamet mengaku pernah bekerja sebagai supir Arimbi selama 25 tahun. Antar jemput karyawan KMK. Dari Cikupa ke Jambe.
Baca Juga
Dia nekat berhenti dari pekerjaannya untuk fokus menjadi pembudidaya lele secara menyeluruh. Mulai dari pemijahan, pembesaran, sampai penjualan.
“Dulu kerja di Arimbi selama 25 tahun. Pada tahun 2013 berhenti. Setelah itu fokus belajar pemijahan dan pembesaran ikan lele,” ujarnya saat berbincang dengan Vinus, pada Sabtu, (18/09).
Selamet pernah mengikuti beberapa kali pelatihan. Seperti: Bimtek Diversifikasi Usaha Budidaya Perikanan, Transfer Teknologi Nutrisi Pakan Alami dan Buatan, dan Pelatihan Budidaya Ikan Hias dan Ikan Konsumsi.
Selain itu, dirinya juga sudah mendapat Sertifikat Operator Budidaya Perikanan. Usaha yang ia geluti selama delapan tahun kini sudah mendapatkan hasil.
Selamet mengatakan, lele yang dijual ukuran 5 sampai 8 cm. Tak hanya itu, ia juga menjual indukan lele. Berbagai jenis.
Untuk ukuran 5-6 cm dijual dengan harga 200 rupiah. Sedangkan ukuran 7-8 harganya 250 rupiah. Itu jika partai besar. Kalau eceran harganya beda, lebih mahal.
Adapun jenis lele yang dijual berupa Sangkuring dan Mutiara. Menurutnya, budidaya lele dari pemijahan sampai bisa dikonsumsi membutuhkan waktu 5 bulan.
“Kalau dari ukuran 5-6 cm, tiga bulan sudah bisa dikonsumsi atau dijual. Ukuran daging 10 ekor per kilo, itu hasil pembesaran” tuturnya.
Tata Cara Pemijahan
Selamet menuturkan, berkembang biak merupakan salah satu cara makhluk hidup untuk meneruskan keturunan agar tidak punah. Perkembangbiakan makhluk hidup yang baik, dilakukan sesuai naluri dan tanpa campur tangan dari manusia.
Begitu juga dengan lele. Apabila sudah memasuki waktu untuk melakukan perkawinan atau pemijahan, ikan tersebut akan melakukannya secara alamiah tanpa adanya bantuan dari manusia.
Berikut tata cara pemijahan lele:
Pertama, masukkan induk lele betina dan jantan yang siap dipijah ke dalam kolam. Buat suasana kondusif sesuai dengan syarat hidup ikan lele. Sesekali amati pasangan lele tersebut. Kemudian diamkan selama 24 jam.
Masih kata Selamet, pada pagi harinya, lihat kembali kolam pemijahan. Jika sudah selesai proses pemijahan, maka telur ikan sudah tampak ada disekitaran media injuk.
Kemudian, pisahkan antara indukan dengan telur yang berada di injuk ke dalam kolam steril. Setelah satau sampai dua hari, telur akan menetas dan menjadi larva lele, beri makan cacing sutra selama dua minggu, baru perkenalkan makanan jenis pelet.
Baca Juga
- Pancong, Kue Tradisional Sejuta Kenangan
- Mang Encuy, Puluhan Tahun Jualan Kembang Tahu Demi Besarkan 9 Anaknya
“Pemindahan indukan ini perlu dilakukan karena ikan lele memiliki sifat kanibalisme. Sehingga jika dibiarkan di kolam pemijahan, maka lele tersebut akan memakan telur-telurnya,” katanya.
Siap Berbagi Ilmu
Pria kelahiran Betawi ini menceritakan, dirinya memulai semuanya dari nol. Hingga kini, area ternaknya menjadi laboratorium pendidikan bagi pelajar maupun masyarakat umum.
Bagi Selamet, selain menghasilkan uang, kesuksesannya dalam pemijahan lele diharapkan mampu menginspirasi yang lain. Termasuk generasi milenial untuk berternak.
Ia juga bersedia mengajarkan anak muda yang tertarik mengikuti langkahnya untuk sukses menjadi seorang pembudidaya ikan lele.
“Siap, datang saja ke tempat saya di Kampung Pabuaran atau Sodong PLN Desa Sodong Kecamatan Tigaraksa, atau bisa menghubungi 0852-8455-6269,” ucapnya bersemangat.
Pengalaman Gagal
Perjalanan usaha Selamet tidak melulu mulus. Pada tahun 2019 ia mengalami kerugian. Ikan lelenya mati semua.
Penyebabnya ialah saat itu cuaca yang tidak menentu. Ditandai dengan curah hujan tinggi, namun tiba-tiba langsung panas.
Hal ini mempengaruhi suhu kolam tempat lele dibesarkan. Berdampak pada suhu air mendadak panas dan ikan lele pada mati.
Menurutnya, daya tahan tubuh benih lele tidak mampu menghadapi perubahan cuaca yang cukup ekstrem.
“Selama satu bulan rugi 4 juta. Namun, ya, disukuri aja Kang,” ujarnya sambil tersenyum.
Keuntungan
Kini, usaha pemijahan lele milik Selamet banyak dikunjungi dari sekitar Tangerang. Ada juga dari Bogor bagian barat. Untuk belajar usaha atau sekadar membeli lele.
Selamet juga mengenang, rintisan menjadi pemijah lele memang tidak mudah. Semenjak dirinya menjadi sopir karyawan, sudah berpikir untuk budidaya ikan berkumis ini.
Ia mengaku, diawal uji coba usahanya tak memiliki banyak modal dan hanya mengandalkan 1 kolam. Hanya butuh 500 ribu untuk membeli terpal dan bibit lele.
“Tahun 2013 saya bertekad memulai budidaya lele, awalnya 1 kolam. Saat ini sudah punya 27 kolam,” ungkapnya.
Kini, Ayah 3 anak dan 5 cucu ini usaha budidaya ikan lele di tanah pribadi seluas 600 meter. Ditemani sang istri tercinta, Sumiati.
Hasil Budidaya lele Selamet bisa meraup 4 sampai 5 juta setiap bulan. Pernah juga sekali panen bisa membeli sepeda motor. “Alhamdulillah,” katanya sambil seruput kopi buatan istri tercinta.
“Dulu modal awal pake uang istri. Uang tersebut untuk dibelikan terpal dan bibit ikan lele,” pungkasnya.
Selamet Riyadi juga menerima tamu yang hanya sekadar ingin bertanya-tanya atau belajar. Rumahnya terbuka. Dan siap berbagi ilmu. |We