TANGERANG | Sejumlah mahasiswa menamakan diri Gerakan Tiga Belas Oktober untuk Mengingatkan Kekuasaan (Getok Kekuasaan) datangi gedung bupati. Meminta serius dan fokus pimpin Tangerang.
Sambil membawa keranda dan poster beberapa persoalan Kabupaten Tangerang yang belum jelas penyelesaiannya. Mulai dari masalah kemiskinan sampai pengangguran.
Pantauan Vinus di lapangan, masa aksi menyuarakan kegelisan di hadapan gedung bupati. Membawa keranda mayat sebagai simbol matinya nurani Bupati Tangerang.
Baca Juga
- Refleksi Hari Jadi Kabupaten Tangerang: Setumpuk Persoalan, Segudang Masalah
- Pak Bupati, Lihatlah Tangerang dari Belakang, Jangan-Jangan Belum Gemilang
“Hari ini, kita turun dalam rangka menyuarakan jeritan rakyat. Mereka butuh penyambung lidah,” ujar Bahtiar Rifai saat setelah orasi.
Bahtiar menyampaikan daftar persoalan yang seharusnya diselesaikan pemerintah daerah, tapi tidak juga beres. Mulai dari persoalan sampah, galian tanah, kemiskinan, pencemaran dan perusakan lingkungan, pengangguran, praktik calo kerja, pembangunan alun-alun, sampai dualisme kepemimpinan KNPI.
Selain itu, masih kata Bahtiar, ada puluhun pedagang Cisoka yang ditutup paksa. Mereka meminta keadilan, tapi pemerintah daerah diam saja. Bahkan, untuk sekadar melihatnya saja, Bupati Tangerang tidak melakukan.
“Mereka menjerit. Tempat usahanya ditutup Perumda Pasar Niaga Kerta Rahardja milik Pemerintah Daerah Kabupaten Tangerang. Sehingga tidak bisa mencari nafkah,” ujarnya pada Rabu, (13/10).
Di hari jadi Kabupaten Tangerang ke-389 ini, Getok Kekuasaan meminta pejabat Tangerang lebih fokus pada penyelesaian masalah. Bukan mengerjakan rutinitas tahunan. Betul-betul bekerja dan berpihak pada kaum lemah.
Sementara, Firmansyah menyingung soal kinerja pejabat Tangerang yang seolah-olah pencitraan semata. Camat Cisoka mendatangi rumah nenek Mirah, setelah viral di media massa. Kepala Dinas Pemuda, Olahraga, Budaya, dan Pariwisata juga tidak beda, mendatangi Tebing Koja, setelah publik ramai membicang kejadian di sana.
Dirinya juga menilai Pemerintah Daerah Kabupaten Tangerang tidak peduli lingkungan. Puluhan pohon di sepanjang jalur Puspemkab ditebangi. Dibuat pedestrian. Penangan sungai Cirarab juga sampai saat ini tidak ada perubahan berarti.
“Berita kemiskinan hampir setiap hari kita baca di media massa. Gelandangan dan pengemis berkeliaran di setiap sudut Tangerang. Tidak terlihat kehadiran pemda,” sambung pria yang juga sebagai koordinator lapangan ini.
Lanjut Firman, selama ini wibawa dan nurani pejabat Tangerang sudah di bawah ambang batas, buktinya pengusaha galian tanah kerap melawan. Beroperasi seenaknya, ketika ditutup, keesokan harinya buka kembali. Juga Perbub 47, tentang pengaturan jam operasional itu, mobil-mobil truk besar sering sekali melawan. Bahkan di beberapa titik menelan korban.
Getok Kekuasaan meminta, di 2 tahun sisa masa kepemimpinannya, Bupati Tangerang lebih peduli penderitaan warga. Menyelesaikan masalah mendasar yang belum tersentuh secara optimal. Dan pasti bisa.
Sekadar informasi, Aksi Getok Kekuasaan menampilkan teatrikal di Puspemkab Tigaraksa. Menyindir pemerintah melalui aksi sandiwara. |We