LEBAK | Belasan mahasiswa yang tergabung dalam Keluarga Mahasiswa Lebak (KUMALA) menggelar aksi unjuk rasa di depan Kantor Pemkab Lebak, pada Jumat, (13/06).
Aksi ini sebagai respons atas 100 hari kerja Bupati Moch Hasbi Asyidiki Jayabaya dan Wakil Bupati Amir Hamzah, yang dinilai minim terobosan.
Koordinator aksi, Rohimin, menyebut bahwa pasangan Hasbi-Amir tidak menunjukkan arah dan program yang jelas dalam masa awal pemerintahannya. Padahal, menurutnya, masa 100 hari seharusnya jadi momentum pembuktian janji kampanye yang pernah digaungkan.
Baca Juga
- Diduga Ada Selisih Timbangan, Petani Sawit Minta DPRD Lebak Turun Tangan
- Timbulkan Bau Busuk, DLHK Lebak Diminta Turun ke TPSA Srilayung
“Yang terjadi justru kekosongan arah. Pemerintahan berjalan, tapi rakyat merasa ditinggalkan,” ungkap Rohimin usai aksi.
Ia juga menyoroti dominasi program seremonial selama 100 hari terakhir. Menurutnya, hal itu tidak memberikan dampak langsung bagi masyarakat. KUMALA meminta agar Pemkab lebih fokus menyentuh persoalan-persoalan mendasar yang dihadapi warga.
Salah satu yang disorot adalah nasib korban banjir bandang dan longsor yang sejak lima tahun lalu masih menghuni tempat penampungan sementara (Huntara).
“Warga Lebak yang terdampak bencana masih tinggal di Huntara sampai sekarang. Sementara di daerah lain seperti Bogor, korban sudah dapat hunian tetap hanya dalam hitungan bulan,” tambahnya.
Tak hanya itu, mahasiswa juga menuntut perhatian pemerintah terhadap kerusakan jalan akibat truk-truk tambang yang berlalu-lalang di jalur umum. Aktivitas tersebut dinilai merusak infrastruktur dan membahayakan pengguna jalan lainnya.
“Truk-truk berat itu bukan cuma bikin jalan rusak. Banyak kasus kecelakaan, bahkan memakan korban jiwa. Tapi seperti dibiarkan,” tegas Rohimin.
Melalui aksi ini, KUMALA mendesak Bupati dan Wakil Bupati Lebak untuk serius menata ulang kebijakan anggaran, tata kelola pertambangan, dan menunjukkan komitmen nyata terhadap janji-janji politik yang pernah disampaikan kepada masyarakat. |Fjr
