Oleh: Jatmiko*
DALAM sebuah bentuk karya sastra, sudah menjadi kewajiban bagi penulis untuk membuat sesuatu yang sulit untuk diterka. Ini salah satu cara agar pembaca semakin jauh berimajinasi.
Tujuannya, daya keingintahuan pembaca bisa terus bertambah. Kemudian menjadi hal yang perlu diapresiasi bagi penulis.
Lebih dekat dengan sebuah karya yang diciptakan, maka tak heran jika penulis memilki kemampuan yang bisa membuat pembaca serasa terbawa dalam alur cerita yang ia bangun. Tentunya bisa dinikmati dalam keadaan apapun.
Salah satu yang membedakan sebuah karya ialah sudut pandang gaya bahasa yang digunakan. Entah itu sebuah puisi, novel, cerpen, atau pun karya yang bisa terlihat dari sudut pandang ketika penggunaan gaya bahsa diaplikasikan.
Baca Juga
- Wanita Itu Tulang Rusuk, Bukan Tulang Punggung
- Pergeseran Budaya Arab: Antara Tradisi dan Modernisasi
Hal ini menjadi daya tarik sebuah karya yang sudah lahir bagi pembaca. Menjadi ciri khas, tetapi gaya bahasa pun bisa ditelaah menggunakan teori pendekatan stilistika.
Kata stilistika berasal dari bahasa Inggris stylistics. Terdiri dari dua kata, style dan ics. Stylist berarti pengarang atau pembicara yang baik gaya bahasanya, perancang atau ahli dalam mode. Sedangkan ics atau ika artinya ilmu, kaji, telaah. Dengan demikian, stilistika adalah ilmu gaya atau ilmu gaya bahasa.
Sementara dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 198), stilistika adalah ilmu tentang penggunaan bahasa dan gaya bahasa di dalam karya sastra. Selain itu, masih banyak lagi pendapat yang berkenaan dengan pengertian stilistika.
Dalam Bunga Rampai Stilistika, Sudjiman (1993:3) memberikan pemahaman bahwa stilistika adalah mengkaji wacana sastra dengan orientasi lingusitik. Atau dengan kata lain, mengkaji cara sastrawan memanipulasi memanfaatkan unsur dan kaidah yang terdapat dalam bahasa dan efek yang ditimbulkan oleh penggunaannya itu.
Stilistika meneliti ciri khas penggunaan bahasa dalam wacana sastra, ciri-ciri yang membedakan atau mempertimbangkan dengan wacana non sastra, meneliti derivasi terhadap tata bahasa sebagai sarana literatur. Singkatnya stilistika meneliti sastra fungsi puitik suatu bahasa.
Pengkajian terhadap karya sastra dengan kajian stilistika sebagai ilmu yang mandiri sangat mungkin dilakukan. Stilistika dengan teori-teorinya bisa digunakan untuk menganalisis suatu karya sastra.

Namun, penggunaan teori lingustik tetap memerlukan bantuan linguistik sebagai pendamping. Karena analisis terhadap gaya kata, bunyi, dan kalimat tentunya tidak bisa dipisahkan dengan morfologi, fonologi, semantik dan sintaksis. Pengertian bahasa sebagai semiotik tingkat pertama memerlukan analisis berdasarkan ilmu linguistik.
Sementara kerangka berfikir merupakan hal yang harus dikuasai oleh seseorang jika akan menganalisa sebuah karya dengan metode tertentu. Sedangkan analisis stilistika adalah salah satu dari sekian banyak metode yang digunakan untuk menelaah sebuah karya dalam dunia kesusasteraan.
Hal yang menjadi objek utama dalam analisis stilistika adalah style bahasa dari sebuah karya itu sendiri. Dewasa ini banyak sekali cara mengetahui dan mengobservasi sebuah karya, tetapi sedikit yang terarik akan hal tersebut.
Menganalisis dengan pendekatan stilistika terbilang gampang-gampang susah. Mengingat untuk mengguanakan analisis pendekatan ini harus benar-benar memahami teori dasar dan mekanisme penggunaannya.
Sebab, jika salah memahami bisa menjadi boomerang, karena bisa mengakibatkan kesalahpahaman yang kompleks, juga bisa memberikan dampak yang panjang terhadap penelitian.
Untuk itu, perlu benar-benar teliti, memahami secara mendasar kemudian barulah kita aplikasikan teori pendekatan tersebut untuk karya yang akan kita analisa.
*Penulis merupakan mahasiswa tingkat akhir Fakultas Sastra Universitas Pamulang, saat ini aktif di berbagai organisasi.