KATA banyak orang, pendidikan merupakan tangga untuk mencapai sebuah kesuksesan. Pendidikan menjadi salah satu faktor penentu maju atau tidaknya sebuah negara.
Untuk itu, pendidikan harus mendapatkan porsi yang semestinya, terkhusus di kabupaten tangerang. Pemerintah daerah harus betul-betul peduli dunia yang satu ini. Mencerdaskan anak bangsa.
Pemerintah Indonesia kini tengah fokus untuk meningkatkan budaya literasi. Mulai membaca, menulis, dan numerasi (menghitung). Semua instansi digerakkan ke arah sana. Terlebih kementrian terkait.
Melansir dari data PISA (programme for internasional student assessment) sebuah lembaga internasional untuk kualitas pendidikan, menyebutkan bahwa Indonesia pada tahun 2022 menduduki peringkat 11 terbawah dari 81 negara. Dan peringkat 70 dari 81 negara dalam hal membaca atau literasi.
Baca Juga
- Cisadane Saksi Bisu Perlawanan Masyarakat Tangerang
- Masalah Dunia Pendidikan, Dari Kisruh PPDB Sampai Fenomena Kesurupan
Adapun menurut data laporan Kemendikbudristek tahun 2022 budaya, literasi masyarakat Indonesia mencapai 57.4 poin. Nilai ini meningkat dari tahun sebelumnya yang mencapai 54.29 poin. Walaupun ada peningkatan dari tahun sebelumnya, tapi nilai ini belum cukup untuk mencapai negara maju apalagi Indonesia mempunyai wacana menuju generasi emas pada tahun 2045 nanti.
Untuk menuju generasi emas Indonesia, nilai indeks budaya literasi Indonesia harus mencapai 96 poin. Lalu bagaimana untuk meningkatkan nilai indeks tersebut? Apa saja yang harus dilakukan? Bagaimaba caranya?
Kemendikbudristek Indonesia membuat indikator pencapaian budaya literasi. Ada tiga indikator penting. Pertama, masyarakat yang membaca baik melalui media cetak maupun elektronik. Kedua, masyarakat yang mengakses internet. Ketiga, masyarakat yang mengunjungi perpustakaan.
Kemajuan teknologi informasi dan media sosial menjadi pusat informasi baik di dalam maupun di luar negeri secara cepat dan terbuka. Namun, kemajuan teknologi informasi ini tidak diimbangi dengan budaya literasi dan numerasi.
Perhatikan saja beberapa akun dan chanel yang berbau ilmu pengetahuan, pasti lebih sedikit penontonnya, sementara chanel yang berisi hiburan begitu luar biasa. Publik lebih memilih totonan kurang bermutu dibanding sajian edukatif.
Hal ini lantaran minimnya literasi, membuat para netizen gampang terprovokasi dan memberikan komentar-komentar negatif. Saat ini netizen merasa paling tahu segalanya. Mereka maha benar. Tanpa chek and richek langsung berkomentar.
Lebih ironis, pendapat profesor atau pakar di media sosial dengan entengnya dikomentari bahkan direndahkan oleh netizen yang maha tahu itu. Padahal mereka tong kosong nyaring bunyinya. Sangat minim literasi. Bahkan sama sekali tidak menegerti.
Sebentar lagi kabupaten Tangerang akan memilih anggota Dewan Pendidikan. Fungsi dan tugas dari dewan pendidikan adalah menghimpun, menganalisis, dan memberikan rekomendasi kepada menteri atau pejabat daerah baik gubernur atau bupati/walikota terkait keluhan, saran, kritik, dan aspirasi masyarakat terhadap pendidikan.
Dewan Pendidikan harus berperan aktif dalam meningkatkan minat literasi pelajar Indonesia sehingga bangsa ini bisa disejajarkan dengan negara-negara maju di dunia. Jangan sekadar jadi tukang stempel pemerintah daerah saja.
Peningkatan minat literasi pelajar bisa dengan membuka pojok-pojok bacaan di sekolah, taman baca yang tersedia di setiap kawasan bermain, mendirikan perpustakaan di setiap kelurahan atau RT, dan mengadakan perlombaan menulis atau mengarang cerita. Selain urusan pendidikan secara umum.
Dewan Pendidikan tentu dapat memberikan rekomendasi kepada pemerintah daerah. Diharapkan dapat membantu meningkatkan budaya literasi para pelajar di Indonesia khususnya di kabupaten tangerang.
Semenjak keikutsertaannya di program PISA pada tahun 2000, Indonesia belum mampu beranjak dan menempati posisi sepuluh besar, itu artinya Indonesia telah 20 tahun lebih bergabung dengan PISA.
Dengan adanya program peningkatan literasi dan numerasi di sekolah-sekolah, kita berharap para pelajar di negeri ini bisa semakin semangat dalam meningkatkan budaya membaca. Karena hari-hari ini begitu buruk sekali.
Dewan Pendidikan diharapkan bisa membantu memberikan masukan kepada pemerintah. Karena meningkatkan budaya literasi yang tinggi para pelajar Tangerang diharapkan bisa membuka cakrawala dunia.
Dan tentu, usaha meningkatkan budaya literasi bukan hanya tugas guru di sekolah tetapi juga tugas para stakeholder yang terkait. Termasuk Dewan Pendidikan yang hari ini sedang banyak dibicarakan orang.
*Ditulis oleh: Lutfi Kamil Maulana. Founder Rumah Baca Nusantara.