
SEJARAH mencatat bahwa pemuda memiliki peran besar dari prakemerdekaan sampai hari ini. Sebagaimana yg kita ketahui bersama, peringatan sumpah pemuda merupakan hasil perjuangan para pemuda kala itu, bertepatan 28 Oktober 1928.
Saat itu, pemuda bersatu menyepakati hasil kongres dengan bunyi sumpah: bertanah air satu, berbangsa satu, berbahasa satu dalam kesatuan yang kita sebut Indonesia.
Kemudian di lain waktu peristiwa praproklamasi sebagaimana kaum pemudalah yang menculik dan mendesak kaum tua waktu itu, yaitu Sukarno dan Moh Hatta untuk membuat teks proklamasi dan segera memproklamirkan kemerdekaan 17 Agustus 1945 sebagai tanda pada dunia bahwa kita adalah bangsa yang merdeka dan berdaulat bukan hasil pemberian atau hadiah dari bangsa lain tetapi hasil dari perjuangan pemuda-pemudi bangsa sendiri.
Baca Juga
Lalu beralih pada tahun 60-an pemuda dan mahasiswa melakukan gelombang aksi besar- besaran hingga berbulan-bulan untuk memprotes keberadaan partai komunis serta antek-anteknya kepada Presiden Sukarno.
Karena ideologinya tidak sesuai dengan Pancasila yang menjadi dasar negara, dan puncaknya yaitu pembantaian dilakukan oleh PKI terhadap Jenderal TNI pada waktu itu.
Tidak berhenti disitu saja, berlanjut ke era reformasi tahun 1998, aktivis mahasiswa dan pemuda melakukan aksi berjilid-jilid menuntut Presiden Soeharto untuk turun dari jabatanya. Karena dinilai gagal dalam mengendalikan krisis moneter yang menyebabkan Inflasi pada waktu itu serta terjadinya praktik korupsi, kolusi, nepotisme (KKN).
Sehingga, orde baru mendapatkan tekanan politik luar biasa dari luar negeri maupun dalam negeri. Yaitu desakan dari pemuda dan mahasiswa untuk mengundurkan diri, hingga akhirnya sang raja meletakan mahkota kekuasaanya yang telah dipegang selama kurang lebih 32 tahun.
Sejarah telat mencatat peran pemuda dalam mengawal bangsa dan negara dari prakemerdekaan hingga saat ini sudah tidak diragukan lagi. Pemuda selalu terlibat dan menjadi titik sentrum dalam setiap proses yang dihadapi oleh negara ini.
Peran Pemuda Mengawal Demokrasi
Tahun politik kian dekat, beberapa bulan lagi 2024, di mana tahun pergantian para pemangku kebijakan baik presiden, DPR, DPD, DPRD, dan beberapa kepala daerah. Momentum pergantian kepemimpinan politik ini disebut juga pesta demokrasi untuk seluruh rakyat Indonesia.
Menurut Abraham Lincoln (Mantan presiden Amerika Serikat Ke-16) demokrasi adalah “pemerintahan rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.”
Artinya pemerintahan yang dipilih oleh rakyat harus mengabdikan diri sepenuhnya untuk kemaslahatan dan kesejahteraan rakyat. Bukan demi suatu kepentingan kelompok atau partai yang mengusungnya.
Keterlibatan pemuda memiliki peranan penting dalam mengawal pesta demokrasi yang akan datang. Agar dapat terlaksana sebagaimana mestinya. Salah satu keterlibatan pemuda adalah mendorong peran aktif masyarakat dan memberikan wawasan kesadaran pada publik pentingnya ikut partisipasi memilih pemimpin yang amanah dan tidak golput.
Peran pemuda selanjutnya ialah menjadi sebagai penyelenggara pemilu dan juga menjadi pengawas pemilu supaya terciptanya pemilu yang jujur dan adil. Bahkan pemuda ikut kontestasi politik merupakan bentuk partisipasi nyata dalam rangka memberi warna pada pesta demokrasi yang selama ini dikuasai oleh orang ulung.
Partisipasi Pemuda Dalam Politik
Sentimen negatif sebagian masyarakat terhadap politik itu masih ada, penyebabnya ialah tingginya angka korupsi dan kejahatan penggelapan lainya yang dilakukan oleh pejabat negara, baik legislatif, kementerian, maupun anggota partai yang tidak amanah sehingga menghilangkan kepercayaan masyarakat.
Maka tak heran, jika hari ini pemuda masih sedikit yang mau ikut berpolitik. Dikarenakan khawatir akan dicap buruk sentimen negatif tersebut.
Pada periode 2019-2024 keterwakilan pemuda di parlemen yang berumur di bawah 40 tahun hanya sekitar 10 persen jumlah keseluruhan anggota legislatif di parlemen. Padahal sekitar 60 persen usia penduduk Indonesia berada di usia produktif, yang seharusnya dapat memberikan kontribusi lebih terhadap negara.
Partai politik merupakan wadah pengkaderan bagi pemuda yang ingin terjun ke dunia politik, di sanalah mereka diberi bekal pengetahuan dan kepemimpinan agar dapat menjadi contoh bagi masyarakat.
Tak hanya itu, di sana pula pemuda yang ingin berpolitik ditempa. Agar tidak menjadi pemimpin yang karbitan tanpa melewati proses pengkaderan dari bawah tetapi langsung menduduki tempat di puncak.
Pemuda Dinyatakan Siap Berpolitik
Tidak ada yang instan untuk meraih cita-cita, kata ini sering kita dengar di telinga. Bagi pemimpin yang hebat akan terlahir dari hasil pengkaderan yang tepat dan berjenjang, ibarat sebuah anak tangga tidak bisa melangkahi atau melewati salah satu anak tangganya, karena apabila terlewat konsekuensinya akan tergelincir lalu terjatuh.
Dalam konteks bernegara, baru-baru kita dipertontonkan bagaimana seorang anak presiden dicalonkan menjadi Cawapres. Padahal yang bersangkutan baru 2 tahun menjadi wali kota, alasanya keterwakilan anak muda.
Di sisi lain masih banyak calon yang berkompeten dan berpengalaman dalam mengelola negara. Selayaknya Gibran menyelesaikan tugasnya sebagai wali kota, setelahnya menjadi gubernur terus berjenjang sampai dinyatakan layak untuk memimpin sebuah negara.
Pada masa kemerdekaan tunduknya kaum muda kepada orang tua. Setelah kemerdekaan diproklamirkan kaum muda tidak egois, dan mereka memberikan kepercayaan kepada kaum tua untuk memimpin bangsa ini setelah merdeka. Karena mereka sadar diri akan kapasitas nya tidak memaksakan diri.
Dampak dari pemuda yang belum siap dan ditempa secara tepat lalu dijadikan pemimpin, maka yang terjadi adalah gagap dalam melaksanakan tugasnya. Secara garis besar akan menyebabkan kegagalan dari kesalahan pengambilan kebijakan. Dari sinilah awal hilangnya kepercayaan publik atau masyarakat terhadap pemerintahan yang juga objek dari politik.
Memang pemuda harus diberikan ruang kepercayaan untuk mengemban sebuah tanggung jawab yang besar, tetapi untuk menjadi kepala negara dibutuhkan pemimpin cakap dan berpengalaman. Bukanlah pemimpin yang dipaksakan karena nafsu kekuasaan.
*Ditulis oleh: Dedi Gunawan. Ketua Umum HMI Komisariat Insan Pembangunan Cabang (p) Kabupaten Tangerang.