Cerita pendek oleh: Budi Sabarudin (Budi Euy)*
NEGERI Orowodol gempar segempar-gemparnya. Penyebabnya, seorang politisi yang dijuluki si Lidah Emas dirampok begal. Lidahnya dibawa kabur. Entah ke mana. Mungkin ke tempat persembunyiannya di tengah hutan. Mungkin.
Peristiwa yang sangat ganjil dan mengerikan itu terjadi di penghujung malam, kira-kira sekitar pukul 03.00 malam.
Pada malam itu, tepatnya malam jumat, istrinya yang juga seorang biduan dangdut baru pulang manggung dari luar provinsi sekitar pukul 02.00 malam
Sang Biduan langsung memberikan hadiah sebuah kecupan hangat di kedua pipi suaminya yang sedang tidur sambil membisikkan lagu “Selamat Malam Duhai Kekasih”, sebuah lagu yang selalu diminta suaminya ketika mereka akan beranjak tidur, atau ketika mereka jalan-jalan berdua mengendarai mobil ke tempat wisata.
Baca Juga
- Catat! Tujuh Barang Ini Wajib Ada di Dalam Mobil Saat Pandemi
- Bantu Pasien Isoman, Dewan PKB Tangerang Bagikan Paket Sembako
Untuk menghibur suaminya di sepanjang perjalanan, Sang Biduan selalu menyanyikan lagu Selamat Malam Duhai Kekasih, sedangkan suaminya mengendalikan setir mobil sambil menikmati lagu tersebut dengan begitu mendalam. Edan, ini lagu bener-bener edan. Lagu tingkat dunia, kata si Lidah Emas dalam hati.
Lagu dangdut itu lagu favorit si Lidah Emas. Ia dulu pernah tergila-gila dengan lagu itu, dan bahkan pernah tergila-gila pula pada penyanyi dan pencipta lagunya. Sungguh hebat lirik lagu itu, penyanyinya juga dahsyat dalam membawakan lagu itu, kata si Lidah Emas, suatu kali.
Sang Biduan kemudian tidur. Namun baru saja satu jam tidur sambil memeluk perut suaminya yang buncit, Sang Biduan tiba-tiba merasakan ada keanehan-keanehan.
Dari kejauhan Sang Biduan mendengar suara srigala yang melolong-lolong, disusul kemudian suara burung celepuk dan burung sirit uncuing. Kedua burung itu terus menerus bernyanyi di atap rumahnya.
Diantara suara burung celepuk dan burung pengirim tanda kematian itu, Sang Biduan juga mendengar suara segerombolan babi hutan yang mengendus-ngendus di sekitar rumahnya serta suara balapan motor entah di mana.
Suara-suara itu membuat malam yang sunyi dan dingin semakin mencekam dan benar-benar menyeramkan.
Tiba-tiba Sang Biduan merasakan seperti melayang pada dunia asing, dunia ilusi, dunia yang tak bisa dipahami secara nalar. Mendadak bulu kuduk Sang Biduan berdiri. Sementara suaminya tidur lelap dan mendengkur begitu nyaringnya, namun lama-lama, suara dengkuran itu semakin aneh, seperti suara kerbau yang disembelih.
Sang Biduan semakin kaget, karena tiba-tiba saja ia merasakan seperti ada yang meniup lembut pada tengkuknya, lalu dengan cepatnya muncul dua sosok hitam membekap mulut Sang Biduan dengan handuk kecil hingga tak sadarkan diri.
Selanjutnya kedua sosok hitam itu membekap wajah sang politisi dengan handuk kecil pula. Sang politisi berontak, meronta. Namun tenaganya kalah besar dengan dua sosok hitam tersebut. Dengan gerakan yang begitu cepat dan sadis, diambilnya lidah sang politisi setelah membuka paksa mulutnya.
Dengan gerakan bagai kilat, kedua sosok hitam itu berlari keluar rumah menembus malam yang sangat dingin dan sunyi. Mereka membawa lari lidah sang politisi di dalam kantong kresek warna hitam.
Setelah kedua sosok hitam itu menghilang, Sang Biduan siuman, kepalanya pusing, matanya berkunang-kunang. Kemudian ia berteriak histeris, kaget sekali ketika melihat mulut suaminya dalam keadaan terbuka lebar dan bersimbah darah. Darah itu mengalir terus dari mulutnya seperti air yang keluar dari sela-sela batu. Kedua matanya pun terbelalak seperti baru saja kena cekik. Namun nafas suaminya masih ada walau sangat lambat.
Sang biduan segera mengambil handphone lalu memotret dan memvideokan wajah suaminya yang bersimbah darah itu. Kemudian video dan foto-foto itu di-share ke sekretaris partai, ke teman-teman sesama Biduan dangdut.
Dalam sekejap, video politisi si Lidah Emas yang dibegal itu menjadi viral dan membuat penduduk negeri Orowodol bagai disambar petir. Sebab dalam perjalanan sejarah bangsa Orowodol belum pernah ada kasus sekejam dan sekeji ini.
Para pengamat politik mengatakan kasus seperti ini sangat mungkin terjadi pada para politisi lainnya. Akibat pernyataan pengamat itu, para politisi di negeri Orowodol ketar-ketir. Mereka khawatir, panik dan takut nasibnya setragis si Lidah Emas.
Menurut sekretaris partai si Lidah Emas wajib diselamatkan. Ia kader yang sangat berpotensi dan berpengaruh di tubuh partai. Sebab kalau musim kampanye. Yang keluar dari bibirnya adalah puisi, kata-katanya sihir bagi massa, suaranya penentu kemenangan partai. ” gawat kalau si Lidah Emas tak bisa diselamatkan,” ujarnya.
Dalam waktu cepat, serombongan polisi datang ke rumah si Lidah Emas bersama puluhan wartawan. Para pengurus partai. Massa partai pun berdatangan.
Tak lama kemudian peristiwa tersebut menjadi trending topic dalam berbagai media, yang umumnya mengangkat judul berita, “Politisi berjuluk si Lidah Emas dirampok, Lidahnya Dibawa kabur.”
Aparat kepolisian langsung melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP). Polisi menemukan barang bukti berupa handuk kecil warna hitam yang berlumuran darah yang diduga digunakan begal untuk mencabut lidah politisi itu. Untuk sementara polisi menyimpulkan perampokan pada si Lidah Emas dilakukan oleh residivis kelas kakap spesialis organ-organ tubuh manusia. Polisi berjanji akan terus memburu dan menangkap begal tersebut.
Pada saat itu juga korban dibawa ke rumah sakit, para dokter memutuskan bahwa sang politisi wajib dirawat. Dokter-dokter terbaik di negeri Orowodol dikerahkan untuk merawat sekaligus menyembuhkan politisi tersebut.
Sementara Sang Biduan tak henti-henti menangis. Bahkan di sela-sela tangisannya itu Sang Biduan kerapkali teriak- teriak seperti orang gila hingga akhirnya pingsan.
Dua bulan sudah politisi itu dirawat. dokter sudah menyatakan sang politisi boleh pulang. Lidah sang politisi yang hilang terpaksaa diganti dengan lidah palsu yang terbuat dari plastik yang sangat elastis.
Namun yang menjadi masalah dan belum ditemukan solusinya, rahang politisi itu menjadi kaku dan sangat sulit dikatupkan. Namun Akhirnya politisi itu dibawa pulang juga oleh istrinya, Sang Biduan. Selama perjalanan dari rumah sakit dan ketika sampai di rumah, mulut sang politisi itu dalam keadaan terbuka karena tak bisa dikatupkan lagi.
Entah dari mana datangnya berbagai jenis lalat masuk ke dalam rumah, dalam seketika sang politisi dikerubungi lalat. Ribuan lalat hinggap di mulut politisi itu. Sang Biduan terpaksa mengusir lalat itu dengan mengibas-ibaskan kipas di tangannya. Namun mengusir lalat sebanyak itu dan di setiap saat, bagi Sang Biduan tentu sangat capek juga.
Atas kebijakan partai, ribuan massa partai dikerahkan menjaga rumah si Lidah Emas. Tugas mereka hanya satu yakni mengusir lalat agar tidak masuk ke rumah si Lidah Emas, dan yang paling penting agar tidak hinggap di mulut si Lidah Emas.
Ribuan massa partai dibekali alat tepukan lalat yang terbuat dari plastik. Mereka dibagi dalam empat shift, yakni shift pagi, sore dan malam hari.
Nun jauh di sana dua sosok hitam yang membawa kabur lidah politisi itu terkaget-kaget. Setelah mereka mengawetkan lidah politisi itu selama dua bulan, mereka sangat marah dan jengkel sekali, rupanya lidah sang politisi itu bukan terbuat dari emas, tidak ada kandungan emasnya dan bahkan tidak ada emasnya sama sekali, melainkan hanya lidah biasa yang terbuat dari daging yang kenyal.
“Aaaahhh brengsek. katanya si Lidah Emas, ternyata lidah palsu,” kata salah satu si sosok hitam sambil tertawa terbahak. “Bajingan, kita benar-brnar tertipu. Bangsat,” jawab salah satu sosok hitam lainnya dengan perasaan marah. Lalu, dilemparkannya lidah itu ke anjing-anjing buruan milik mereka.
Parakan, Bandung 2021.
*Penulis adalah Pendongeng Keliling Nusantara. Kini dalam keadaan sakit stroke di Bandung.