![](https://vinus.id/wp-content/uploads/2021/03/vinus-id-569.jpg)
TANGERANG | Pemuda kelahiran Desa Munjul Kecamatan Solear Kabupaten Tangerang ini patut menjadi contoh. Dengan modal tigaratus ribu, ia sudah bisa mulai usaha.
Pria yang pernah menjadi supir truk ini jualan balon. Keliling kampung-kampung dengan motor hasil tabungan saat ikut bekerja di perusahaa pelangsir pasir.
Kepada Vinus, Rudini (26) bercerita panjang lebar terkait apa yang sedang ditekuni. Katanya sudah 2 tahun ini jualan balon, awalnya dapat informasi dari teman.
Baca Juga
Rudini sempat ragu, selama ini pengalamannya hanya mengendarai mobil truk. Membawa pasir dari lokasi galian ke tempat proyek. Tidak ada pengalaman lain.
“Dulu, setelah lulus SMP, saya ikut paman yang sudah lama bekerja sebagai supir jasa angkutan. Sekadar bantu-bantu. Serabutan saja,” ujarnya pada Senin, (01/03).
Pria yang katanya mempunyai dua kakak dan satu adik ini sekitar tahun 2013 lalu selalu diajak mengantarkan pasir. Dari Rangkas ke Tangerang. Bahkan sesekali menjadi serp saat sang paman kurang enak badan.
Dari sang paman ia bisa mengendarai mobil. Belajar secara otodidak. Selagi senggang saat waktu istirahat. Kadang-kadang ketika disuruh nyuci mobil.
“Senang sekali kalau disuruh nyuci mobil. Saya manfaatkan betul. Belajar parkir. Kebetulan paman orangnya baik. Tidak melarang belajar,” sambungnya.
![](https://vinus.id/wp-content/uploads/2021/03/vinus-id-569c.jpg)
Setelah bisa mengendarai mobil sendiri, Rudini meminta izin kepada orang tua untuk menjadi supir truk. Tugasnya sama seperti saat ikut sang paman. Bedanya, kalau dulu kondektur, setelah bisa mengedarai dan memiliki SIM, ia menjadi sopir.
“Selama 5 tahun saya di mobil. Bisa dikatakan anak jalan. Sering tidur di mobil. Kadang tidak pulang karena patah as atau kempis ban di malam hari,” ujar pria yang belum memiliki istri ini.
Waktu berganti, musim berubah. Usaha pengiriman pasir semakin banyak saingan. Dua tahun terakhir berlabuh, sebagai penjual tanah urugan. Namun tidak lama, bertahan sampai 2019.
Saat menjalani usaha pengiriman tanah, Rudini sering tidak mendapat pesanan. Bahkan kadang tidak menerima order sama sekali. Ditambah banyak terjadi kecelakaan yang diakibatkan oleh mobil pengangkut tanah. Membuat orang tuanya melarang meneruskan.
Kakak dari Ayu Ariani ini tidak lagi usaha sebagai sopir truk. Tepatnya pertengahan tahun 2019. Ia sempat nganggur, tapi tidak lama, hanya sekitar tiga minggu. Setelah bertemu kawan lama dan mendapat infomasi soal jualan balon, dia mulai mencoba.
Baca Juga
- Rumah Dea Berani Beda, Hadirkan Tren Baru: Usaha Cuci Helm dan Sepatu
- Aryadi, Dari Debt Collector Hingga Pengusaha Resto Pecak Belut
Berbekal kabar dari Herman, sahabat saat sekolah SMP dulu, Rudini mendatangi lokasi di mana orang-orang membeli balon untuk dijual kembali.
Dari agen harga balon 6 ribu. Bisa dijual 10 ribu. Terkadang laku 12 ribu kalau di tempat hajatan. Ada untung 4 ribu untuk setiap satu balon. Kata Rudini sambil melilit tali ke ujung jok motor milik kesayangannya.
“Minggu pertama saya bingung, keliling-keliling kampung, tapi tidak tahu caranya. Bawa balon 20 hanya laku 3,” ujar Rudini sambil tersenyum.
Setelah mengetahui trik, lambat laun ia bisa menjual banyak. Sehari bisa menghabiskan 30 sampai 40 balon. Bahkan kalau Sabtu dan Minggu mampuh sampai 50.
Masih kata dia, setiap hari dirinya bisa mengantongi 120 ribu. Dipotong makan dan rokok, pria berambut kuning kemerahan ini bisa membawa 80 ribu untuk ditabung. Dititip sama Ibu.
Ketika ditanya kapan menikah? Rudini menjawab, insya Allah tahun ini. Kalau tabungan sudah sampai 20 juta. Alhamdulillah calon sudah ada, orang Jambe.
Bagi Rudini, bekerja itu kewajiban. Sulit masuk pabrik bukan berarti tidak ada cara lain. Jualan yang dirinya jalani merupakan cara paling mungkin dilakukan. Asal ada kemauan.
Katanya lagi, dari pada nganggur dan merepotkan orang tua lebih baik jualan. Intinya asal ada kemauan. Modal bukan menjadi alasan. Saya aja awalnya hanya dengan tigaratus ribu. |Wea