spot_img

Intan, Perempuan, & Politik Gagasan

Penulis: Subandi Musbah*

SETIAP Pilkada, suara selalu diperhitungkan. Strategi pemenangan disusun sebegitu apik. Dan, janji kampanye dilontarkan bak peluru di medan tempur. Namun ada satu hal yang sering kali terlupakan: kaum perempuan.

Mereka salah satu kelompok pemilih yang kerap terabaikan. Padahal bisa menjadi penentu hasil akhir. Perempuan menjadi sosok penting dalam menentukan arah. Dari mereka, sebuah keputusan besar bisa lahir. Tak tergoyahkan oleh janji-janji manis atau uang semata.

Perempuan bukanlah pemilih biasa. Mereka punya cara pandang berbeda. Lebih dalam, jeli, dan cenderung melihat isu-isu dengan kacamata berlapis. Penuh pertimbangan. Juga menggunakan emosional. Bukan pemilih yang mudah terombang-ambing oleh politik uang.

Tidak seperti pemilih yang mudah tergoda dengan iming-iming materi, perempuan lebih memikirkan masa depan. Keputusan mereka sering kali berakar. Terutama pada keinginan untuk memastikan kesejahteraan jangka panjang bagi keluarganya. Bukan jangka pendek.

Baca Juga

Lebih menarik lagi, penelitian menunjukkan bahwa perempuan cenderung lebih setia dalam mendukung calon yang mereka yakini. Mereka juga lebih kritis terhadap program kerja. Bukan sekadar janji kampanye.

Sebab, bagi perempuan, memilih bukan soal hari ini. Melainkan tentang masa depan. Untuk anak-anak mereka, keluarga, dan masyarakat tempat ia tinggal. Baginya, memilih merupakan tugas moral. Sebuah keputusan yang didasari oleh keyakinan. Bukan sekadar rayuan sementara.

Lebih dari itu, perempuan juga teliti. Mereka memeriksa setiap detail. Mengingat setiap janji. Memastikan calon yang mereka pilih memiliki integritas. Mereka tidak hanya mendengar apa yang diucapkan, tetapi juga melihat apa yang sudah dilakukan.

Maka tidak heran, di beberapa daerah, suara perempuan, atau kaum emak-emak, sering kali menjadi penentu dalam persaingan yang ketat. Namun, sayangnya, hal ini sering kali tidak diakui oleh politisi atau pengamat politik.

Mereka lebih fokus pada taktik-taktik jangka pendek. Tanpa menyadari bahwa perempuan sebenarnya ialah kelompok pemilih yang paling sulit dipengaruhi dengan janji manis atau amplop tebal.

Di sisi lain, perempuan juga punya kepekaan terhadap isu-isu sosial yang kerap diabaikan dalam kampanye. Kesehatan ibu dan anak, pendidikan, perlindungan sosial, hingga pemberdayaan perempuan sering kali menjadi fokus utama mereka.

Sayangnya, peran penting ini masih sering dianggap sebelah mata. Banyak calon lebih memilih pendekatan instan. Daripada menggarap suara perempuan dengan serius.

Padahal, kalau kita bicara soal perubahan berkelanjutan, suara perempuanlah yang sebenarnya bisa menjadi fondasi dari perubahan tersebut. Mereka ingin melihat calon yang benar-benar peduli dan punya solusi nyata. Bukan sekadar pencitraan.

Lalu, mengapa peran perempuan, terkhusus emak-emak, dalam Pilkada masih sering kali dipandang sebelah mata? Mungkinkah ini saatnya kita benar-benar memberi ruang dan menghargai suara mereka sebagai kunci dari kemenangan yang berintegritas?

Untuk itu, sudah saatnya kita beri kesempatan dan kepercayaan kepada seorang perempuan untuk menjadi pemimpin. Tentu yang mempunyai pengalaman dalam politik. Juga memiliki track record yang baik dalam bekerja.

Sosok itu ada pada Intan Nurul Hikmah. Perempuan pertama yang maju sebagai calon wakil kepala daerah di Kabupaten Tangerang. Pernah menduduki kursi dewan dua periode. Termasuk menjadi wakil pimpinan DPRD Tangerang.

Di setiap kampanye, baik itu di pelosok kampung, desa-desa, perumahan, maupun masyarakat perkotaan, Intan selalu menyuarakan kepentingan perempuan. Kepeduliannya begitu terasa.

Emak-emak Tangerang ingin melihat bukti nyata. Bukan sekadar kampanye pencitraan. Itulah sebabnya, Intan berupaya menempatkan isu-isu penting seperti kesehatan ibu dan anak, stunting, pendidikan, serta pemberdayaan perempuan sebagai prioritas dalam program kerjanya.

Intan bukan hanya sosok perempun, jauh dari itu, ia mencintai perempuan Tangerang sepenuh hati. Berkomitmen mewujudkan aspirasi perempuan demi masa depan Tangerang lebih baik.

Kita harus yakin, suara perempuan Tangerang akan menjadi penentu dalam kontestasi Pilkada. Sudah sepatutnya peran tersebut dihargai lebih serius. Menjadikan perempuan sebagai subjek pembangunan, tidak terus-terusan menjadi objek dalam setiap kebijakan.

Perempuan harus masuk dalam skema besar politik gagasan lima tahuna ke depan. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Tangerang wajib mengakomodir. Dan, penyusunan politik penganggaran sudah harus mengarah pada prioritas pemberdayaan perempuan.

Kini, saat yang tepat untuk mempercayakan pemimpin Tangerang kepada seorang perempuan yang betul-betul peduli terhadap kaum perempuan. Memberinya kesempatan untuk mengabdi.

*Direktur VISI NUSANTARA. 

Loading

VINUS TV

BERITA TERBARU

IKLAN

spot_img
spot_img

BERITA TERPOPULER

IKLAN

spot_img

BERITA TERKAIT

Perbaikan Jalan vs Perbaikan Nalar

Ikon Kartini dan Pemanjaan Belanda

Mantra Kepemimpinan Dedi Mulyadi

Jebakan Nostalgia Media Sosial

IKLAN

spot_img

SEPUTAR BANTEN

IKLAN

spot_img

SEPUTAR DESA

Masyarakat Pasir Bolang Demo Alfamart