TANGERANG | Merintis sejak tahun 2017, Rumah Dea terus berusaha menggaet dan mengedukasi pasar: Tren cuci sepatu.
Rumah Dea didirikan Dede Nova Andriana, Ahmad Daud, dan Aditya Darmawan. Tiga pemuda kreatif ini beranikan diri membuka usaha tidak biasa.
Pasalnya, tren bisins cuci sepatu belum begitu booming. Bahkan di Kabupaten Tangerang belum ada laundry khusus sepatu.
“Yang terima cuci sepatu memang ada, tapi itu laundry pakaian. Di Kabupaten Tangerang, mungkin Rumah Dea satu-satunya laundry khusus sepatu, kalau di kota mungkin sudah ada,” ujar Dede saat diwawancara Vinus, pada Minggu, (24/01).
Baca Juga
- Aryadi, Dari Debt Collector Hingga Pengusaha Resto Pecak Belut
- Umah Wedding Ratu Sukbah, Hadir Berikan yang Terbaik
Atas dasar itulah, Dede bersama dua kawannya menjadikan cuci sepatu sebagai peluang. Satu-satunya alasan mengapa aktivitas bisnis ini memiliki prospek yang menarik.
Namun, tantangan terbesar ialah segmen pasar cuci sepatu sangat sempit. Jika dibandingkan dengan pasar laundry pakaian, masih sangat luas. Dirinya harus mengedukasi masyarakat, agar pasar bisa menerima Rumah Dea.
Pria lulusan Sastra Indonesia Universitas Pamulang ini menceritakan, awal mula mendirikan Rumah Dea ketika melihat usaha Shoes and Care milik dr. Tirta. Tepatnya pada tahun 2017.
Kemudian Ia mulai berselancar di dunia maya. Hasilnya, masih sedikit di Indonesia yang bener-bener konsen pada cuci sepatu.
Selain itu, Dede juga berkesempatan mengikuti pelatihan cuci sepatu. Diinisiasi oleh Ikatan Laundry Indonesia (ILI), di Pamulang, Tangerang Selatan.
“Pesertanya sangat banyak, datang dari berbagai daerah. Namun, ketika saya bertanya ke beberapa peserta, tak ada satu pun yang membuka usaha cuci sepatu. Kebanyakan laundry pakaian yang ingin bisa mencuci sepatu,” tuturnya.
Diakui Dede, selama beberapa tahun terakhir, bisnis laundry sepatu semakin populer. Walau demikian, jumlah pemain bisnis ini masih terbilang cukup sedikit.
Alasannya, sepatu kotor lebih sulit dicuci ketimbang pakaian. Masyarakat membutuhkan solusi cepat dan mudah untuk membersihkannya. Maka menjalankan jasa laundry sepatu menjadi jawaban.
Selain itu, untuk memulainya juga bisa dikatakan tidak terlalu rumit. Dengan keteguhan hati, Dede bersama dua kawannya memutuskan membuat bisnis cuci sepatu, Rumah Dea.
Pria kelahiran 1995 ini menuturkan, modal untuk membangun Rumah Dea tidak terlalu besar. Awalnya hanya untuk membeli sikat dan detergen.
“Modal awalnya mungkin sekitar 300 ribu. Namun, seiring perkembangan, kita mulai membeli mesin uap dan sewa ruko,” ungkapnya.
Mesin uap digunakan untuk mengeringkan sepatu. Sebab, menurutnya jika dijemur langsung di bawah terik matahari, membuat sepatu cepat rusak.
Dede mengatakan, tidak semua jenis sepatu menggunakan air sebagai medium pencucian. Air hanya sebagai alat bilas saja. Selain itu, juga menggunakan chemical khusus serta lap microfiber agar air yang mengendap bisa terangkat.
Butuh waktu kisaran 9 jam hingga 3 hari untuk mencuci satu sepatu. Tergantung bahan yang digunakan. Hal itu demi mendapatkan hasil maksimal.
“Dengan biaya 30 ribu, dapat dipastikan para pelanggan puas dengan hasil laundry di Rumah Dea,” sambung Dede.
Rumah Dea beralamat di Jl. Raya Ilat Kelurahan Balaraja, Kecamatan Balaraja, Kabupaten Tangerang. Dalam sehari, rata-rata lima konsumen datang untuk mencuci sepatu.
Tak hanya cuci sepatu, Rumah Dea juga menerima custom painting sepatu dan jasa cuci helm. Dengan tarif 15 ribu untuk helm biasa dan 20 ribu untuk helm full face.
Dede mengaku, melakoni usaha di usia muda memang sangat sulit. Selain minim pengalaman, juga kurangnya modal.
“Kita terus survive, yang penting Rumah Dea tetap ada. Dan kita habiskan semua kegagalan selagi masih muda,” pungkasnya.
Rumah Dea hadir untuk masyarakat yang kesulitan mencuci sepatu dan mempunyai sedikit waktu. Info lebih lanjut bisa menghubungi 0852-8000-6159. Siap antar jemput dan menjadikan sepatu terlihat seperti baru. |We