
Oleh: Yani Suryani*
INDONESIA menjadi salah satu negara yang terkenal dengan masakannya. Juga aneka jenis sambal. Tidak terasa makan jika tak ada sambal. Itulah salah satu kekhasan dari masakan yang ada di Nusantara.
Berbicara sambal, maka hal itu tidak akan terlepas dengan bahan baku: cabai.
Saat ini harga cabai di Indonesia sedang mengalami penurunan yang sangat drastis. Bahkan ada video yang viral berisi kemarahan seorang petani cabai yang mengamuk dan merusak kebunnya.
Kemarahan petani tersebut diakibatkan harga cabai yang sudah tak logis lagi penurunannya.
Baca Juga
Seharusnya, pemerintah serius untuk melindungi petani, bukan malah membuat kebijakan yang justru menimbulkan kesengsaraan. Apalagi dengan melakukan impor cabai.
Sebagai negara agraris, rakyat Indonesia banyak yang berprofesi sebagai petani. Dan semua petani sudah pasti sangat berharap akan ada untung yang didapat kala panen tiba.
Namun kenyataannya berbalik. Ketika petani sudah bekerja keras, mengurus, dan membiayai tanaman cabai, harga cabai malah anjlok. Sehingga bukan untung yang didapat, malah kerugian yang menghinggap.
Berdasarkan data yang dihimpun sejak Bulan Januari hingga Juni 2021, Indonesia telah mengimpor cabai 27.851,98 ton. Dengan nilai Rp8,58 triliun. Dan negara India adalah negara pemasok terbesar.
Padahal Indonesia merupakan negara dengan alam yang subur. Hampir semua jenis tanaman dapat tumbuh di negeri ini. Bahkan ada istilah yang mengatakan tongkat kayu dan batu jadi tanaman.
Ironis sekali, saat ini justru keran impor dibuka begitu besar, sehingga para petani cabai menjerit.
Jika para petani yang sudah bekerja keras, berjibaku dengan tanah untuk menghasilkan hasil produksi yang belum maksimal dan belum mampu menutupi kebutuhan cabai di seluruh negeri ini, lantas apakah impor menjadi solusi terbaik? Jjustru membuat hati para petani menjerit, bahkan terluka akibat kebijakan penguasa.

Seharusnya saat ini pemerintah mampu untuk mengayomi rakyat. Agar merasa bahwa pemerintah memang serius untuk melindung dan membela rakyat. Sehingga mereka mampu bertahan dan memenuhi kebutuhan sehari-hari. Khususnya para petani.
Karena sudah pasti para petani ini berharap dengan keuntungan yang didapat maka pemenuhan kehidupan dalam keluarga akan teratasi. Bahkan saat pandemi menjadi musibah negeri ini banyak sekali masalah yang timbul terutama dibidang ekonomi.
Jika para penguasa yang ada di negeri ini, baik mereka yang duduk di lembaga legislatif, eksekutif, dan yudikatif tidak berpihak kepada rakyat, lalu kepada siapakah rakyat meminta pertolongan.
Bukankah saat kampanye dan meminta agar terwujud cita-citanya menjadi wakil rakyat selalu mengatakan akan membantu rakyat. Dan juga saat pemerintah mengeluarkan kebijakan harusnya semua adalah demi rakyat.
Bukankah pemimpin itu laksana gembala yang harus mengetahui apakah hewannya sudah makan atau belum, sudah kenyang atau belum, bahkan sudah terpenuhikah kebutuhan sehari-harinya?
Rasulullah sebagai tauladan bagi umat Islam telah mengingatkan bagaimana seharusnya seorang pemimpin atau imam itu. Sebagaimana hadist yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Ahmad yang artinya:
“Imam/pemimpin itu laksana pengembala dan dia akan dimintai pertanggungjawaban akan rakyatnya (yang digembalakannya)”.
Wallahu ’alam.
*Penulis adalah Guru Madrasah.