spot_img

Membaca Ulang Konsep Masyarakat Madani

Oleh: Muhamad Harikal Ramadhan Pohan*

KEHIDUPAN beragama pada era modern saat ini banyak sekali perubahan. Dalam Islam pergeseran pola hidup beragama khususnya di Indonesia mengalami kemunduran.

Islam di Indonesia dikenal agama yang ramah, moderat, dan progresif berganti menjadi Islam yang konservatif dengan banyaknya peristiwa dan konflik antarumat beragama, yang kerap muncul di berbagai wilayah Indonesia.

Kehidupan beragama Islam di era-modern seharusnya dapat membentuk masyarakat madani. Konsep ini kerap muncul menjadi bahan diskusi untuk mewujudkan masyarakat yang demokratis, sesuai dengan kehidupan masyarakat madinah yang dijadikan topologi masyarakat madani oleh Nurcholish Madjid.

Dalam artian, kehidupan bermasyarakat harus selaras dengan poin-poin yang dituangkan dalam Piagam Madinah yang dijadikan landasannya. Sikap egaliterianisme harus ditegakkan dengan konsep setiap kelompok memiliki hak dan kedudukan yang sama, serta dalam pengambilan kebijakan harus melibatkan masyarakat dan pelaku ketidakadilan akan mendapatkan hukuman sesuai hukum yang berlaku (Nurchlosih Madjid, 1997).

Baca Juga

Menurut analisis (Muhammad Imarah, 1999) masyarakat madani memiliki tiga karakteristik dasar.

Pertama, adanya semangat pluralisme, sesuai dengan yang tertuang dalam Q.S. Al Hujarat 49 (13). Kedua, menjunjung tinggi sikap toleransi, baik secara muslim maupun non-muslim sesuai firman Allah yang tercantum dalam surat An’nam (108).

Ketiga, tegaknya prinsip demokrasi atau dalam Islam leih dikenal dengan konsep musyawarah, yang tertuang di dalam Q.S. AsSyura (38) dan Al-Mujadalah (11). Karakteristik tersebut menjadi landasan untuk membentuk masyarakat madani.

Kondisi realitas hari ini untuk membentuk masyarakat madani di era modern sangat berbanding terbalik dengan konsep masyarakat madani.

Sebab kehidupan beragama dan bernegera khsusunya di Indonesia, Islam telah menjadi suatu agama yang konservatif dengan ditandai hilangnya Islam yang ramah dan munculnya kelompok Islam militan/jihadist, laskar jihad, laskar jundullah.

Hal yang sudah menjadi rahasia umum bersama ialah perubahan orientasi politik umat Islam yang secara demografi kelompok muslim mengalami perpindahan. Ditandai dengan terputusnya ikatan kesejarahan figur cendekiawan muslim terdahulu.

Cendekiawan muslim yang lahir pada tahun 1990an tidak lagi berinteraksi dengan generasi lama Islam yang memiliki ikatan politik dengan gerakan pelopor Islam di masa lampau, (Islamic ideological orientation & Islamic political attachment sudah sirna: Masyumi, Parmusi, Salman, Istiqamah, Salahuddin, Al-Falah), dikarenakan generasi muda Islam memiliki pandangan, konsep, dan pilihan politik sendiri serta tidak merasa memiliki ikatan dengan politik Islam masa lampau.

Foto: Ilustrasi masyarakat madani (Istimewa).

Globalisasi dan kemajuan teknologi menjadi salah satu faktor jurang pemisah antara golongan Islam terdahulu dengan generasi muda islam.

Generasi muda Islam memiliki pola beragama tersendiri, mereka tumbuh dari sekolah yang rutin mengadakan pesantren kilat, maulid nabi, dan isra miraj serta hanya mendengar kutipan ayat yang dibacakan oleh khatib dalam ceramah salat Jumat dan media sosial yang menjadi rujuakan untuk pengalaman beragamanya. Misalanya dengan mendengarkan ceramah di Youtube, Instagram, dan sebagainya.

Dengan pengalaman beragamanya yang jauh dari masjid membuat perpindahan secara drastis dengan pendahulunya. Misalnya Cak Nur yang menjadi guru bangsa karena penguasaan pada pengetahuan Islam klasik dan modern ia dapatkan dari masjid hingga dunia akademis formal.

Oleh karena itu, untuk membentuk masyarakat madani di era modern harus dimulai dengan mengambalikan budaya kehidupan beragama seperti masa lampau yang dimulai dari masjid.

Sebab untuk mencapai karakteristik masyarakat madani yang telah dituliskan diatas, di mana masyarakat madani sebagai kondisi penting dalam upaya demokrasi serta jalan untuk memperkuat partisipasi masyarakat dalam urusan publik dan membuka ruang publik yang lebih luas, sehingga dapat mencegah munculnya ketidakpercayaan masyarakat kepada pengambil keputusan (Norton, 1995; Hall, 1995; Eberly, 2000; Edwards, Foley & Diani, 2001).

Untuk mencapai semua itu, hal yang paling mendasar sebagai penguatan basis terbentuknya masyarkat madani ialah pendidikan. Sebab sesuai dengan falsafah pendidikan, salah satu tujuan utamanya ialah melahirkan warga negara yang baik.

Pendidikan juga memiliki peran besar membentuk masyarkat yang demokratis, melahirkan kelompok kelas menengah, dan penggerak utama di masyarakat dalam hal proses demokratisasi.

Foto: Ilustrasi masyarakat madani (Istimewa).

Khsusunya dalam peranan Islam, para pemeluknya terlebih di Indonesia, harus kembali mencipatakan Islam yang ramah, moderat, progresif, dan menghilangkan Islam konservatif.

Hal itu dikarenakan Islam sebagai agama bukan hanya mengatur kehidupan individu dengan Tuhannya, melainkan sebagai ideologi (sistem sosial) yang juga mengatur kehidupan masyarakat dan negara. Dalam prosesnya umat Islam dapat mentrasnformasikan dalam pembangunan:

  • Penguatan Intelegensia Muslim: Mampu memunculkan kelompok-kelompok Intelektual muslim yang dapat produktif dan berkarya.
  • Penguatan Demokratisasi: Terdapat keterlibatan kelas menengah muslim dalam konstalasi politik nasional baik ide maupun praktiknya.
  • Penguatan Sistem Birokrasi dan Pemerintahan: Kemunculan kelompok baru dengan intelengensia muslim dalam birokrasi dan pemerintahan negara di Indonesia.
  • Penguatan kesejahteraan Sosial-Ekonomi: Menjadi pelopor pemberdayaan ekonomi umat (Setyadi Sulaiman, Pemateri Advanced Training HMI Badko Papua-Papua Barat).

Semua harus selaras dengan perkembangan dan perubahan zaman, dan umat Islam harus berperan aktif dalam mewujudkan masyarakat madani di era modern, sesuai dengan Q.S. Al Imron (110):

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. sekiranya ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.”

Dalam surat ini, jelas kita telah dilahirkan sebagai umat terbaik-Nya. Lantas apa alasan kita sebagai makhluk-Nya tidak dapat menjalankan peran sebagai manusia yang terbaik di muka bumi.

Sehingga dapat terwujudnya pembentukan masyarakat madani dengan terciptanya tatanan masyarakat yang lebih terbuka.

Starategi untuk membentuk masyarkat madani pada era modern dapat dilakukan dengan integrasi nasional dan politik serta pendidikan yang berkualitas

*Penulis merupakan warga Tangerang, saat ini sedang menjadi Peserta LK3 Advanced Training HMI Badko Papua-Papua Barat. 

Loading

VINUS TV

BERITA TERBARU

IKLAN

spot_img
spot_imgspot_imgspot_img

BERITA TERPOPULER

IKLAN

spot_img
spot_img
spot_img

BERITA TERKAIT

IKLAN

spot_img

SEPUTAR BANTEN

IKLAN

spot_img

SEPUTAR DESA

Masyarakat Pasir Bolang Demo Alfamart