PANDEGLANG | Ada sebuah pemandangan berbeda di halaman Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Pandeglang, pada Jumat malam, (2/10).
Sebuah keranda mayat dibawa sejumlah mahasiswa dalam gelaran aksi teatrikal. Sebagai bentuk protes atas capaian kinerja Pemkab Pandeglang dalam menangani Covid-19.
Dede Juhaedi selaku aktivis Pandeglang menuturkan, teatrikal ini sebagai aksi sosial mengheningkan cipta, karena telah matinya hati pemimpin di Kabupaten Pandeglang.
Baca Juga
- Luther dan Helen, 2 Anak Badak Jawa Lahir di TN Ujung Kulon
- Lingkar Peradaban: Isu Kemunculan PKI Untuk Kepentingan Politik
“Kami menilai selama ini Pemkab Pandeglang telah gagal menangani pandemi Covid-19. Hal ini dibuktikan dengan carut marutnya penyaluran bansos,” ujarnya kepada awak media.
Lebih lanjut, Dede mengungkapkan, Pemkab Pandeglang juga tidak transparan soal penggunaan anggaran yang dialokasikan dalam penanganan Covid-19.
“Semestinya pemkab lebih mengutamakan kepentingan rakyat bukan justru kepentingan politik pribadi,” ungkapnya.
Selain mengheningkan cipta simbol kegagalan, massa aksi juga membacakan puisi sebagai bentuk kekecewaan terhadap pemerintah yang tidak pro terhadap kepentingan rakyat.
Sementara itu, Gugun selaku pegiat seni menuturkan, aksi teatrikal yang dibawakan mengandung pesan, masyarakat harus mendapatkan perhatian khusus, bukan hanya sebatas dijadikan kepentingan politik semata.
“Saat ini Pandeglang akan melangsungkan pilkada di tengah Pandemi, kami berharap kepada PJs Bupati yang baru saja bertugas untuk serius melayani masyarakat. Jangan sampai ada keberpihakan terhadap salah satu paslon tertentu. Harus bersikap netral,” tegas Gugun.
Masih menurut Gugun, aksi teatrikal ini sebagai bentuk kreasi anak-anak muda dalam pencerdasan dan membangun kepekaan sosial melihat situasi kondisi yang terjadi.
“Dalam waktu dekat ini, kami akan melakukan gerakan yang lebih besar lagi untuk memberikan keranda sebagai simbol kegagalan pemerintah Kabupaten Pandeglang,” pungkasnya. |We.
