Oleh: Tubagus Soleh*
PENULIS kerap mendapat inspirasi setiap kali membaca sikap bangsa Jepang menghadapi kehancuran karena luluh lantah negaranya. Paska serangan bom atom Amerika.
Saat itu, Hirosima dan Nagasaki menjadi wilayah yang luluhlantak. Nyaris tidak ada kehidupan lagi. Semuanya lenyap dalam sekejap.
Namun, Sang kaisar Jepang sebagai pemegang tampuk kepemimpinan tertinggi secara spiritual, moral, mental, dan material tidak runtuh. Tetap tegak berdiri.
Dahsyatnya bom atom hanya bisa meluluhlantakan secara fisik saja. Tidak secara mental spiritual. Buktinya cepat bangkit dan tidak terus terpuruk.
Baca Juga
- Ziharkah Cinta, Persembahan Lagu Romantis Musisi Tangerang
- Kesal Banjir Bertahun-Tahun, Warga Pasar Kemis Teriak Pertanyakan Kinerja Pemerintah Daerah
Inilah sesungguhnya fragmen sejarah yang paling penting dan menggetarkan jiwa kita sebagai manusia yang masih punya nurani. Patut dicontoh.
Saat itu, Sang Kaisar tentu sangat berduka dengan kehancuran negaranya. Terlebih dilakukan oleh bangsa lain yang memang sedang berperang dengan Jepang untuk memperebutkan sebuah supremasi tertinggi sebagai bangsa dan begara pemenang Perang Dunia ke-2.
Bagi penulis, yang sangat mengagumkan, sikap mental bangsa Jepang terus menyatu satu sama lain. Dari Sang Kaisar hingga rakyat kecil memperlihatkan sikap bahu membahu. Saling suport dan saling menguatkan.
Tidak ada satu fragmen sejarah pun yang menyatakan keterbelahan sikap dalam mensikapi realitas kehancuran Hirosima dan Nagasaki. Dalam keterpurukan mereka tetap satu suara: Bangkit.
Padahal bila kita menyimak asbab terjadinya peristiwa Hirosima dan Nagasaki, dikarenakan soal ambisi para Panglima Perang Kerajaan Jepang dan para Ksatria Samurai untuk memulai perang dengan Amerika dan Sekutunya.
Seandainya saja hal seperti itu terjadi pada negara kita, penulis tidak sanggup membayangkan betapa riweh dan riuhnya serta pasti ribuan hoaks berselancar tanpa batas dan tanpa henti tiap detik.

Alih-alih bahu membahu menyelesaikan masalah bangsa secara gotong royong, malah yang terjadi adalah perselisihan dan pertikaian sesama anak bangsa.
Publik harus melihat letak perbedaan yang mendasar dari bangsa kita yang harus diperbaiki. Bercermin pada Jepang saat itu. Ketika luluh-lantah tadi. Setelah perlakuan negeri Paman Sam.
Indonesia adalah bangsa besar. Dan kita sudah buktikan bahwa kita bisa bersatu dan menang mengusir bangsa yang sudah puluhan bahkan ratusan tahun mengisap darah bangsa kita.
Kita percaya dengan kekuatan bangsa sendiri. Bisa bangkit dan menjelma menjadi bangsa hebat dan menjadi mercusuar dunia. Karena memang kita memiliki semua potensi yang bisa berkembang secara maksimal untuk menjadi bangsa kelas dunia.
Namun, itu semua kembali pada sikap seluruh rakyat Indonesia. Apakah masih asyik berdansa dalam irama gendang bangsa lain. Atau kita bangga memainkan musik dengan hasil cipta bangsa kita sendiri.
Tidak ada salahnya, kita belajar dari Bangsa Jepang yang begitu tangguh dan tetap berdiri tegak, tetap menjaga solidaritas dan solidalitas sebagai state meskipun dihancurleburkan sekutu.
*Penulis adalah Ketum DPP Ormas Kerabat dan Sahabat Kesultanan Banten (Babad Banten).