BANTEN | Beredarnya salinan buku Kamus Sejarah Indonesia menimbulkan kontroversi. Pasalnya, banyak tokoh tidak dicantumkan dalam buku tersebut, termasuk para pendiri Mathla’ul Anwar.
Menyikapi hal tersebut, Ketua Umum DPP Generasi Muda (GEMA) Mathla’ul Anwar, Ahmad Nawawi Arsyad mengaku sangat kecewa atas terbitnya Kamus Sejarah Indonesia belum lama ini.
Kepada Vinus, Ahmad Nawawi Arsyad mengatakan, dari dua seri yang diterbitkan, sama sekali tidak mencantumkan nama Ormas Mathla’ul Anwar. Apalagi nama para tokoh pendirinya.
Lebih jauh, Nawawi menjelaskan, Mathla’ul Anwar merupakan salah satu Ormas Islam tertua, lahir jauh sebelum proklamasi kemerdekaan tepatnya tahun 1916. Sampai hari ini tetap eksis dan konsisten dengan tiga gerakan utamanya yaitu dakwah, pendidikan dan sosial.
Baca Juga
- Obituary KRI Nanggala 402: Para Pahlawan Dalam Diam
- Langgar Perda, Galian Tanah di Tigaraksa Ditutup
“Mathla’ul Anwar sudah memilki perjalanan sejarah yang panjang, terutama dalam bidang pendidikan. Tentu saja sudah berkontribusi besar bagi kemajuan bangsa, dengan jutaan alumninya yg sampai hari ini berkiprah di banyak bidang di negeri ini,” ujarnya pada Rabu, (28/04).
Nawawi juga menuturkan, sangat naif dan mengejutkan kalau seorang Hilmar Farid sebagai Dirjen Kebudayaan Kemendikbud RI yang expert dibidang sejarah, sampai tidak tau dan mengabaikan fakta keberadaan Ormas Islam Mathla’ul Anwar.
“Keteledoran Hilmar Farid sebagai Dirjen Kebudayaan dan pihak yang paling bertanggung jawab soal ini, sungguh tidak bisa ditolerir lagi, karena sebagai penghilangan fakta sejarah,” ungkapnya.
Atas dugaan keteledoran tersebut, sambung Nawawi, GEMA Mathla’ul Anwar meminta Hilmar Farid segera menyampaikan permohonan maaf secara terbuka kepada Mathla’ul Anwar di media mainstream.
“Jika tidak, maka sebagai bentuk pertanggungjawaban intelektual, sejarah, dan moral, kami meminta beliau dengan kesatria segera mengundurkan diri atau dimundurkan dari jabatan Dirjen Kebudayaan Kemendikbud RI,” tegas Nawawi.
Usulan itu dilontarkan Nawawi, lantaran menurutnya, Hilmar Farid telah melakukan keteledoran yang fatal dan menyinggung keluarga besar Mathla’ul Anwar.
Pria yang juga mantan alumni Sekolah Demokrasi ini menjelaskan, keteledoran Hilmar Farid tersebut sangat membahayakan bagi perjalanan sejarah Indonesia, khususnya generasi muda.
“Kami membayangkan, kalau keteledoran Hilmar Farid ini tidak mencuat dan menjadi sorotan publik, maka rakyat Indonesia, khususnya generasi muda membaca kamus sejarah yang sarat dengan kealpaan tersebut. Bangsa kita bisa menjadi bangsa yang buta sejarah. Ini sangat membahayakan,” paparnya.
Dirinya merasa aneh apabila Hilmar Farid masih dipertahankan. Banyak pihak akan mempertanyakan visi-misi pemerintah, khususnya dalam bidang kesejarahan dan kebudayaan.
Nawawi meminta Kemendikbud secara serius mengevaluasi dan menyusun ulang Kamus Sejarah Indonesia dengan melibatkan banyak pihak.
“Harus penuh ketelitian, kecermatan dan melibatkan banyak pihak yang kompeten, termasuk ormas-ormas. Sehingga terbit kamus sejarah yang komprehensif. Agar bangsa kita akan menjadi bangsa yang menghargai serta menjunjung tinggi sejarah,” pungkasnya.
Sementara itu, aktivis Banten Agus Sumantri menyampaikan, beberapa tokoh muslim yang andil dalam mendirikan bangsa, justru hilang dalam buku Kamus Sejarah Indonesia. Bahkan organisasi sebesar Mathla`ul Anwar ternyata tidak tercantum.
Agus juga merasa tersinggung, lantaran keteledoran dalam penulisan sejarah tidak bisa ditolerir, dan Dirjen Kebudayaan merupakan pihak yang paling bertanggung jawab.
“Sebaiknya copot Dirjen Kebudayaan Hilmar Farid, karena telah menghilangkan fakta sejarah Indonesia,” tandasnya. |We