spot_img
spot_img

Narasi Kering Menuju Kota Metropolitan

Foto: Abu Rizal Sidik*

ANCANG-ANCANG mulai dilakukan, industri dan properti menjadi sektor unggulan menuju kota metropolitan. Dengan dalih konsep dan strukturnya sudah terpenuhi, sang penguasa kencang menginjak pedal melaju. Seolah menghiraukan problematika di setiap sudut wilayah Tangerang.

Bermula pada alotnya perbincangan akan penentuan sektor industri ataupun agrari. Belum sampai pada bagian kesimpulan, para pemangku kebijakan sudah gencar melebarkan arena arsiran pada sektor wisata hingga properti.

Tidak salah memang mengindahkan berbagai macam sektor, tetapi ada hal yang perlu diperhatikan, ranah potensial harus dilestarikan agar tidak hanya menyelam di berbagai macam kolam dengan kedalaman dangkal. Lebih bagus lagi satu kolam namun hingga dasar.

Luas wilayah yang hampir menyentuh seribu hektare sekaligus dihiasi bentangan sungai, pantai, dan tiga juta jumlah populasi penduduk beragam, sudah menjadi hukum alam Tangerang dihantui berbagai macam pekerjaan rumah yang tidak dapat disepelekan. Bukan hanya pada hal yang berbasis nilai, lebih utamanya adalah pemberdayaan dan peningkatan kapasitas. Agar tidak hanya menjadi penonton di tengah kemegahan tanah kelahiran.

Baca Juga

Menyelami fenomena saat ini, para pemangku kebijakan belum menentukan langkah pasti soal arah mata angin: Sektor industri atau agrari. Berbagai macam pertanyaan timbul, jika memang berpijak pada industri, sudah sejauh mana langkah para penyelenggara untuk mempersiapkan rakyatnya menghadapi sektor tesebut? Begitu pun sebaliknya jika mengarsir pada sektor agrari.

Enggan rasanya membicarakan pengembangan pertanian berkelanjutan, pada kenyataannya bagian utara wilayah kabupaten yang dirancang sebagai kawasan minapolitan dan kawasan agropolitan tenggelam ditelan problematika kepentingan infrastruktur. Terjadi kontradiksi antara dass sollen dan dass sein mengenai Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 13 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tangerang Tahun 2011-2031.

Peningkatan dan pengembangan infrastruktur yang seharusnya mendukung pengembangan pertanian, malah yang mucul kesan eksploitatif. Kini akselerasi berbagai macam program terkait pengembangan pertanian berkelanjutan terkungkung  permasalahan fundamental, yaitu lahan.

Belum lagi pada sektor industri, strategi pengembangan kawasan industri yang mempunyai daya saing dan nilai tambah, rasanya belum dibarengi dengan peningkatan kapasitas dan pengembangan sumber daya manusia. Jauh dari harapan.

Hidangan yang diberikan para pemangku kebijakan belum menyentuh pada persiapan masyarakat pribumi. Pun dengan implementasi program pelatihan yang diberikan, jauh dari muatan materi terkini. Terutama yang dibutuhkan oleh perkembangan zaman.

Skema strategi pelatihan berkelanjutan sudah mulai harus dirancang, mulai dari pelatihan hingga pendistribusian, mengingat persaingan industri mempunyai standarisasi tinggi. Para penguasa diharapkan mampu memberikan wadah bagi masyarakat agar tidak menjadi tamu di rumah sendiri.

Baru-baru ini sang penguasa membuka pandangan lebih lebar menuju kota metropolitan. Namun sayangnya, hal itu masih dimaknai secara fisik bukan berdasarkan pada pandangan holistik. Pada hakikatnya, seorang nahkoda harus memastikan seluruh atribut bahtera sebelum berlayar sehingga dapat berkelana dengan menyeluruh, aman, dan tentram.

Seolah terhipnotis oleh pengembangan kawasan baru sebagai pusat bisnis, investasi, hingga hunian masyarakat. Sungai kumuh hingga masyarakat miskin yang masih menghiasi Tangerang terlupakan.

Titik poin pembahasan harus diseragamkan, mejuwudkan metropolitan bukan hanya sekadar gemerlap kota. Lebih daripada itu, kajian yang harus difokuskan ialah bagaimana pembangunan diselaraskan dengan masyarakat untuk kesejahteraan.

Bukankah masih banyak hal yang harus diperindah, seperti penertiban pengelolaan limbah yang dapat mencemar lingkungan sekitar, hingga merancang kawasan industri sebagai siasat pada lingkungan kreatif yang berpihak pada warga sehingga dapat berdampingan perlu diaktualisasikan.

Mengambil sikap menyelam pada berbagai macam kolam secara dangkal, menghasilkan pemandangan yang membingungkan. Tak jarang rasanya melihat luas hamparan pertaian di setiap sudut wilayah Tangerang bertengger papan besi bertulis kepemilikan lahan perusahaan. Pun sulit mengakui kawasan industri sudah berbasis pada lingkungan kreatif untuk meningkatkan kinerja lingkungan dan sosial.

Lihat saja sektor lain, tempat wisata misalnya, menjadi korban terbengkalai. Fenomena-fenomena ini seharusnya menjadi jembatan pengingat bahwa masih banyak hal yang perlu diperhatikan. Agar dapat memaknai konsep dan struktur metropolitan secara relevan.

*Peserta Simpul Belajar Perekat Demokrasi & Asisten Peneliti Visi Nusantara. 

Loading

VINUS TV

BERITA TERBARU

IKLAN

spot_img
spot_img

BERITA TERPOPULER

IKLAN

spot_img
spot_img

BERITA TERKAIT

Data Bersih, Pilkada Rapih

Data Raksasa di Pilkada, No Drama!

Melawan Perang Dusta di Pilkada

KPU, Putusan MK, dan Gerakan Mahasiswa

IKLAN

spot_img
spot_img
spot_img
spot_img

SEPUTAR BANTEN

IKLAN

spot_img
spot_img
spot_img

SEPUTAR DESA

Masyarakat Pasir Bolang Demo Alfamart