spot_img
spot_img

Obituary KRI Nanggala 402: Para Pahlawan Dalam Diam

Foto: Kapal selam KRI Nanggala 402.

Oleh: Endi Biaro*

SUARA detak jarum jam tembok tak akan terdengar kecuali kita sengaja menyimak. Gerak kehidupan pun senyatanya begitu.

Terlalu banyak aktivitas dan pekerjaan penting yang luput dari pantauan. Abai dari perhatian. Nyaris tak dipandang sama sekali.

Kalaupun kemudian kita tersadar, justru saat perbuatan-perbuatan penting itu hilang atau terganggu fungsi.

Ribuan orang bekerja dalam sunyi —jauh dari selebrasi.

Baca Juga

Padahal peran mereka, boleh jadi, lebih penting dari kiprah politisi yang doyan membual di televisi. Begitu banyak orang-orang yang sejatinya menentukan jalan hidup kita, tersepelekan begitu sahaja.

Catat: entah berapa banyak manusia-manusia yang menjadi penyelamat nyawa dan kehidupan, lepas dari perhatian.

Bapak tua penjaga palang pintu rel kereta. Perawat atau dokter cantik yang berjibaku di ruang persalinan. Petugas pemantau pintu air atau bendungan pengendali banjir. Prajurit rendahan di wilayah konflik. Teknisi di instalasi listrik tegangan tinggi. Atau siapa saja yang bertugas memastikan gudang mesiu dan bahan baku nuklir tak meledak!

Mereka dalam makna tertentu justru adalah pahlawan sesungguhnya. Memastikan bahwa di balik ruang kerja mereka ada nyawa yang harus dijaga.

Memang sekedar bekerja demi upah atau disiplin profesi, tak terkategori heroik.

Namun periksalah lebih cermat: mereka juga mengorbankan banyak hal (lebih dari bayaran yang masuk dompet saban bulan). Di sini ada faktor pengabdian. Kesungguhan.

Cukuplah itu sebagai penjelas jiwa perwira dalam diri mereka. Lantaran bekerja bukan semata buruh upahan.

Niscaya mereka adalah para pahlawan organik (jika mengutip teori Gramsci). Bekerja bukan di belakang meja, tapi di lapangan. Bergumul dengan kehidupan faktual. Hadir langsung untuk mereka yang membutuhkan.

Bila menelaah pada kisah sejarah maka ada beribu-ribu insan pejuang yang terlupakan. Pusara mereka bukan di TMP Kalibata, melainkan entah di mana. Mereka adalah jasad renik yang mengolah tanah air kita hingga selamat sampai detik ini. Pahlawan tanpa catatan, tak masuk dalam buku perjuangan, pasti lebih banyak tinimbang yang dicatat dengan tinta emas.

Rangkai kata pamungkas di artikel ini adalah pengingatan!

Bahwa para penjaga kehidupan ada di mana-mana. Bisa jadi itu tetangga sebelah rumah. Lantas kita hanya terkaget-kaget saat ada yang perlaya.

Pun dengan para prajurit terbaik yang kini tenggelam di 850 meter di dasar lautan. Selama ini kita nyaris tak secuil pun ingat bahwa negeri ini dijaga banyak manusia. Tanpa koar-koar. Minus pencitraan.

Kepada mereka di KRI Nanggala 402, kami turut berduka. Anda semua pahlawan. Meski kami baru sadar di saat kalian semua tak lagi balik ke darat.

Selamat jalan Pahlawan.

* Penulis adalah Pegiat Literasi.

Loading

VINUS TV

BERITA TERBARU

IKLAN

spot_img
spot_img

BERITA TERPOPULER

IKLAN

spot_img
spot_img

BERITA TERKAIT

Data Bersih, Pilkada Rapih

Data Raksasa di Pilkada, No Drama!

Melawan Perang Dusta di Pilkada

KPU, Putusan MK, dan Gerakan Mahasiswa

IKLAN

spot_img
spot_img
spot_img
spot_img

SEPUTAR BANTEN

IKLAN

spot_img
spot_img
spot_img

SEPUTAR DESA

Masyarakat Pasir Bolang Demo Alfamart