spot_img
spot_img

Resensi Kitab Karya Ulama Muda Banten

Kitab Al-Fikratu al- Nahdiyah fi Ushuli wa Furu Ahli Sunnah wal Jama’ah karya KH. Imaduddin Utsman.

RESENSI | Sistematika penulisa kitab Al-Fikratu al-Nahdiyah fi Ushuli wa Furu’i Ahli Sunnah wal Jama’ah ini mengikuti kaidah umum, sebagaimana kitab klasik ditulis, terutama kitab fikih. Diawali dengan bahasan thaharah sebagai bab pembuka dengan segala kajian permasalahannya.

Kitab karya KH. Imaduddin Utsman ini terdiri dari 7 bab, 52 pasal, dan 165 kajian masalah. Di dalamnya tidak hanya membahas fenomena ikhtilaf terkait ubudiyah. Namun kitab ini juga membahas akidah (teologi) Asy’ariah Maturidiyah sebagai konstruk landasan akidah umat Islam dalam payung besar bernama ahli sunah waljamaah.

Pada halaman 4 dijelaskan, bahwa yang dimaksud ahli sunah waljamaah adalah mereka yang mengikuti manhaj akidah imam Abu Hasan al-Asy’ari dan Abu Mansyur al- Maturidi.

Dan ternyata madaahib al-arba’ah (mazhab empat) yaitu Imam Hanafi, As-Syafe’i, Maliki, dan Hambali masuk dalam satu gerbong besar pemikiran yaitu, mengikuti akidah Asyariah ini. Sebagaimana pendapat Tajudin As-Subqi (atthabaqat as-Syafiiyah lisubqi) yang dijadikan referensi oleh sang mu’alif.

Baca Juga

Jadi, secara tidak langsung kitab ini mengonfirmasi bahwa golongan Islam non madzhab atau tidak mengikuti paham Asyariah dalam akidah bukan bagian dari ahli sunah waljamaah.

Karena terminologi ahli sunah waljamaah muncul sebagai fenomena jawaban perseteruan antara Mutazilah dan Jabariyah.

Kitab ini walaupun tidak berukuran “babon”, tetapi padat dan berbobot. Karena didasarkan pada maraji otoritatif dari kitab-kitab para mujathid mutlak.

Hal yang unik dan menarik, penulis menyajikan hidangan permasalahan-permasalahan yang sering dihadapi masyarakat umum, tetapi sering dianggap “kesesatan” dalam kehidupan riil menyangkut ibadah. Baik yang fardu ain, kifayah, ataupun berkedudukan sunah yang biasa dilakukan warga NU. Semisal salat sunah Rebo Wekasan atau tolak bala.

Menurut kitab ini, dibolehkan dengan syarat niatnya adalah salat sunnah hajat untuk mencegah marabahaya. Dalam halaman 38 dijelaskan:

 لايجوز ان ننوي  مثل  اصلي سنة ليوم الاربعاء الاخر من صفر ولكن ان ينوي المصلي اصلي سنة الحاجة لدفع البلاء لان صلاة الحاجة واردة عن النبي صلي الله عليه و السلام.

Membaca lebih lanjut kitab ini membawa pembaca pada permasalahan-permasalah yang menantang. Kenapa menanatang? Karena hal-hal yang biasa di kaji dalam bathsul masail oleh penulis disajikan dalam kitab ini.

Sehingga memudahkan pembaca mencari jawaban tanpa harus berselancar membuka lebaran-lembaran kitab induk yang beratus halaman, berpuluh bab, serta berbilang-bilang kitab.

Di kitab Al-Fikratu al-Nahdiyah fi Ushuli wa furu Ahli Sunnah wal Jama’ah tinggal melihat daftar isi, kemudian membuka halaman sesuai permasalahan, maka pembaca menemukan jawaban yang didasarkan pada pendapat-pendapat ulama Syafi’iyah. Lengkap dengan sumber rujukan dan qaul ulama yang dijadikan refernsi.
 
Sebagai contoh sajian permasalahan dalam kitab ini yaitu, tentang fenomena amaliah yang biasa dilakukan oleh kebanyakan masyarakat nusantara. Amaliah warga nusantara sering menjadi bahan bullyan dengan istilah bid’ah dhalalah. Kitab ini menepis tuduhan itu dengan dasar pijakan keilmuan tradisi pesantren.

Jika dianalisis, ini menunjukan dinamisme dalam memposisikan teks-teks hadis. Amaliah ulama Banten ketika Rebo Wekasan melaksanakan salat talak bala jelas ini menggunakan kaidah ushul الامور بمقاصدها  tidak semata terpaku pada teks hadis.
 
Di atas sebagai contoh jika kitab Al-Fikratu al-Nahdiyah fi Ushuli wa Furu Ahli Sunnah wal Jama’ah memberikan solutif. Tidak terjebak pada teks-teks agama yang bersifat normatif tanpa dibarengi pemikiran dan konteks permasalahan. Dari itu, kyai tidak mudah menuduh segala sesuatu yang tak dilakukan rasullah tertolak alias dhallaah.

Kitab ini pula menghidangkan alam pikiran kaum NU yang mempercayai kedudukan auliya atau para wali. Sehingga di halaman 224 – 227 dikupas tentang jenis-jenis sebutan wali, termasuk tentang khariqul adat.

Kitab ini patut dimiliki oleh para kyai, ustad, ataupun dosen yang mengkaji hukum Islam dan tradisi pemikiran keislaman. Keunggulan kitab ini adalah seumpama kantong ajaib yang dimiliki oleh doraemon.

Setiap permasalahan umat mampu dijawab, karena ada 165 permasalahan yang sering muncul dalam kehidupan di masyarakat. 165 permasalahan ini sesungguhnya merupakan kunci pembuka untuk menjawab permasalahan lainnya.

Baca Juga

Dasar-dasar konstruk pijakan dalil kitab ini bersumber pada kitab-kitab babon, diantaranya kitab Raudhah at Thalibin, Tuhfah al-Muhtaj, al-Majm”u, Hasyiah Buzaerimi, Mughi al-Muhtaz, Fathul Bari, dan lainnya.

Hidangan yang disajikan oleh mualif kitab ini cukup luas, permasalahan ubudiyah tuntas dibahas dari thaharah hingga muamalah. Semisal perbangkan pun ikut dibahas.

Disamping hal furuiyah terkait membaca al-Quran bagi si mayit di pekuburan, ada pula  bahasan terkait maulid Nabi Muhammad saw. dan sejarah yang melingkupinya. Bahkan hukum mengucapkan hari natal ikut dikaji.

Bab 2 halaman 232 membahas Nahdlatul Ulama, Asas Dasar (Qonun NU). Adapun asas NU secara pemikiran diantaranya: pertama, moderat dan adil dalam menyikapi permasalahan.

Kedua, tasamuh atau toleran kepada sesama insan. Ketiga, tawazun seimbang atau proporsional dan yang ke empat adalah amar ma’ruf nahi munkar.

Bahasan ahli sunah waljamaah difokuskan pada dua tokoh pendiri Asyariah-Maturidiyah, yaitu Abu Hasan Al- Asyari dan Abu Manshur al- Maturidi yang ajarannya tertuang dalam kitab-kitab khas Asyari’ah-Maturidiyah. Seperti kitab; Maqalat al- Islamiyiin wa Ihtilafi al-Musholin li al-Imam al-Asya’ri, al-Aqidah al- Thahawiyah li-ibn Ja’far al- Thahawi, al-Aqidah al-Sanusiah al-Kubra li Muhammad Yusuf al-Sanusiah.

Inti bahasan dianataranya rukun iman, tak’wil sifat Allah, sampai tentang melihat Allah kelak di akhirat. Lihat bab 3 halaman 248.

Bab 4 halaman 364 membahas tentang firqoh golongan di luar ahli sunah waljamaah, yaitu Syi’ah, Mutazilah, Khowarij, dan Murjiah. Selanjutnya Jabariah, Qodariyah, Mujasimah dan Wahabiyah ada di halaman 276.

Bab 5 dan 6 seputar madahibul arba’ah dan membahas dan thobaqoh Imam Syafe’i. Bab penutup menghidangkan tokoh tasauf rujukan ulama Nahdlatul Ulama, yaitu Abi Qosim Junaidi al-Bagdadi dan Imam Al- Ghazali.

Demikian sekilas tentang kitab Al-Fikratu al-Nahdiyah fi Ushuli wa furu Ahli Sunnah wal Jama’ah. Untuk lebih jelasnya silahkan baca kitabnya secara langsung.

Sekilas Tentang Penulis KH. Imaduddin Utsman, MA.

Foto: KH. Imaduddin Utsman.

Beliau kini sebagai pengasuh Pondok Pesantren Nahdaltul Ummah Kresek Kabupaten Tangerang, sekaligus sebagai Ketua RMI PWNU Propinsi Banten.

Kitab-kitab yang telah ditulis oleh beliau diantaranya:

  1. Al-Fikratu al- Nahdiyah fi Ushuli wa Furu Ahli Sunnah wal Jama’ah;
  2. At-Thaaruf fi Ilmi at-Tasauf;
  3. Al-Burhanu ila Tajwidi al- Qur’ani;
  4. As-Syarah al-Maimun fi Syarah Jauhar Maknun;
  5. Nihayatuh al- Maqsudi fi Syarhi Nadhomi al-Maqsudi’;
  6. Al-Ibanah fi syarhi Matni Ruhbiyah;
  7. An-Nailu al-kamilu fi Syarhi Matni al-Awamili;
  8. Talhisu al- Hushuli fi Ilmi al- Ushuli;
  9. Al-Muhimmah fi Syarhi al-Baiquniyah;
  10. Al-Anwaru al-Batiniyah fi Jauhari an-Nahwiyah;
  11. Fathul al-Muniru fi syarhi Mandumati at-Tafsiri;
  12. Saat ini penulis sedang menyusun kitab Fiqh Nusantara.

Dari nama-kitab yang telah ditulis, KH. Imaduddin menunjukan beliau cukup produktif menyusun kitab dalam bahasa arab. Dan berbagai disiplin ilmu meliputi Nahu, Sharaf, Tasauf, dan Mantik (logika). Ilmu Tajwid, Faraid tak ketinggalan Ushul dan Tafsir. Hal Ini merupakan sesuatu yang langka dikalangan ulama muda Banten.

Kyai Imaduddin mewarisi darah ulama Banten kenamaan yang populer di jazirah arab dan di juluki Saidul ulama Hijaz, yaitu Syekh Nawawi al-Bantani.

Bakat menulis beliau sudah tampak saat nyantri dan kuliah karena menjuarai karya tulis ilmiah berbahasa Arab Tingkat STAIN kala itu, kini UIN Banten. Kebetulan Kyai Imaddudin kakak tingkat saat kuliah, walau adik kelas jauh saat mesantren di Ahabul Maimanah, karena Kyai Imad menyantri terlebih dahulu setelah lulus MA baru lanjut kuliah setelah mempuni dalam kitab kuning.

Adapun sanad keilmuan beliau diawali dari:

  1. Syekh Syanwani Ponpes Ashabul Maimanah Sampang Tirtayasa (Banten);
  2. Syekh Sanja Ponpes Riyadul alfiyah Kadu Kawang Pandeglang (Banten);
  3. Syekh Hasuri Thahir Ponpes Athahiriyah Kaloran Serang- Banten
  4. Syekh Abuya Dimyathi Cidahu Pandeglang (Banten);
  5. Syekh Busthomi Pabdeglang Banten;
  6. Syekh Rafiuddin al- Bantani;
  7. Syekh Hasan Basri al-Karwani;
  8. Syekh Rusdi al-Bantani;
  9. Syekh Sholahuddin al-Kalwani;
  10. Syekh Muhammad ibn Ibrahim ibn Abdul Bais al-Katani al-Askandari (Mesir).

Judul Buku: Al-Fikratu al- Nahdiyah fi Ushuli wa furu Ahli Sunnah wal Jama’ah
Penulis: KH. Imaduddin Utsman Al Bantani
Peresensi: Akhmad Basuni

Loading

VINUS TV

BERITA TERBARU

IKLAN

spot_img
spot_img

BERITA TERPOPULER

IKLAN

spot_img
spot_img

BERITA TERKAIT

Resensi Buku Karya Aktivis Muda Tangerang

Sebuah Novel untuk Para Perindu Banten

IKLAN

spot_img
spot_img
spot_img
spot_img

SEPUTAR BANTEN

IKLAN

spot_img
spot_img
spot_img

SEPUTAR DESA

Masyarakat Pasir Bolang Demo Alfamart