
TANGERANG | Meski dalam keadaan sakit stroke, Budi Sabarudin mampu menyempatkan untuk mendongeng. Berupa monolog.
Budi Euy, sapaan akrabnya, menuturkan, awalnya undangan mendongeng itu hendak ia tolak. Namun, memiliki kesempatan mendongeng dalam keadaan tidak normal, baginya sungguh menyenangkan dan patut disyukuri juga.
Akhirnya ia terima dan tampil dalam acara “Bincang-Bincang Bahas Sastra (B3S)” yang digagas Pengurus Duveta SMKN 2 Kota Tangerang itu.
Baca Juga
Budi Euy membawakan dongeng Raja Tua dan Biji Benih Pohon.
Dia mengungkapkan, sebelum pentas, dadanya sempat berdebar-debar karena selama 3 tahun (Covid-19 ditambah sakit stroke) dirinya belum pernah mendongeng lagi. Berhenti total.
Budi khawatir jatuh. Tapi Allah masih melindungi dan menyayanginya. Subhanallah.
Menurut penuturannya, sebelum pentas, aula sekolah tersebut diberi energi dengan bismillah dan dzikir sholawat dalam hati terlebih dahulu.
“Alhamdulillah, saya merasa lebih tenang lebih yakin, lebih kuat hingga pentas monolog dongeng saya lancar,” ungkapnya pekan lalu.
Ketika ditanya, kok bisa monolog dongeng saat sakit strok? Dia pun heran dan kaget sendiri. Jawabnya karena kuasa Allah semata.
Tak hanya itu, selama 30 menit Budi Monolog Dongeng, lebih dari 100 penonton dibuat menjadi ambyaaar.
Mendongeng dengan pendekatan seni pertunjukkan (Monolog dongeng) sengaja dipilih karena pendekatan ini belum dikembangkan oleh para pendongeng.
Umumnya pendongeng-pendongeng di negeri ini menggunakan pendekatan ventriloquism.
Akibatnya, pola mendongeng menjadi seragam. Budi menolak penyeragaman mendongeng seperti itu. Dia tak mau terjebak. Sebagai personal, dirinya mengatakan, harus merdeka dalam mendongeng. |We