Oleh: Aditya Hidayatulloh*
TEPAT pertengahan tahun 2021, sebanyak 77 Desa di Kabupaten Tangerang akan menyelenggarakan pesta demokrasi. Secara serentak. Dalam rentang waktu yang bersamaan.
Tahun ini menjadi kesempatan yang dinanti oleh masyarakat. Setelah enam tahun lamanya menunggu hajat lima tahunan: Pemilihan Kepala Desa.
Aktivitas Pilkades merupakan aktivitas politik yang menunjukkan bagaimana proses demokrasi terjadi di desa. Dalam penelitian Sadu Wasistiono (1993), Pemilihan kepala desa tidak dapat dilepaskan dari perkembangan dinamika politik yang terjadi di desa.
Baca Juga
- Geliat Gerakan Literasi di Lebak Semakin Terlihat, Saung Taman Baca Cerdas Salah Satunya
- Rumah Dea Berani Beda, Hadirkan Tren Baru: Usaha Cuci Helm dan Sepatu
Pilkades tidak semata perebutan kekuasaan atau bagaimana strategi kampanye dilakukan. Terutama untuk mendapat dukungan dari masyarakat desa.
Namun, lebih daripada itu menyangkut gengsi, harga diri, dan kehormatan. Karenanya, seringkali di berbagai daerah proses Pilkades ini menimbulkan konflik di masyarakat.
Di sisi lain, banyaknya bursa pencalonan kepala desa membuat persaingan semakin seru. Dengan adanya dua wajah baru, satu calon lama, dan juga petahana.
Beberapa wajah baru yang hadir sekarang, seperti ingin menunjukkan eksistensi serta ambisi dalam pemilihan kepala desa. Melalui Pilkades serentak.

Seperti yang kita ketahui, untuk menjadi pemimpin setidaknya harus menanam terlebih dahulu, sehingga membuat masyarakat sadar akan perannya. Tidak bisa langsung instan.
Untuk soal ini, Petahana sudah membuktikan kepemimpinannya selama menjabat. Dari mulai pembangunan infrastruktur sampai keaktifan lembaga kepemudaan. Seperti perpustakaan desa, Bumdes, dan juga Karang Taruna.
Tak hanya itu, petahana dinilai dapat menyisir jumlah pengangguran yang ada di desa. Juga soal distribusi bantuan langsung tunai.
Namun, apakah petahana dapat menduduki kembali kursi kepemimpinan? Atau bahkan direbut oleh calon-calon baru dengan segala strategi yang dimiliki.
Penulis berharap adanya demokrasi yang sehat. Demokrasi yang tidak bertolak ukur kepada money politic. Serta menjadikan desa sebagai percontohan demokrasi sesunggunya.
Wajah baru akan bisa mengalahkan petahan melalui kerja-kerja terukur dan sistematis. Bahkan dalam banyak kesempatan, melalui Pilkades serentak sebelumnya, mayoritas petahana tumbang.
Petahana akan semakin kuat, jika awalnya bekerja dengan baik, serius, dan peduli terhadap warga. Masyarakat desa bisa saja mempertahankan petahana untuk kembali terpilih sebagai kepala desa.
Kesempatan petahana untuk terpilih kembali sangat terbuka lebar. Bahkan relatif mudah. Dengan catatan rekam jejaknya dibungkus ulang dan dikomunikasikan dengan baik untuk kemudian disampaikan kepada calon pemilih.
*Penulis adalah pegiat literasi.