TANGERANG | Adalah Nisan, pria usia 59 tahun ini tak rela jika keturunannya sengsara. Sejak istri meninggal pada 2004 silam, Ia banting tulang seorang diri. Guna membesarkan kelima anaknya.
Kini, kedua anak Nisan sudah menikah. Sedangkan 3 lainnya mondok. Sengaja Ia pilih pesantren, agar ketika dewasa punya bekal hidup dan saleh.
“Percuma juga pintar sekolah sampai sarjana kalau tidak rajin salat dan akhlaknya rusak. Makanya anak saya lulus SMP langsung mondok,” ujarnya kepada Vinus, pada Sabtu, (28/11).
Baca Juga
Setiap hari, Nisan mengayuh sepeda dari pagi hingga petang. Menjajakan roti keliling Cisoka atau Kawasan Olek Balaraja.
Nisan tinggal di kontrakan daerah Tigaraksa. Sudah 9 tahun jualan roti. Awalnya di Jakarta selama 5 tahun. Pada tahun 2015 Ia pindah ke Tangerang.
Pria asal Kecamatan Maja Kabupaten Lebak ini belanja roti di pabrik yang ada di Desa Tegalsari Kecamatan Tigaraksa. Seharga 400 ribu. Jika terjual semua, bisa dapat 650 ribu.
Untung kotornya hanya sekitar 200 ribu. Lantaran belum memiliki becak, untuk berjualan, dirinya menyewa 7 ribu/hari. Serta dipotong untuk makan. Dalam sehari, Ia mengaku bisa menabung 150 ribu.
Meski begitu, Nisan selalu bersukur dan semangat untuk berjualan keesokan harinya. Semua Ia lakukan demi anak-anak tercinta.
Harga rotinya bervariasi. Ada yang 5 ribu, 9 ribu dapat 3, dan yang paling besar 10 ribu.
“Kadang-kadang orang kampung nawar. Ya dikasih aja. Asal tidak rugi,” ucapnya sambil merapihkan tumpukan roti yang belum terjual.
Nisan mulai jualan dari pukul 9 pagi. Jika dagangannya cepat habis, magrib sudah ada dikontrakan. Tak jarang juga dirinya keliling sampai pukul 7 malam.
16 tahun sudah Nisan menduda. Ketika ditanya kenapa tidak menikah lagi. Pria yang murah senyum itu menjawab mau membesarkan anak saja.
“Kasihan anak-anak. Pas ditinggalkan ibunya masih kecil-kecil. Jadi fokus jualan roti untuk membesarkan kelima anak saya,” tandasnya. |We
