LEBAK | Selain menghadapi bencana banjir, warga Kabupaten Lebak pun mulai merasakan kelangkaan gas elpiji 3 Kg. Walaupun ada, harganya tinggi.
Hal itu mendapat sorotan dari Sekjen DPW Badak Banten. Ia menduga adanya praktik kecurangan dilakukan oleh agen distributor.
Kepada Vinus, Sekretaris Jendral DPW Badak Banten Provinsi Banten Heri Mufti mengungkapkan, fenomena kelangkaan seperti ini kerap terjadi di Kabupaten Lebak.
Baca Juga
- Soal Banjir Lebak, Wakil Ketua DPW Badak Banten Minta Pemkab Jangan Tutup Mata
- Warga Kronjo Heran, Petugas PLN Pungut Uang Tanpa Kuitansi
“Hasil investigasi kami di lapangan, praktik kecurangan terjadi dikarenakan agen lebih tertarik mengirimkan pasokan gas keluar daerah, demi keuntungan semata. Padahal di daerah sendiri, gas ini sedang dibutuhkan,” ungkapnya pada Kamis, (10/12).
Lebih lanjut, Heri mengatakan, hingga hari ini masih banyak warga yang sukar menemukan elpiji 3 Kg. Walaupun ada, harganya tinggi, berkisar pada 21 ribu hingg 25 ribu.
“Gas elpiji merupakan kebutuhan esensial. Tidak dapat dinomorduakan dan juga merupakan kebutuhan pokok untuk masyarakat dari perkotaan hingga perdesaan,” tuturnya.
Pria yang pernah aktif di Keluarga Mahasiswa Lebak (Kumala) ini menyampaikan, permasalahan krisis gas elpiji tidak dapat dikesampingkan. Mengingat Lebak saat ini sedang dilanda bencana banjir.
“Ketersediaan barang adalah harapan masyarakat di Kabupaten Lebak, sekaligus stabilitas harga harus sama-sama kita wujudkan untuk mencegah masyarakat terkena imbas negatif nantinya,” ungkap Heri.
Heri berharap, kondisi ini segera direspons dan ditangani oleh pemerintah daerah. Agar tidak terulang dan harga pun kembali normal. Sehingga masyarakat tidak mengeluh apalagi disaat musibah banjir akhir-akhir ini.
“Selain itu, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral RI dan pihak kepolisian juga harus segera mengusut dan melakukan operasi pasar. Untuk mengetahui mengapa krisis elpiji terjadi di Provinsi Banten, khususnya di Kabupaten Lebak,” pungkas Heri. |We
