
TANGERANG | Namanya Bahar, pria lajang asal Pangandaran itu sudah 3 tahun berjualan. Setiap hari tidak kurang 100 ribu ia kantongi.
Sesekali bisa 200 Ribu. Terutama saat weekend. Itu untung bersih. Jika digabung dengan modal, jumlahnya mencapai 300-450 ribu.
Kepada vinus.id, Bahar bercerita soal keadaan satu bulan terakhir. Terutama ketika virus corona ramai di media. Jualannya menurun drastis. Kini penghasilannya tidak lebih dari 40 ribu.
Sekitar tiga minggu yang lalu, hasil jualan masih normal. Begitu ada pengumuman dari pemerintah agar tetap tinggal di rumah, pembeli berkurang. Sore ini saja baru dapet seratus ribu. Itu berikut modal.
“Jualan siomai dan batagor sudah tiga tahun. Penghasilan bersih rata-rata di atas seratus ribu. Bulan April ini, dapet 50 ribu juga sudah alhamdulillah,” ujarnya pada Selasa, (07/04).
Lebih lanjut, pria yang sehari-hari keliling alun-alun dan perumahan sekitar pemda ini berharap virus corona cepat berlalu. Kasihan para pedangan kecil. Orang seperti saya kalau tidak jualan, enggak dapet pemasukan.
Ketika ditanya soal anjuran untuk tinggal di rumah, penjual siomai keliling ini mengaku bukan tidak taat. Dirinya tetap berjualan karena terdesak kebutuhan.
“Sebetulnya saya pengen di rumah. Tapi kalau tidak keliling, pemasukan saya kosong. Barangkali kalau ada bantuan dari pemerintah untuk hidup satu bulan aja, saya siap tidak jualan”, ujarnya kepada wartawan vinus.id.
Banyak kebutuhan. Kontrakan harus dibayar. Makan sehari-hari ini aja kita nunggu untung dagang. Belum kebutuhan lain. Mau pulang tanggung, nunggu bulan puasa aja. Itu juga kalau tidak dilarang pemerintah.
Pantauan vinus.id., pedagang di sekitar alun-alun sudah sangat sedikit. Hanya beberapa yang tetap berjualan. Rata-rata semuanya pernah mendengar imbauan perintah daerah untuk tetap tinggal di rumah dan menghindar keramaian. |We