Oleh: Siska Marini*
TANGGAL 21 April diperingati sebagai hari Kartini. Seorang pahlawan perempuan yang paling terkenal tanpa mengesampingkan peran dan jasa pahlawan perempuan lainnya.
Perempuan, merupakan makhluk yang dicitrakan lemah, tak berdaya, serta tak mampu berbuat apa-apa. Lalu munculah gerakan-gerakan, mengklaim bahwa perempuan adalah makhluk yang kuat dan berdaya.
Gerakan-gerakan ini tidak salah, karena pada saat kemunculannya, perempuan memang dalam kondisi tertindas. Namun, saat ini penulis menilai gerakan atau pemikiran perempuan sudah mulai out of track.
Baca Juga
- Selama Ramadan, Rumah Tani Bagi-Bagi Takjil
- Gelar Diskusi, Forum Pemuda Kebangsaan Sepakat Calon Presiden 2024 Berangkat Dari Kepala Daerah
Keberadaan dan kebebasan yang dimiliki perempuan saat ini jelas bukan untuk menyaingi laki-laki atau merasa superior. Karena pada dasarnya, perempuan dan laki-laki diciptakan untuk saling melengkapi.
Selain itu, perempuan dan laki-laki harus saling menghargai. Kebersalingan ini semestinya dapat diterapkan dalam semua sektor kehidupan.
Laki-laki memberikan kesempatan kepada perempuan untuk berkembang. Perempuan menghargai laki-laki dengan segala potensinya.
Perempuan juga harus sadar untuk tidak selalu menjadikan laki-laki sebagai objek yang selalu salah dan harus mengerti. Tidak seperti itu.
Karena kebersalingan ini, maka laki-laki pun mengerti dan dapat bersinergi. Sehingga tidak ada lagi perempuan yang memiliki beban ganda.
Tidak perlu menjadi perempuan yang terlihat kuat seperti laki-laki untuk dinilai keren. Karena sejatinya fitrah perempuan memang lemah lembut namun tetap tegas.

Jadilah perempuan yang mampu mendidik dengan kasih sayang. Tetap mampu berdiri diatas kakinya sendiri, tapi tetap dapat bersinergi dengan semua pihak.
Perempuan cerdas, ialah perempuan yang sadar betul dan dapat menempatkan diri dengan tepat sesuai kepingan puzzle kehidupan yang dimilikinya.
Jadilah perempuan mandiri dan maju yang bisa membawa diri. Ilmu pengetahuan diciptakan supaya kita bisa semakin bijak.
Sebab, setara merupakan kesamaan posisi antara kedua belah pihak. Maka kesetaraan yang selama ini diperjuangkan tidak akan pernah terwujud jika perempuan masih saja ingin mendominasi dan membuktikan diri, kalau perempuan bisa lebih baik dari laki-laki.
Selamat menjadi perempuan yang bebas merdeka. Karena sekarang perempuan sudah memiliki akses tersebut.
Namun yang harus selalu diingat, sesuai apa yang pernah disampaikan salah seorang dosen penulis, “Kebebasan yang kita miliki bukan bebas yang sebebas-bebasnya, kebebasan yang kita miliki terikat dengan hak-hak orang lain.”
* Penulis adalah demisioner Ketua PK PMII Isvil dan Alumni Prodi PIAUD STIT Islamic Village.