TANGERANG | Bagi masyarakat Indonesia, aneka gorengan selalu menjadi kudapan atau camilan favorit. Selain rasanya enak dan murah meriah, juga cocok dimakan ramai-ramai.
Salah satu aneka gorengan paling spesial dan mudah dijumpai adalah mendoan. Berbeda dengan mendoan pada umumnya, kudapan berbahan dasar tempe berbalut tepung khas Purwokerto hanya digoreng setengah matang.
Teksturnya telihat agak lembek dan basah menjadi ciri khas tersendiri. Mendoan terlihat “basah” lantaran minyak yang membasahi tepung tempe masih melekat saat dihidangkan.
Baca Juga
- Kisah Penambal Ban Online, Dari Berkurban Tiap Tahun Hingga Rencana Berangkat Haji
- Fatmah, Warga Balaraja-Tangerang Jatuh Cinta Pada Orang Gila
Adalah Adang. Usianya baru 38 tahun. Pria kelahiran Gombong, Purwokerto ini sudah 4 tahun berjualan mendoan.
Menurut Adang, awalnya hanya pembeli asal Jawa saja yang menjadi pelanggan.
Numun seiring berjalannya waktu, banyak masyarakat setempat membeli jualannya. Dengan alasan ingin mencicipi kudapan asal Purwokerto tersebut. Selain itu, banyak para pengguna jalan yang mampir.
“Dijual dengan harga 14 ribu/porsi. Setiap porsinya bisa dipotong menjadi 4 bagian. Sehari bisa menghabiskan 50 porsi,” ungkap Mas Adang, sapaan akrabnya.
Lokasinya berada di depan Kantor Polsek Tigaraksa. Percis di samping Indomaret Tigaraksa. Buka dari jam 5 sore sampai 11 malam. Setiap hari Mas Adang bejualan ditemani sang istri.
Agar menjadi pembeda dengan mendoan lainnya, Mas Adang mengaku mendoan buatannya memiliki rasa khas gurih dan berwarna kekuningan. Bumbunya hasil olahan sendiri.
“Membuat bumbu sendiri untuk menjaga cita rasa mendoan ini”, ucap pria yang tinggal di sekitar Tigaraksa itu.
Mendoan paling enak dinikmati saat masih hangat. Apalagi dicocol dengan sambal kecap dengan irisan cabai rawit hijau.
Dan di tempat Mas Adang, pembeli bisa menikmati mendoan yang baru diangkat dari penggorengan. Mengingat mendoan baru akan dibuat begitu ada pesanan yang datang. |We
