BANTEN | Akulturasi kearifan lokal dan Islam melahirkan kombinasi mengesankan. Sarat akan nilai harmonisasi, religi, dan kebersamaan. Tradisi syawalan salah satunya.
Syawalan atau biasa dikenal dengan sebutan Lebaran Ketupat, merupakan satu dari sekian banyak bingkai akulturasi yang dimiliki Indonesia. Di dalamnya terdapat pembelajaran selama satu bulan penuh menjalankan puasa Ramadan.
Kepada Vinus, Ketua Umum Babad Banten Tubagus Soleh mengatakan, Syawalan bisa menjaga semangat Ramadan agar tetap hidup dalam sanubari kita. Terutama pasca Idulfitri, kita tidak boleh larut dalam kebebasan makan minum seperti bulan-bulan selain Ramadan.
Baca Juga
Lebih lanjut, Soleh menyampaikan, justru pasca Idulfitri, jiwa semangat Ramadan harus menjadi warna kuat dalam diri kita. Yaitu harus bisa mengendalikan hawa nafsu agar tetap dalam kendali kita sebagai tuan dari diri kita sendiri.
“Indikator keberhasilan dalam menjalankan training Ramadan, ketika kita mampu menjadi diri sendiri atau menjadi tuan dari diri kita sendiri sebagai hamba Allah Swt,” ujarnya pada Jumat, (14/05).
Mantan Ketua Umum Gerakan Pemuda Islam (GPI) Banten ini juga mengatakan, hawa nafsu, emosi, ego, perasaan dan pikiran negatif, rasa malas, atau merasa lebih dari yang lain, bisa kita kendalikan.
Masih kata Soleh, hal itu pun bisa dipimpin dalam penguasan kita sebagai tuannya. Agar tidak melakukan kerusakan dari diri kita dan orang lain.
“Maka dari itu, Syawalan merupakan indikator nyata keberhasilan kita dalam mengikuti training Ramadan, terangnya.
Senada dengan Soleh, Ketua Ikatan Sarjana Rakyat Indonesia (ISRI) Kabupaten Tangerang Insan Nursuryansyah menuturkan, Syawalan merupakan momentum setelah menjalani sebulan penuh menjaga hasrat dan hawa nafsu.
Insan yang juga menjabat Sekretaris PA GMNI Kabupaten Tangerang percaya, ritual puasa selama sebulan penuh akan memiliki dasar yang kuat untuk bekal menjalani kehidupan sebelas bulan setelahnya.
“Alangkah indahnya jika kehidupan kita sebelas bulan selanjutnya sama kualitasnya dengan Ramadan. Siapa yang tidak menginginkan mendapatkan malam Lailatul Qodr, siapa pula yang tidak menginginkan bisa beribadah seperti pada Bulan Ramadan,” pungkasnya. |We