Oleh: Abdul Haris*
NEGARA Republik Indonesia kewalahan menghadapi pandemi Covid-19. Sudah hampir 2 bulan pemerintah disibukan dengan penanganan virus corona.
Tidak hanya pemerintahan pusat, daerah juga mengalami kerepotan menghadapi pandemi. Bahkan hampir seluruh daerah, baik provinsi maupun kabupaten/kota.
Virus ini semakin merajalela, menggerogoti sendi-sendi kehidupan manusia. Baik sisi ekonomi maupun kesehatan.
Beberapa hari yang lalu, Menteri keuangan Sri Mulyani melalui salah satu media nasional mengatakan, bahwa permasalahan kita saat ini lebih kompleks dibanding tahun 1998 (22 tahun lalu). Tentu ini menjadi krisis terbesar sepanjang orde baru dan reformasi.
Tahun 1998 Indonesia hanya mengalami krisis moneter. Lain halnya dengan saat ini, Indonesia mengalami krisis ekonomi, kesehatan, juga informasi publik yang semakin hari semakin tidak dapat dipercaya keabsahannya.
Pada bulan Maret lalu, pemerintahan berharap para Taipan Indonesia dapat membantu untuk meringankan beban dalam menamgani penyebaran Covid-19.
Pasalnya, juru bicara pemerintah khusus penanganan Covid-19 menyarankan agar si kaya dan si miskin saling membantu satu sama lain. Si kaya membantu meringankan beban kebutuhan ekonominya si miskin, kemudian si miskin jangan banyak ke luar rumah. Agar imbauan physical distancing dapat berjalan dengan baik.
Merujuk pada apa yang disampaikan oleh juru bicara tersebut, bahwa terlihat jelas pemerintahan Indonesia saat ini sedang mengalami krisis besar. Terutama pada sektor ekonomi.
Kita semua ingin taipan-taipan di Indonesia dapat mengindahkan saran tersebut. Mengingat kondisi dan situasi saat ini semakin membuat rakyat panik dan gaduh.
Saat ini, di Indonesia, banyak sekali taipan muslim yang secara kekayaan lebih besar dari jutaan jiwa masyarakat Indonesia.
Allah SWT telah menganjurkan agar saling tolong-menolong, topang-menopang, pikul-memikul antar sesama umat manusia. Saling menolong sangat dianjurkan dalam Islam.
Kutipan seorang sufi dan penyair asal Turki rasanya masih relevan. Musik yang diharamkan itu ialah bertemunya sendok dan piring orang kaya yang sedang asik makan dan didengar oleh orang miskin yang kelaparan (Jalaludin Rumi).
Kemudian disatu sisi, Allah juga menyampaikan melalui beberapa ayat agar saling bersedekah dan berbagi rezeki kepada umat manusia. Tentu yang secara ekonomi sosial sedang mengalami kesulitan.
Banyak sekali ayat mengenai anjuran bersedekah bagi umat islam dan umat manusia di muka bumi. Pada bagian lain, Allah juga menggambarkan balasan bagi orang-orang yang gemar bersedekah.
Pada surah An-Nisa ayat 114:
“Tidak ada kebaikan pada kebanyakan mereka, kecuali orang yang menyuruh bersedekah, atau berbuat kebaikan, atau mendamaikan di antara manusia. Dan siapa yang berbuat demikian dengan maksud mencari keridhoan Allah, tentulah Kami akan memberi kepadanya pahala yang amat besar”.
Allah menggambarkan lagi kesempurnaan amalan apabila bersedekah sesuatu yang kita sayangi. Dalam surah Ali-Imran ayat 92:
“Kamu tidak sekali-kali akan dapat mencapai (hakikat) kebajikan dan kebaktian (yang sempurna) sebelum kamu dermakan (berikan) sebagian dari apa yang kamu sayangi. Dan sesuatu apa juga yang kamu dermakan maka sesungguhnya Allah mengetahuinya”.
Sedangkan melalui HR Bukhari. Rasulullah SAW., menyampaikan mengenai harta-harta para orang kaya:
“Janganlah sekali-kali orang-orang yang bakhil dengan harta yang telah Allah berikan kepada mereka dari karuniaNya itu menyangka bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka, sebenarnya bahwa kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka, harta-harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan di lehernya kelak di hari kiamat” (HR. Bukhari).
Terlihat jelas bahwa Allah beserta Rasul-Nya telah menyampaikan kepada manusia, terlebih umat islam agar melakukan sedekah sebanyak-banyaknya untuk menolong saudara yang kesulitan.
Dalam keadaan seperti ini, urgensi pilantropi taipan muslim sangat dibutuhkan. Selain membantu umat manusia, juga aktualisasi perintah ilahi.
*Penulis adalah Kader HMI & Ketua HMBT