Oleh: Endi Biaro*
ACTA DIURNA, sebuah nama latin untuk selembar papan pengumuman, di muka gerbang Istana Romawi. Benda ini berisi pengumuman resmi raja, yang harus diketahui rakyat.
Sejarah jurnalisme (proses mencari, mengolah, dan menyebarkan berita), bermula dari sini. Istilah jurnalistik sendiri, etimologinya, dari kata diurna, menjadi jurnal (catatan harian).
Garis waktu lalu tiba di detik sekarang ini. Kita menikmati berita (atau informasi) dengan cara luar biasa, via sajian dahsyat, serta dalam ragam jenis tak terhingga.
Demi Tuhan! Jangan kalap jika hari ini, ada media dan jurnalis yang jadi corong penguasa. Mereka mungkin punya “nasab” Romawi, tetapi “nasib” penuh ironi.
Namun sejarah jurnalisme dan media tak sekaku itu. Masih banyak deret lian. Tampil tak serupa. Meski kurang populer.
Lantaran ada yang disebut: api sejarah.
Jurnalisme dan media, mau seperti apapun bentuknya, dia akan menorehkan makna jika mengikuti zeitgeist atau semangat zaman.
Baca Juga
- Peringati Hari Jadi, Vinus Hadirkan Acara Pekan 1 Tahun Menyapa Banten
- Urgensi Pemekaran HMI Cabang Kabupaten Tangerang
Percakapan tentang Vinus misalnya, yang sudah setahun ada bersama kita, tak boleh lari dari rumusan ini. Harus tetap konsisten.
Orang-orang hari ini, memasuki genre baru dalam berkomunikasi, yakni proses tribalisasi, kembali memiliki mental purba.
Maunya asal teriak, asal ngomong, pemarah, pemberang, malas mikir, asal senang, ekspresif (semua hal dibuat status), miskin nalar, banyak gaya, mau berkuasa. Ini gaya komunikasi hari ini.
Tambahan: gaya purba suka keramaian, kegaduhan, dan keributan. Tidak peduli benar atau salah. Tak berpikir dampaknya maha dahsyat. Terpenting heboh dan viral.
Mental tribal alias jiwa purba, adalah semau gua. Nilai-nilai kebajikan, kesopanan, rendah hati, hanyut tergerus banjir DKI.
Para pengguna medsos misalnya, adalah pengusung ego sentris. Apa saja dibuat semau-mau. Goyang tiktok, pamer diri, gegayaan, panjat sosial, atau menghina dan membully, dilakukan suka-suka.
Kalaupun mereka menahan diri, itu karena takut terjerat Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik. Atau lebih pamiliar dengan sebutan UU ITE.
Nah dalam hukum purba sekacau itu, bagaimana Vinus memainkan posisi?
Pakai strategi perang Sun Tzu, tarik lawan ke medan yang kita kuasai. Vinus harus berani meninggalkan kaidah jurnalisme klasik, yakni bersikutat dengan sumber-sumber informasi resmi dan terlembaga. Atau mengandalkan opini pakar.
Masuklah ke semangat zaman hari ini, yakni menjadi wahana ekspresi audiens masa kini, yang gila gaya dan main suka-suka.
Rakyat yang gila unjuk diri, senang dimanja, tak mau lelah berwacana, tetaplah jadi sumber berita. Musababnya, bagaimanapun, orang-orang hari ini berani berekspresi. Mereka mau ditonton, tak cuma menonton. Mereka mau bicara, tak cuma dibicarakan.
Mengutip nasehat Lao Tse, datanglah pada rakyat, belajarlah ke mereka. Tentu, Vinus tak harus ikut-ikutan bermental purba. Melainkan cerdas mengolah gaya komunikasi publik yang eksentrik (suka beda, anti mainstream).
Sepengamatan Saya, Vinus agak kurang memainkan peluang ini. Sumber pemberitaan masih bercorak politik, Kekuasaan Sentris, memetik hal-hal resmi melulu.
Baca Juga
- Dukung Raperda Kebudayaan, Perkumpuan Seni Budaya Datangi DPRD Pandeglang
- Satu Jam Bersama Ahmad Syaikhu, Bincang Seputar Pandemi dan Kuasa Tuhan
Padahal, ada begitu banyak narasi publik, yang punya daya gugah, daya kejut, daya hentak.
Anak-anak muda yang kreatif, aneh, dan eksentrik, orang awam yang marah karena soal sampah, Ustadz kampung yang tekun, pedagang yang berjibaku dari subuh, supir truk yang kekurangan sewa, apa saja. Banyak. Mestinya ini terangkat.
Audiens terkini adalah mereka yang mau eksis. Gadis-gadis muda yang banyak aksi, seniman atau pekerja kreatif yang punya karya unik, atau sekedar hal-hal unik dan lucu di sekitaran.
Mestinya Vinus mengolah semua itu. Yakni memberi panggung bagi ekspresi publik.
Para pegiat di Vinus, Saya yakin, punya naluri, jejaring, dan keberanian mengangkat denyut getar kehidupan rakyat. Bergeraklah 24 jam.
Hingga setahun ini, belum ada liputan dunia malam di Tangerang. Padahal isu ini punya daya gugah, daya kejut, dan daya hentak.
Sekiranya formula ini yang menjadi pilihan, Vinus memetik semangat zaman, yakni menyalakan api sejarah. Bukan menjadi abu sejarah.
*Endi Biaro adalah pegiat literasi dan penulis blog terbaik nasional.