
BEBERAPA minggu terakhir, Kabupaten Tangerang menjadi sorotan media terkait proyek Strategis Nasional (PSN) PIK 2 yang menuai perdebatan hangat. Aktivis-aktivis yang mengatasnamakan mahasiswa turut terlibat dalam memberikan dukungan terhadap proyek pembangunan ini.
Namun, fenomena ini menimbulkan polemik, mengingat seharusnya mahasiswa berperan sebagai agen pengontrol yang kritis terhadap isu-isu sosial dan pembangunan. Termasuk dalam konteks proyek besar seperti PIK 2.
Kita sebagai mahasiswa, harus melihat lebih jauh dampak dari proyek ini. Selain itu, kita harus memastikan bahwa pembangunan yang dilakukan tidak hanya menguntungkan segelintir pihak, tetapi juga harus memperhatikan dampak sosial yang ditimbulkan terhadap masyarakat.
Jika dampaknya justru lebih banyak menyengsarakan rakyat, maka kita harus bersuara untuk mereka. Tidak bisa diam saja, menyaksikan pembangunan.
Baca Juga
- Menimbang Dampak Positif dan Negatif Pembangunan PIK 2
- Gelar Refleksi Akhir Tahun, FORMI Deklarasi Tolak PSN-PIK 2
Tidak dapat dipungkiri, proyek PIK 2 membawa sejumlah dampak positif. Diharapkan bisa menyerap lapangan kerja bagi warga setempat.
Peningkatan fasilitas dan infrastruktur umum seperti jalan, jembatan, sekolah, dan rumah sakit juga menjadi salah satu dampak positif yang dibawa oleh pembangunan ini.
Namun, di balik manfaat yang ada, proyek PIK 2 juga menghadirkan sejumlah dampak negatif yang tidak bisa diabaikan. Salah satunya adalah penggusuran lahan milik warga yang terjadi untuk kebutuhan pembangunan.
Sejumlah video yang beredar menunjukkan bahwa lahan yang dibeli oleh pengembang tersebut tidak memenuhi standar kelayakan. sehingga menimbulkan keresahan di kalangan masyarakat.
Tak hanya itu, proyek ini juga berpotensi mengurangi lahan pertanian masyarakat yang selama ini menjadi sumber mata pencaharian mereka. Proses penggusuran seringkali tidak diimbangi dengan ganti rugi yang layak, sehingga berisiko mengganggu ketahanan pangan lokal dan pendapatan petani.
Kehadiran pendatang baru juga diprediksi dapat menyebabkan peningkatan kepadatan penduduk dan kemacetan di wilayah sekitar. Berkurangnya ruang terbuka hijau dan degradasi lingkungan akibat penebangan pohon serta reklamasi juga menjadi kekhawatiran yang tak bisa diabaikan.
Bahkan, perubahan sosial dan budaya masyarakat tradisional bisa terjadi seiring masuknya budaya urban yang dibawa oleh para pendatang. Ini harus menjadi catatan serius bagi pata mahasiswa.
Melihat berbagai dampak yang timbul, penulis menegaskan bahwa perencanaan dan eksekusi proyek ini harus dilakukan dengan hati-hati. Dan tak kalah penting, mempertimbangkan kepentingan seluruh lapisan masyarakat. Termasuk dari segi pengawasan.
Proyek besar seperti PIK 2 memang bisa membawa perubahan signifikan bagi Kabupaten Tangerang. Namun kita perlu memastikan bahwa dampak negatifnya dapat diminimalkan melalui perencanaan yang matang dan pengawasan yang ketat.
Sebagai mahasiswa dan masyarakat, penulis mengingatkan agar kita semua lebih bijaksana dalam menyikapi kebijakan publik. Pemerintah, sebagai pemangku kebijakan, diharapkan dapat mendengarkan aspirasi masyarakat dan tidak mengabaikan suara-suara kritis yang disampaikan.
Dengan demikian, pembangunan yang dilakukan bisa membawa manfaat maksimal bagi semua pihak, bukan hanya segelintir kelompok. Termasuk seluruh warga Kabupaten Tangerang, pada umumnya.
*Ditulis oleh: Adjie Dwi Pangestu. Anggota HMI Cabang Kabupaten Tangerang.