spot_img
spot_img

Menyoal Beban Ganda Perempuan di Tengah Pandemi

Oleh: Raden Siska Marini*

HAMPIR dua tahun Indonesia dihantam pandemi. Memaksa setiap orang untuk menghadapi segala perubahan dan beradaptasi dengan kehidupan baru.

Tak hanya para laki-laki, perempuan juga memiliki tantangan tersendiri untuk bertahan di tengah pandemi. Apalagi, perempuan memiliki peran ganda dalam kehidupan.

Banyak pihak yang mengalami dampak merosotnya keadaan ekonomi di tengah pandemi. Para ibu rumah tangga, dituntut untuk lebih cermat menjadi “menteri keuangan” keluarga.

Kaum ibu ini, diharuskan untuk menurunkan standar kehidupan demi mengikuti keadaan ekonomi yang merosot. Tapi tetap harus memperhatikan kesejahetraan keluarganya.

Baca Juga

Tak hanya itu, dampak pandemi juga memaksa para siswa untuk belajar online dari rumah. Hal ini jelas menambah beban ganda perempuan.

Selain dipaksa menjadi mentri ekonomi, para ibu juga harus menjadi guru dadakan demi mendampingi putra putrinya belajar daring.

Tentu masih banyak lagi masalah lain terkait beban ganda perempuan ditengah pandemi. Dan ini menjadi persoalan bersama.

Hemat penulis, mari kita tinggalkan budaya patriarki, yang beranggapan bahwa perempuan selalu diasosiasikan sebagai second sex, dianggap lemah, tidak berdaya, dan sebagainya.

Nyatanya, perempuan hari ini mampu berada di ranah publik sebagai pekerja untuk menambah penghasilan keluarga. Meski mereka tidak bisa begitu saja meninggalkan kewajiban-kewajiban domestiknya. Kondisi inilah yang menyebabkan mereka mengalami beban ganda.

Foto: Ilustrasi peran ganda perempuan (Istimewa).

Peran ganda ditemukan karena kita menganggap pekerjaan domestik berupa urusan rumah tangga, mengasuh anak, dan sebagainya merupakan tugas perempuan semata. Bukan tugas dari laki-laki.

Ditambah dengan kondisi pandemi yang mengharuskan kedua suami istri untuk tetap berada di rumah. Hal ini bisa menyebabkan beban psikis yang sangat berat bagi perempuan.

Beban perempuan kemudian menjadi semakin berat bila tidak ada partisipasi laki-laki dalam pembagian kerja untuk urusan domestik.

Maka dari itu, perlu adanya sinergi antara kaum laki-laki dan perempuan. Agar beban ganda perempuan bisa berkurang.

Selain itu organisasi atau badan-badan khusus perempuan juga harus mulai bergeliat dan fokus terhadap gerakan woman support woman.

Sebab, majunya suatu bangsa, tergantung sejahteranya kaum hawa. Perempuan yang bahagia dan terdidik, tentu akan melahirkan generasi-generasi yang berkualitas.

*Penulis merupakan Mahasiswa Pascasarjana UNIS Tangerang. Saat ini menjabat Ketua Ikatan Alumni PIAUD STIT Islamic Village Tangerang.

Loading

VINUS TV

BERITA TERBARU

IKLAN

spot_img
spot_img

BERITA TERPOPULER

IKLAN

spot_img
spot_img

BERITA TERKAIT

IKLAN

spot_img
spot_img
spot_img
spot_img

SEPUTAR BANTEN

IKLAN

spot_img
spot_img
spot_img

SEPUTAR DESA

Masyarakat Pasir Bolang Demo Alfamart