
BERBEDA dengan periode yang sudah lewat, kini sumber daya politik untuk aktivis mahasiswa terkini, melimpah ruah.
Dulu, kerangka teoritis untuk aktivis mahasiswa tak jauh dari rumusan “agen perubahan”, “generasi pendobrak”, atau “penjaga moral politik”.
Formulasi seperti di atas bukannya sudah out of date (basi). Melainkan justru bisa lebih diperkaya.
Aktivis mahasiswa kekinian lebih dari sekadar: agen perubahan, pendobrak, dan penjaga moral. Melainkan: penentu arah politik. Mengapa?
Baca Juga
- Refleksi dan Proyeksi Awal Tahun: Setengah Ciri Tangerang yang Hilang
- Pak Bupati, Lihatlah Tangerang dari Belakang, Jangan-Jangan Belum Gemilang
Dulu sumber daya politik aktivis mahasiswa berada dalam batok kepala saja, yakni soal intelektualitas, daya kritis, atau kemampuan berwacana.
Kini semua potensi ideal itu, berwujud konkret.
Anak-anak muda punya kecanggihan memainkan perangkat, teknologi, sistem, dan juga jaringan. Anak-anak muda terkini, mampu mewujudkan secara konkret kekuatan nalar dan wacana mereka menjadi sesuatu yang konkret, berfaedah, berguna, serta mencengangkan.
Di dunia bisnis, hiburan, marketing, profesional, dan akademik, kaum muda benar-benar mampu berjaya.
Berkat kemampuan mengolah piranti teknologi, mereka sanggup secepat kilat menjadi pemain inti.
Dalam bisnis berbasis internet, banyak yang kaya mendadak. Di pentas hiburan, berjejal anak muda yang menjadi pesohor (Selebgram, Youtuber, dll). Juga bidang lain.
Lalu di panggung politik, bukankah itu bisa terjadi?
Artinya bukan mustahil aktivis mahasiswa di Tangerang, misalnya, menjadi strong people alias tokoh berpengaruh. Jika mereka bisa menjadi Selebgram politik, misalnya. Ini untuk kasus perorangan.
Sementara sebagai komunitas, mereka bisa menjadi kelompok penekan (pressure group), yang menjadi pengimbang kekuasaan.
Bahkan pun jika perlu, barisan aktivis mahasiwa Tangerang sangat terbuka menjadi kekuatan penggedor. Pendobrak kebekuan. Lewat artikulasi atawa kecanggihan bermanuver. Dan kesemuannya berbasis IT.

Aktivis Mahasiswa Tangerang punya potensi mengelola sistem, merakit aplikasi, menggenjot mesin Medsos yang kuat serta populer, seraya menyaji konten cerdas nan menarik, lalu dilirik publik. Kesemuanya menjadi daya tarik dan potensial menjadi saluran kegelisahan publik.
Malah jika berani nekat, mereka pasti sanggup menciptakan jejaring politik besar lewat dunia maya.
Diskusi di atas, baru menyentuh aspek perangkat lunak dan keras (gagasan dan sistem kerja). Lalu adakah objek atau sasaran faktual yang bisa mereka garap? Jawabannya bukan hanya tersedia, melainkan melimpah. Syaratnya: mereka cerdik membaca peluang.
Pelatuk isu untuk digoreng anak muda, bisa dalam bentuk isu nasional dan juga lokal. Tentu dengan artikulasi cerdas serta mencerahkan.
Dan di Tahun 2022 ini, ada agenda yang memenuhi semua konteks, lokal dan nasional. Yakni persiapan tahapan Pemilu 2024.
Aktivis mahasiswa bisa masuk dan menjadi kekuatan utama. Mereka berpotensi meramaikan, memunculkan gagasan, mengkritik, serta menekan para pengambil keputusan.
Misalnya saja di tahun ini adalah menggedor partisipasi publik untuk soal penyelenggara KPU (juga Bawaslu, sampai PPK dan PPS).
Juga masalah pengelompokan Daerah Pemilihan. Termasuk usulan menambah kursi DPRD Kab. Tangerang.
Ini adalah salah satu misal, pintu masuk gerakan mahasiswa Tangerang. Selain isu-isu lain yang butuh respon mereka.
Dengan catatan, mereka mencoba rekayasa gerakan kekinian. Yakni gerakan politik digital.
*Ditulis oleh: Endi Biaro. Pegiat literasi.