spot_img
spot_img

Gerakan Bersepeda

Oleh: Eko Supriatno, M.Si., M.Pd

“Sepeda tak hanya menyehatkan dan membebaskan, tapi juga memberi warna pada kehidupan sosial. Sayangnya masyarakat kita mudah terpesona oleh mobil sebagai simbol kesuksesan bahkan penentu harga diri.”
― Goalla Community ―

Bersepeda kini telah menjadi salah satu pilihan gaya hidup sehat. Tak hanya di Indonesia, sepeda juga digemari orang-orang di seluruh dunia.

Tren masyarakat bersepeda meningkat. Bersepeda dianggap lebih aman, meningkatkan imun terhadap tubuh di masa pandemi.

Namun baru sebatas bersepeda untuk berolah raga. Belum membudaya bersepeda untuk aktivitas keseharian.

Bersepeda merupakan salah satu pilihan paling logis yang banyak dipilih warga saat pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Selain praktis, bersepeda pun dinilai minim kontak dengan yang lain.

Dengan meningkatkan animo warga dalam bersepeda, sepeda bisa menjadi alat transportasi yang dominan digunakan dalam masa adaptasi kebiasaan baru (AKB).

Banyak orang yang takut menggunakan angkutan umum di tengah pandemi. Sebagai alternatif, warga bisa memilih menggunakan sepeda dalam kegiatan sehari-harinya. Hal serupa pun diharapkan terjadi di Banten.

Baca Juga

Di era new normal, sepeda akan jadi favorit untuk mobilitas jarak pendek. Ya, di era kenormalan baru, banyak kota di mancanegara mengurangi kapasitas transportasi umum dan mengalihkan ke perjalanan menggunakan sepeda.

Untuk perjalanan jarak pendek, moda sepeda dan berjalan kaki benar-benar dikembangkan sedemikian rupa (aman, nyaman dan selamat), supaya tidak beralih ke penggunaan kendaraan pribadi secara berlebihan.

Sepeda Sebuah Entitas Unik

Sepeda adalah entitas unik yang memiliki identitas. Sepeda adalah lambang kebebasan, karena rentang pelayanan pergerakannya. Sepeda (relatif) tidak menuntut financial power yang besar. Sepeda kental berdimensi (aspek) kesehatan (Harmein Rachman, Juni 2020).

Sepeda merupakan alat transportasi sederhana, terjangkau, andal, bersih, dan ramah lingkungan. Selain itu ada beberapa alasan perlunya gerakan bersepeda menurut WHO:

“Sepeda adalah alat transportasi yang sederhana, terjangkau, andal, bersih, dan ramah lingkungan. Sepeda dapat berfungsi sebagai alat untuk pengembangan dan sebagai sarana tidak hanya transportasi tetapi juga akses ke pendidikan, perawatan kesehatan dan olahraga. Sinergi antara sepeda dan pengguna menumbuhkan kreativitas dan keterlibatan sosial dan memberi pengguna kesadaran langsung tentang lingkungan setempat. Sepeda adalah simbol transportasi berkelanjutan dan menyampaikan pesan positif untuk mendorong konsumsi dan produksi berkelanjutan, dan memiliki dampak positif pada iklim.”

Dari sudut pandang kesehatan dan kebugaran (Better Healt, 2020), keuntungan dari sisi kesehatan pada pesepeda regular adalah pertama meningkatkan kebugaran cardiovascular¸Kedua meningkatkan kekuatan otot dan kelenturan, Ketiga memperbaiki mobilitas sendi.

Keempat menurunkan tingkat stress, Kelima memperbaiki postur dan koordinasi, Keenam memperkuat tulang, Ketujuh menurunkan tingkat lemak badan (body fat levels), Kedelapan mencegah atau memanage penyakit, dan terakhir mengurangi depresi.

Sementara itu untuk bersepeda dan isu kesehatan adalah (1) obesitas dan kendali berat badan, (2) perbaikan kondisi cardiovascular, (3) memperlambat hingga menghentikan perkembangan kanker, (4) mempercepat penyembuhan (patah) tulang, dan (5) memperbaiki sakit kejiwaan.

Kota Ramah Sepeda

Kota yang humanis adalah kota yang aman dan nyaman bagi pejalan kaki dan pesepeda. Tidak hanya berfokus pada pembangunan infrastruktur bagi kendaraan bermotor saja, kaum pesepeda dan pejalan kakipun harus difasilitasi dengan layak.

Karena dengan adanya fasilitas (khususnya fasilitas sepeda) maka akan semakin banyak masyarakat yang tergerak untuk menggunakan sepeda sebagai alat transportasi yang ramah lingkungan.

Selain karena warga memilih sepeda untuk keperluan olahraga dan rekreasi, banyak sarana pendukung yang belum siap di Banten. Selain minimnya jalur sepeda, sarana parkir sepeda di ruang publik pun dinilai masih kurang.

Ya, Banten selama ini masih jauh dari predikat kota ramah sepeda. Jalur untuk pesepeda memang belum tersedia di setiap kawasan, terutama di sekitar pusat bisnis dan perkantoran.

Jalur untuk pesepeda ini juga tak jarang dirampas oleh pengguna jalan lain, baik oleh pemotor maupun pengendara mobil. Akibatnya masih cukup sulit mengajak orang menjadikan kebiasaan bersepeda ke tempat kerja sebagai tren.

Banyak faktor yang membuat kebiasaan bersepeda di Banten agar tumbuh baik. Selain jalur sepeda yang lebar dan nyaman, kultur masyarakatnya pun harus mendukung. Hak-hak pesepeda harus dihormati oleh pengguna jalan lain.

Dengan terbatasnya jalur khusus sepeda, pemerintah sudah sepatutnya memperhatikan hak-hak pesepeda. Fasilitas dan hak-hak pesepeda diatur dalam Pasal 25 huruf g UU No 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ).

Pemerintah juga harus memberikan kemudahan bagi pesepeda, sebagaimana tertuang dalam Pasal 62 ayat (1) UU No 22 Tahun 2009 tentang LLAJ.

Kebijakan pengembangan transportasi perkotaan yang ramah lingkungan dilaksanakan, salah satunya dengan strategi pengembangan fasilitas untuk kendaraan tidak bermotor (fasilitas pejalan kaki dan pesepeda).

Program pengembangan fasilitas untuk kendaraan tidak bermotor itu meliputi peningkatan penggunaan kendaraan tidak bermotor dan pembangunan fasilitas pejalan kaki dan jalur sepeda.

Mengaktifkan jalur sepeda di perkotaan akan mendukung Program Kota Sehat. Program kota sehat dengan nama Kota Sehat (KS) sudah dimulai tahun 2005.

Ada tujuh tatanan kota sehat, yaitu Kawasan Permukiman; Sarana dan Prasarana Umum; Kawasan Sarana Lalu Lintas Tertib dan Pelayanan Transportasi; Kawasan Industri dan Perkantoran Sehat; Kawasan Pariwisata Sehat; Kawasan Pangan dan Gizi; Kehidupan Masyarakat Sehat yang Mandiri; dan Kehidupan Sosial yang Sehat.

Pembangunan infrastruktur jalur sepeda harus banyak dilakukan oleh pemda. Pasalnya, jalan dengan kewenangan pemda (kota/kabupaten/provinsi) lebih cocok untuk mewujudkan jalur sepeda berkeselamatan.

Membudayakan Gerakan Bersepeda

Sebuah program atau gerakan tanpa adanya kolaborasi merupakan hal yang mustahil dilakukan.

Maka dari itu dalam membangun dan menumbuhkan gerakan bersepeda di Banten perlu didukung oleh semua pihak mulai dari komunitas, media, masyarakat umum, pihak swasta atau pelaku usaha, dan tentunya pemerintah juga.

Ya seharusnya para pemangku kebijakan perkotaan sadar atau tidak telah menjebak warganya menikmati berbagai persoalan yakni kemacetan, polusi udara, laka lantas, area parkir dan lain sebagainya.

Geliat aktif anjuran bersepeda oleh pelbagai komunitas pesepeda sudah dilakukan dan begitupun seyogyanya pemerintah Banten melalui kegiatan kampanye juga harus “aktif” karena bagian dari salah satu faktor peningkatan jumlah pesepeda di Banten.

Dengan adanya peningkatan minat warga terhadap sepeda, sebenarnya jadi momentum bagus bagi Pemprov Banten untuk meningkatkan sarana bagi para pesepeda.

Jika sarananya lengkap, maka bisa jadi warga akan lebih memilih menggunakan sepeda dalam kegiatan sehari-harinya.

Mari sama-sama kita semua budayakan gerakan bersepeda, mewujudkan kota yang lebih humanis, hijau, aman, dan nyaman bagi pesepeda. Kalau bukan kita, siapa lagi?

*Penulis adalah Penggiat Komunitas Gowes Alon Labuan (Goalla Community). Dosen Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Hukum dan Sosial UNMA Banten. Ia mengampu mata kuliah Strategi Pemberdayaan Masyarakat. Selain itu, Ia juga memiliki keterkaitan terhadap riset yang berhubungan dengan kajian dan riset di bidang agama dan sosial-budaya.

Loading

VINUS TV

BERITA TERBARU

IKLAN

spot_img
spot_img

BERITA TERPOPULER

IKLAN

spot_img
spot_img

BERITA TERKAIT

Data Bersih, Pilkada Rapih

Data Raksasa di Pilkada, No Drama!

Melawan Perang Dusta di Pilkada

KPU, Putusan MK, dan Gerakan Mahasiswa

IKLAN

spot_img
spot_img
spot_img
spot_img

SEPUTAR BANTEN

IKLAN

spot_img
spot_img
spot_img

SEPUTAR DESA

Masyarakat Pasir Bolang Demo Alfamart