Oleh: Abdul Haris*
KEBENARAN yang tidak terorganisir akan kalah oleh kebatilan yang terorganisir. Kira-kira demikian kalimat yang disampaikan Ali Bin Abi Thalib.
Dunia sebenarnya sudah bosan melihat konflik yang terjadi di Palestina. Persoalan tersebut bukan lagi masalah agama dan semacamnya, tetapi lebih dari itu.
Mungkin awalnya dunia mengira konflik di Palestina terjadi karena sengketa agama, ras, dan lain-lain. Namun, kini mulai merambat ke persoalan politik dan perebutan wilayah.
Konflik ini tidak serta merta semua berpihak pada Palestina, banyak juga yang berpihak pada Israel. Di Indonesia, khususnya beberapa kaum awam, terjadi pengaburan sejarah di benak mereka.
Baca Juga
- Pujasera Cisoka Dikeluhkan Pembeli, Gunakan Permen Sebagai Alat Transaksi
- 32 Mahasiswa Banten Dapat Beasiswa CSR
Hal itu terjadi lantaran mereka menjadi followers para buzzer yang ia anggap tuhan. Baik secara perkataan maupun tulisan, dianggapnya itu kebenaran postulat.
Padahal, jika kita pandang dari sisi kemanusiaan, apapun alasannya, maka apa yang dilakukan oleh zionis Israel tidaklah dibenarkan. Gusdur pernah berkata, tidak ada yang lebih utama dari kemanusiaan.
Jangan Diam, Ambil Bagianmu Dalam Menyuarakan Kebenaran
Kita semua sadar betul di negeri ini permasalahan begitu banyak sekali, tak bisa di hitung jari. Kasus HAM, ketidakadilan hukum, korupsi besar-besaran.
Bahkan, masih hangat di telinga rakyat kasus KPK dilemahkan, 75 pegawai KPK dinon-aktifkan lantaran tak lulus Tes Wawasan Kebangsaan (TWK) pada saat mau dialihkan ke ASN yang pertanyaannya tidak korelatif dengan jenis pekerjaan. Pegawai tersebut diantaranya penyidik senior Novel Baswedan dan staf lainnya.
Kembali ke persoalan Palestina dan Israel, diam terhadap konflik di Timur Tengah tersebut merupakan suatu penghianatan bagi manusia yang berakal.
Sebab manusia yang berakal akan merespons secara otomatis ketidakmampuannya melihat saudara-saudarinya dibombardir secara brutal. Minimal dia menangis dan berdoa pada tuhannya.

Semua tahu, bahwa yang kita hadapi ini adalah kekuatan besar. Mereka punya militer yang kuat, punya sosial media, dan buzzer. Tetapi minimal orang itu menentukan sikap dan mengambil bagian.
Dahulu, pada zaman nabi Ibrahim as. ketika hendak dibakar oleh Raja Namrud, bahkan seoekor semut pun ikut mengambil bagian ketika melihat ketidakadilan disekelilingnya. Semut tahu bahwa setetes air yang dia bawah tidak akan memadamkan api, tetapi ia tetap menentukan sikap dan mengambil bagiannya dalam menegakan keadilan.
Ujian Kepekaan Umat Islam
Terenyuh rasanya, di penghujung Ramadan lalu konflik kembali terjadi. Tentara zionis Israel menyerang warga palestina yang sedang itikaf di masjid Al-Aqsa tanpa alasan yang jelas.
Kejadian itu bukan hanya menyakiti warga palestina, tetapi menyakiti umat Islam dunia. Bagaimana tidak, Al-Aqsa ialah kiblat pertama umat Islam dan masjid kedua setelah Masjidil Haram.
Sadarkah, umat Islam sedang diuji kekuatan persatuannya. Jika tidak peka terhadap hal ini, umat Islam tidak akan lagi berjaya seperti pada masa lampau. Dari sisi ekonominya lemah, juga sisi persatuannya berkurang. Ini menjadi kekhawatiran kita bersama.
Terakhir, pada intinya apa yang penulis sampaikan di atas, diharapkan kita mengambil posisi itu penting. Jangan berdiri di tengah, ke kiri tidak ke kanan juga tidak. Karena Itu merupakan sebuah penghianatan bagi sikap kemanusiaan.
* Penulis adalah kader HMI Komisariat Tigaraksa Cabang Jakarta Barat. Saat ini menjabat Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Bima Tangerang (HMBT).