Oleh: Hamzah Sutisna*
BICARA soal perempuan, tentu akan banyak sekali hal yang bisa disampaikan. Terutama terakit peran yang diembannya.
Namun, jauh dari pada itu, hampir semua sepakat, perempuan merupakan sosok luar biasa. Tentu dengan berbagai kelebihan yang ada padanya.
Perbincangan mengenai perempuan memang selalu ramai, baik media maupun diskusi. Terutama soal emansipasi wanita atau kesetaraan gender.
Meski persoalan ini sudah lama diperbincangkan, tapi masih menjadi topik hangat dikalangan kita saat ini. Banyak stigma yang muncul, baik positif atau bahkan sebaliknya.
Baca Juga
- Kenalan Dengan Kak Irma, Pendongeng Boneka Tangan yang Disukai Anak-Anak
- Ramadan, Momentum Menuju Pribadi Lebih Baik
Stigma yang yang dominan: perempuan tidak bisa melebihi laki-laki. Ada juga yang berpendapat, setinggi-tingginya karier perempuan, ujung-ujungnya hanya sebagau ibu rumah tangga.
Pandangan itu masih dipercaya masyarakat. Namun, jauh dari itu, peran perempuan tentu sangat penting untuk pelengkap dan keseimbangan kehidupan.
Banyaknya stigma yang mengkerdilkan seorang perempuan, membuat sebagian besar perempuan menjadi tidak percaya diri. Bahkan enggan menjadi seorang yang sukses. Seolah membuat suatu pembatas dalam taraf kesetaran di antara laki-laki dan perempuan.
Dengan alasan, seberapa tinggi kesuksesan perempuan, mereka akan tetap menjadi orang yang tidak diakui keberhasilannya. Hal inilah yang menjadi sebagian besar perempuan kehilangan motivasi untuk bisa mandiri dan lebih berkembang.
Selain itu, ada sebuah paradoks yang menuntut seorang perempuan untuk memilih antara satu kegiatan dengan kegiatan yang lain. Apabila ia memilih yang satu makan urusan lain tidak bisa diselesaikan.
Memilih karier atau menjadi ibu rumah tangga misalnya. Memilih menjadi entrepeneur. Atau menekuni profesi lain.
Itu untuk orang yang sudah berkeluarga. Bagi kalangan yang belum, sering kali dikaitkan dengan memilih karir atau mencari pasangan (menikah). Lanjut kuliah atau bantu orang tua di rumah?
Hal ini acap kali muncul dalam paradigma masyarakat kita. Mengesampingkan suatu hal untuk meninggikan hal lainnya.
Bukan hanya dikalangan masyarakat yang tidak kenal dengan kita. Masalah ini juga sering muncul dari keluarga dan orang-orang terdekat.
Ada yang menarik tentang persoalan perempuan. Najwa Shihab permah berkata: perempuan tidak harus memilih.
Menurutnya, menjadi perempuan seringkali dihadapkan dengan persoalan pilihan. Sedangkan membuat pilihan ini menjadi sebuah tantangan, sering ditanya mau bekerja apa jadi ibu rumah tangga?
Seolah memilih salah satu akan mengorbankan yang lain. Padahal perempuan bisa saja mengerjakan semuanya tanpa harus mengorbankan yang lainnya.
Maka muncullah sebuah pengantar bahwa perempuan merupakan seorang yang multi peran. Dia bisa menjadi wanita karier yang sukses dan juga tidak menghilangkan perannya sebagai seorang ibu yang baik, bagi anak dan keluarganya.
Mereka menganggap laki-laki biasa tidak cocok dengannya. Dari sini tentu membuat kondisi psikis perempuan tentang pasangan menjadi terganggu. Merasa seolah dia adalah sosok yang sulit mendapat pasangan yang sesuai dengan harapannya. Tidak setara dengan kondisi ekonomi dan finansialnya.
Inilah yang menjadi sulit dalam hal mencari pasangan tanpa memandang status. Kesetaraan yang murni hadir karena rasa cinta yang sesungguhnya.
Banyak peristiwa viral belakangan ini. Sebuah tontonan atau bacaan yang mengisahkan seorang Crazy Rich. Dari kalangan konglamerat, menyukai seorang dari kalangan biasa.
Ini tentu secara tidak langsung menggambarkan pola kehidupan yang sedang terjadi dikalangan masyarakat saat ini. Tidak menutup kemungkinan dari faktor inilah sering sekali kita temukan bahwa wanita karier jarang ada yang menikah di usia muda.
Perempuan dewasa tentu mereka akan mampu menentukan kebaikannya sendiri. dianggapnya mandiri dan bisa memilih dan memilah tanpa sepenuhnya diatur oleh orang lain.
Tentu dengan secara sadar dan ada pembuktian nyata yang mereka tunjukan pada orang lain, bahwa perempuan bisa melakukannya.
Jadilah mereka seperti sosok Siti Khadijah yang setia sampai akhir hayatnya menemani Rasulullah saw. Selalu mensupport setiap dakwahnya, baik secara moril ataupun materil.
Inilah gambaran bahwa setiap kita baik laki-laki atau pun perempuan harus bisa saling menguatkan satu sama lain. Tidak dengan judge dan stigma yang malah membuat satu dengan yang lainnya merasa terkucilkan.
* Penulis adalah Kader Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Isvill.