TANGERANG | Pemerintah Kabupaten Tangerang baru saja membentuk relawan penanganan Covid-19. Melibatkan para mahasiswa, KNPI, PMI, Karang Taruna, dan Pramuka.
Berbagai tanggapan bermunculan. Salah satunya datang dari aktivis muda Kabupaten Tangerang. Mempertanyakan urgensi relawan pandemi Covid-19. Padahal penyebarannya sudah sangat melandai.
Kepada Vinus, Cecep Sunandar mengatakan, relawan merupakan orang yang melakukan sesuatu dengan sukarela. Titik tekan relawan bekerja pada pengabdian, bukan membebani uang rakyat.
Baca Juga
- Warga Cisoka Demo Bupati, Minta Pemagaran Akses Usaha Dihentikan
- Demo Ricuh, Belasan Aktivis HMI Tangerang Dibawa Polisi
Masih kata Cecep, banyak alasan mengapa orang ingin menjadi relawan, entah karena memang memiliki jiwa sosial yang tinggi ataupun karena hal lain.
Cecep mengaku, pernah menjadi relawan selama 3 tahun. Sering mengeluarkan anggaran pribadi. Itu ia lakukan lantaran pengabdian terhadap masyarakat.
Lebih lanjut, Cecep mempertanyakan urgensi relawan yang kemarin dibentuk. Menurutnya, saat ini yang dibutuhkan warga itu recovery (red: pemulihan) dampak Pandemi Covid-19, bukan pendataan atau sekadar piket di kantor kecamatan.
“Urgensinya apa? Soal Covid-19 sudah relatif terkendali. Publik sudah satu suara, ingin selesai dan taat aturan. Relawan Vaksinasi sudah sangat banyak. Yang belum selesai itu recovery,” tuturnya.
Alumni Ilmu Pemerintahan Universitas Muhammadiyah Tangerang (UMT) ini menegaskan, pemerintah Kabupaten Tangerang harusnya lebih fokus ke proses recovery atau pemulihan pasca pandemi.
Masih kata pria yang pernah aktif di HMI, urgensi relawan Covid-19 sudah lewat, jangan sampai buang-buang anggaran untuk hal yang sifatnya sudah tidak relevan. Lagian Relawan Covid sudah sangat banyak dibentuk. Sejak jauh-jauh hari.
“Apalagi melibatkan aktivis pemuda dan mahasiswa dengan embel-embel tawaran insentif dan rapat-rapat di ruang ber-AC,” ungkapnya.
Cecep heran, itu puluhan mahasiswa apa tidak berani bersuara atau sudah terlena dengan uang? Tidak memberi saran atau usulan terkait apa saja kebutuhan warga yang mendesak saat Covid-19 mulai melandai. Kenapa persoalan recovery tidak dibunyikan?
“Mengapa begitu tumpul saat di hadapan penguasa? Sementara ketika di organisasi dan kelas, jago sekali, lantang bersuara. Bahkan beberapa dari mereka ada yang garang kalau demo,” lanjutnya melalui pesan WhatsApp.
Pria asal Tigaraksa ini menyayangkan terkait uang rakyat yang akan dihabiskan selama 3 bulan ke depan. Jumlahnya pasti besar. Bisa di atas 700 juta. Padahal kewajiban daerah yang belum dilaksanakan masih ada, seperti beasiswa, yang sering mahasiswa suarakan itu.
“Semoga ini bukan karena sedang ‘menjinakkan’ mahasiswa. Memberi pekerjaan selama 3 bulan,” harapnya.
Cecep mempertanyakan ini semua lantaran heran, kenapa tidak mengoptimalkan rumpun sosial yang sudah ada. Seperti Tagana, Pekerja Sosial Masyarakat (PSM), Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS), dan Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (LK3). | We