spot_img
spot_img

Krisis Moral Kaum Muda, Tanggung Jawab Siapa?

Oleh: Muhdi Perdiansyah*

MORAL, kata ini mungkin tidak asing di telinga kita. Bahkan telah melekat pada diri manusia sebagai tabiat.

Dahulu, negeri ini dikenal dengan penduduk yang ramah tamah, beretika, sopan, dan santun. Masyarakat menjunjung tinggi tata krama dalam pergaulan dan kehidupan sehari-hari. Hal tersebut merupakan identitas dari masyarakat bermoral.

Lalu apa sih definisi dari moral itu? Moral berasal dari bahasa latin mos yang berarti adat istiadat, tabiat, watak, akhlak, cara hidup, atau kebiasaan. Atau istilah manusia menyebut sesamanya dalam tindakan nilai positif. Dalam artian, jika manusia tidak bermoral tentu tidak memiliki nilai positif di mata manusia lainnya.

Baca Juga

Seiring berkembangnya zaman, nilai-nilai moral tersebut telah terdegradasi atau terkikis. Umumnya pada kaum muda zaman sekarang.

Banyak anak muda atau remaja kehilangan sopan santun terhadap orang yang lebih tua di atasnya, berkelahi dan tawuran di jalanan, buliyying terhadap sesama teman. Bahkan yang terbaru ini terdapat kasus pencabulan di Kalimantan. Dilakukan seorang remaja kepada bocah 5 tahun yang tak lain adalah adiknya kandungannya sendiri.

Sungguh ironis memang. Kaum muda yang dijuluki sebagai agent of change (agen perubahan) masa depan bangsa ini, tetapi malah sebaliknya menjadi bumerang terhadap lingkungannya.

Tentu banyak faktor yang menyebabkan hal tersebut terjadi. Misalnya salah memilih pergaulan, terbawa arus perubahan zaman, terpengaruh budaya-budaya asing dan meniru tren yang tidak biasa mereka lakukan. Akibatnya, melakukan berbagai cara yang berimbas pada kenakalan remaja, sehingga menurunkan nilai moral yang ada.

Foto: Ilustrasi tawuran pelajar (Google/Istimewa).

Lantas, menyikapi berbagai potret buram tersebut, tersirat pertanyaan “siapa yang bertanggungjawab?”

Ini tentunya harus menjadi fokus semua pihak. Baik itu orang tua, kerabat, guru, bahkan negara. Karena mereka menjadi bagian proses dalam pendidikan remaja dan yang akan menjadi tonggak peradaban.

Orang tua dan kerabat memegang peran utama dan harus menciptakan nilai-nilai kebaikan di dalamnya. Misalnya makan bersama, salat berjamaah, bakti sosial, dan sebagainya.

Guru di sekolah wajib memberikan pendidikan mental kepada anak didik, sehingga menjadi bekal pegangan hidupnya. Sesuai dengan pendapat Thomas dan Rian (Sjarkawi 2006) mengemukakan, segala yang diprogramkan sekolah membantu anak berfikir tentang baik dan buruk, serta mampu bertindak dan berperilaku sesuai moral yang baik.

Foto: Ilustrasi sopan santun kepada orang tua (Google/Istimewa).

Selain dua elemen tersebut, negara wajib hadir dalam menyelenggarakan pendidikan yang berbasis agama. Mendukung mereka dalam berkreativitas dan pengembangan dan karakter.

Semua hal tersebut perlu ditanamkan sejak dini. Agar menjadi pondasi yang kuat untuk kehidupan mereka mendatang. Karena kaum muda hari ini adalah pemimpin di esok hari.

Jangan biarkan moral mereka lemah dan terkikis. Ini semua demi terciptanya pemimpin yang bermoral tinggi dan bertanggungjawab terhadap apa saja di waktu yang akan datang.

*Penulis adalah Ketua Bidang Pemberdayaan Masyarakat Ikatan Mahasiswa Kabupaten Tangerang (IMKT).

Loading

VINUS TV

BERITA TERBARU

IKLAN

spot_img
spot_img

BERITA TERPOPULER

IKLAN

spot_img
spot_img

BERITA TERKAIT

Data Bersih, Pilkada Rapih

Data Raksasa di Pilkada, No Drama!

Melawan Perang Dusta di Pilkada

KPU, Putusan MK, dan Gerakan Mahasiswa

IKLAN

spot_img
spot_img
spot_img
spot_img

SEPUTAR BANTEN

IKLAN

spot_img
spot_img
spot_img

SEPUTAR DESA

Masyarakat Pasir Bolang Demo Alfamart