
PEMILIHAN Umum (Pemilu) yang akan dilaksanakan pada 14 Februari 2024 semakin dekat. Kita akan memilih Presiden dan Wakil Presiden Indonesia untuk lima tahun ke depan.
Tiga kandidat calon Presiden sudah resmi mendeklarasikan diri. Mereka adalah Prabowo Subianto, Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo.
Berbagai survei pun sudah banyak dilakukan. CNBC Indonesia merangkum 26 survei terbaru yang dilakukan oleh berbagai lembaga survei sejak juli 2023. Hasilnya berbeda-beda.
Tentu saja, tingginya elektabilitas dalam survei bukan sebuah patokan kemenangan dalam kontestasi politik. Apalagi Pilpres.
Baca Juga
Survei hanya sebuah gambaran yang tidak pasti. Apapun itu bisa berubah. Akan selalu ada kejutan seiring dengan manajemen isu dan konflik yang dilakukan pihak berkepentingan. Tapi memang, survei menggambarkan situasi yang jelas dalam kurun waktu tertentu.
Bagi penulis, setidaknya ada dua aspek yang harus dilihat dari para kandidat Capres dan Capawapres untuk menentukan pilihan kita. Yaitu karakter dan gagasan. Mengapa?
Pertama, karakter. Tipe atau karakteristik seorang pemimpin akan sangat berpengaruh terhadap tata kelola suatu pemerintahan. Apalagi menghadapi dinamika yang akan terjadi. Misalnya, merakyat, tegas, cerdas, jujur, dll.
Terlebih kalau kita tinjau sejarah bangsa ini. Herbert Feith seorang profesor ilmu politik asal Australia, mengkategorikan dua karakter kepemimpinan Indonesia: Solidarity Maker (pemimpin yang mempunyai kemampuan menggalang solidaritas) dan berjiwa administrator.
Feith mengkategorikan pemimpin berkarakter Solidarity Maker ini seperti Bung Karno. Sedangkan berjiwa administrator itu seperti Bung Hatta. Dalam waktu yang cukup panjang, keduanya bersama saling melengkapi. Meskipun pada akhirnya dwitunggal itu berpisah.
Jadi tidak ada salahnya, kita sebagai pemilih berharap, ingin memiliki dua karakteristik kepemimpinan semacam itu secara bersamaan di 2024 nanti.
Kedua, gagasan. Ini hal yang paling penting. Gagasan ini bagaimana para Capres dan Cawapres melihat Indonesia dengan segala problematiknya saat ini. Serta agenda yang akan mereka bawa untuk menjadi kebijakan publik.
Baca Juga
Kita bisa lihat isu-isu prioritas yang mendapat perhatian dari masyarakat berdasarkan hasil dari berbagai lembaga survey.
Rata-rata masyarakat ingin: Stabilitas harga BBM, Menciptakan banyak lapangan kerja, pemerataan bansos, infrastuktur, biaya kesehatan, korupsi di pemerintahan dihilangkan.
Belum lagi, menurut laporan Badan Pusat Statistik (BPS), pada Februari 2033 saja jumlah pengangguran di Indonesia mencapai 7,99 juta orang. Jumlah penduduk miskin pada Maret 2023 sebesar 25,90 juta orang. Ditambah ada 8 kota dengan tingkat polusi udara tertinggi di Indonesia.
Bisa kah para Capres dan Cawapres melalui gagasanya menjawab itu semua? Sesuatu yang masyarakat inginkan.
Pemerintah dengan kebijakan publiknya ini ibarat tempat bersandar. Jangan sampai tempat sandaran itu penuh duri dan paku. Yang ada rakyat sengsara dan mati.
Jadi jika menghendaki pemerintahan yang efektif, buatlah pemerintahan hebat dalam membuat kebijakan publik. Karena kebijakan publik mempu menjadikan rakyat biasa bekerja dengan luar biasa dan memberikan hasil luar biasa. Seperti dikutip dari buku Kebijakan Publik: agenda Para Pemimpin.
Terakhir, para Capres dan Cawapres harus paham penderitaan masyarakat di bawah sana. Dan menjawab tantangan itu semua.
Para pemilih juga harus berhati-hati memilih pemimpin untuk lima tahun kedepan. Dengar gagasan apa yang akan mereka bawa. Lihat track record para kandidat. Jangan sampai suara kita berlabuh pada orang yang salah.
*Ditulis oleh: Ade Firdiansyah.