spot_img
spot_img

Kristen Ortodoks Syria dan Islam, Serupa Tapi Tak Sama

Foto: Umat agama Kristen Ortodoks Syria sedang menjalankan ibadah (Istimewa).

BELAKANGAN ini, sebenarnya sudah lama juga sih, kita mendengar gosip bahwa sekarang ada metode kristenisasi dengan meniru-niru agama Islam. Tetapi rupanya gosip itu berasal dari orang yang kurang paham sejarah agama.

Yang dimaksud sebenarnya adalah aliran Kristen Ortodoks Syria/Suriah,  sudah ada sejak abad 5 Masehi. Lebih tua dibanding agama Islam yang lahir pada abad 6 Masehi.

Jadi bukan Kristen Ortodoks yang meniru Islam. Bahkan malah ada sebagian kalangan yang mungkin menganggap sebaliknya.

KOS (Kristen Ortodoks Syria) merupakan salah satu sekte aliran Kristen yang ajarannya begitu persis dengan Islam. Mulai dari cara menggunakan peci/kopiah, baju koko, sajadah, sampai jilbab. Sekilas terlihat sama.

Baca Juga

Terlebih lagi dalam tata cara peribadatannya. Ajaran ini juga mengenal salat, namun dengan 7 waktu, yaitu:

1. Sa’atul awwal (Subuh),
2. Sa’atuts tsalis (Duha),
3. Sa’atus sadis (Zuhur),
4. Sa’atut tis’ah (Asar),
5. Sa’atul ghurub (Magrib),
6. Sa’atun naum (Isya),
7. Sa’atul layl (Tengah malam/Tahajud).

Selain tentang salat, KOS juga memiliki pokok-pokok syariat yang mirip sekali dengan Islam, misalnya:

1. KOS berpuasa selama 40 hari yang disebut shaumil kabir, mirip puasa Ramadan.

2. KOS memiliki puasa sunah pada hari Rabu dan Jum’at, mirip dengan puasa sunah Senin dan Kamis.

3. KOS mewajibkan kepada jamaahnya berzakat 10% dari penghasilan kotor (bruto).

4. Kalangan perempuan KOS juga diwajibkan untuk mengenakan jilbab dan jubah yang menutup aurat hingga mata kaki.

5. Pengajian KOS juga sering menggunakan tikar/karpet (lesehan), layaknya umat Islam yang sering mengadakan pengajian dengan hal semisal.

6. Mengadakan acara Musabaqoh Tilawatil Injil dengan menggunakan Al-Kitab yang berbahasa Arab.

7. Mengadakan acara rawi dan selawatan ala KOS mirip seperti apa yang dilakukan oleh sebagian kaum muslimin.

8. Mengadakan acara nasyid. Bahkan sekarang sudah ada nasyid “amin al-barokah“ dan qasidah Kristen (dengan lirik yang mengandung ajaran Kristen dengan bahasa Arab).

KOS tidak memakai 12 syahadat iman rasuli umat Kristen. Tapi sebagai gantinya mereka memakai Qanun al-Iman al-Muqaddas.

Penggunaan istilah-istilah Islam sangat sering dijumpai, seperti ”Sayyidina Isa Al-masih” untuk penyebutan Yesus. Mereka juga memakai Injil yang berbahasa Arab (Al-Kitab Al-Muqaddas).

Salat mereka ada juga ruku dan sujud. Bedanya, bila kaum muslimin diwajibkan salat 5 kali sehari, penganut KOS lebih banyak lagi, tujuh kali sehari setiap 3 jam. Masing-masing dua rakaat.

Foto: Umat Agama Kristen Ortodoks Syira sedang menjalankan ibadah (Istimewa).

Di antara kedua agama (Islam dan KOS) memang mempunyai kesamaan sejarah, etnis serumpun, dan kultur (budaya). Adanya Pan-Arabisme di Timur Tengah, misalnya, ternyata bukan ansich milik kalangan muslim. Pemeluk KOS pun, turut memiliki Pan-Arabisme itu. Apa itu Pan-Arabisme? Lain waktu kita béjér-béaskan.

Salah satunya, kalangan KOS turut menyesalkan sikap Israel yang hingga sekarang ngotot menduduki jalur Ghaza milik penduduk Palestina. Menurut Prof. Dr. Nurcholis Madjid, agama Nasrani itu makin klasik makin banyak kemiripannya dengan Islam. “Aliran KOS itu justru lebih murni ketimbang Kristen yang berkembang di Barat”.

Sementara Jalaluddin Rahmat, tidak merasa kaget terhadap adanya banyak kesamaan antara Islam dengan KOS. Pada zaman dulu, orang-orang Islam di Yordania, Syria, dan Lebanon hidup berdampingan dengan orang-orang Kristen, yang dikenal dengan Kristen Maronit. Mereka melakukan tata cara peribadatan hampir mirip dengan cara beribadah umat Islam.

Nah, mau mengakui secara gentleman atas bukti dan fakta sejarah ini, memerlukan kelapang-dadaan kita. Bagi penulis, mengakuinya tidak lantas bermakna dan berdampak atas sakralitas agama. Wong memang begitu adanya. Tapi lain halnya bagi yang sudah terdoktrinasi, yang menutup mata atas fakta.

Jadi, bila kita pahami urutan sejarah, budaya, dan ajaran pokok agama, kita bisa proporsional dalam menempatkan siapa meniru siapa.

Sejatinya, penempatan seperti itu tidak perlu. Karena perkara budaya itu menembus lintas iman. Mengapa kita lebih suka mencari beda? Mengapa kita tidak mencari sama!

Maka, alih-alih mau mewanti umat dengan cara agar tidak berlaku tasyabuh, dengan cara merasa khawatir dan menuduh ada agama baru yang memiliki ritual ibadah mirip dengan Islam, dengan fakta dan bukti sejarah yang tersaji diatas, wanti itu malah jadi bumerang.

Bila ada kemiripan dan kesamaan, tidak lantas bermakna bahwa itu merupakan ancaman dan gangguan bagi Islam. Bahwa kita khawatir umat terjebak praktik tasyabuh, itu menjadi tanggung jawab kita untuk memilah dan memberikan pencerahan.

Tapi, pencerahan itu disampaikan dengan cara cerdas, berbasis bukti dan fakta. Bukan hanya bermodal katanya. Apalagi hanya sekadar berbagi broadcast di WhatsApp group tanpa dikomparasi dengan sumber dan referensi lain.

Mengapa kehati-hatian itu penting bagi kita, yang notabene adalah kalangan terdidik? Karena penjelasan dengan cara konyol (KOS dianggap menyerupai Islam dan karenanya merasa khawatir dan terancam) itu bisa mendegradasi kecendekiaan kita. Emang masalah? Banget bro! Anda mau gelarmu hanya jadi hiasan?

Bisa jadi, bila belakangan ini marak nyinyiran atas agama yang selama ini kita yakini sebagai sesuatu yang luhur dan mulia, adalah karena pembelaan kita atas agama yang kita lakukan dengan cara yang konyol. Wallahualam.

*Ditulis oleh: M. Zazuli dan Ocit Abdurrosyid Siddiq.

Loading

VINUS TV

BERITA TERBARU

IKLAN

spot_img
spot_img

BERITA TERPOPULER

IKLAN

spot_img
spot_img

BERITA TERKAIT

Menularkan Optimisme Sirekap Pilkada 2024

Nomor Urut dan Persepsi Publik

Quo Vadis Sirekap Pilkada 2024

Stagnasi Rekrutmen Kader Baru PMII Di Kampus

Dialektika Kaum Muda di Pilkada

Data Bersih, Pilkada Rapih

IKLAN

spot_img
spot_img
spot_img
spot_img

SEPUTAR BANTEN

IKLAN

spot_img
spot_img
spot_img

SEPUTAR DESA

Masyarakat Pasir Bolang Demo Alfamart