
TANGERANG | Alpiyah (41), janda anak 5 hidup dalam kondisi sangat memprihatinkan. Warga asal Kampung Kamuning Desa Benda Kecamatan Sukamulya ini masuk kategori miskin ekstrem.
Kemiskinan membuat Alpiyah tidak mempunyai tempat tinggal. Dia terpaksa menempati rumah warga yang sudah lapuk. Kurang layak huni. Apa adanya.
Sebelum bercerai, Alpiyah bersama suami dan kelima anaknya tinggal di Kabupaten Serang. Namun karena suaminya menikah lagi, akhirnya Alpiyah diceraikan sekitar setahun silam.
Baca Juga
- Tinggal di Rumah Tak Layak Huni, Nenek Lumpuh di Jayanti Tak Tersentuh Bantuan Pemerintah
- Miskin di Pusat Ibu Kota, Kakek Sobir Warga Kelurahan Tigaraksa Memprihatinkan
Usai bercerai, Alpiyah kembali tinggal di tempat kelahirannya, Kampung Kamuning bersama kelima anaknya. Karena kedua orang tuanya sudah lama meninggal dan tidak mempunyai tempat tinggal, warga pun iba kepada Alpiyah. Kemudian diberikan tempat tinggal di rumah salah satu warga yang sudah lama tidak dihuni.
Lebih miris lagi, keluarga ini tidak memiliki dokumen kependudukan, baik Kartu Tanda Penduduk (KTP) maupun Kartu Keluarga (KK). Alasanya terhambat biaya. Suaminya yang menikah lagi dengan orang lain, tidak memberikan nafkah untuk kelima anaknya.
Untuk memenuhi kebutuhan hidup, Alpiyah dan kelima anaknya harus bergantung dengan hasil jerih payah sebagai kuli cuci dan gosok pakaian dengan upah tak menentu. Kadang dibayar Rp30 ribu. Itu pun hanya sesekali.
Saat ditemui Vinus, Alpiyah mengatakan, dirinya harus bekerja sebagai buruh cuci dan setrika pakaian untuk menghidupi kelima anakanya. Itu pun jika dipinta oleh warga. Tidak tiap hari.
“Saya berharap kepada pemerintah atau siapa saja untuk membantu beban penderitaan yang dialami, terutama untuk memiliki KTP dan KK. Pengen juga punya usaha kecil-kecilan,” ungkapnya pada Sabtu sore (20/08).
Tak jarang Alpiyah menahan tangis, lantaran tidak bisa memenuhi kebutuhan makan dan belanja sehari-hari untuk anak-anaknya.
Anak bungsunya masih berusia 2 tahun, setiap hari butuh asupan ASI. Sedangkan anak pertamanya masih berusia 13 tahun. Dia putus sekolah sampai kelas 6 SD karena keterbatasan biaya.
Alpiyah dan anak-anaknya sering mengalami tidak memiliki uang sama sekali untuk membeli beras. Terkadang dia pinjam ke tetangga yang merasa iba kepadanya. | We