Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.
Teriring salam hormat dan doa, semoga Bapak Bupati senantiasa diberikan kesehatan dalam menjalankan tugas sehari-hari.
Perkenalkan pak, nama saya Bagus Muhamad Rijal, mahasiswa yang pernah belajar di Jurusan Hubungan Internasional. Bukan siapa-siapa, hanya salah satu warga yang mengagumi kepemimpinan dan program bapak dalam pembangunan di Kabupaten Tangerang.
Sebagaimana kita ketahui, beberapa waktu terakhir bangsa kita sedang mengalami musibah. Sangat menggemparkan: Covid-19.
Secara nasional, penyebarannya semakin meluas. Sejak kasus pertama terkonfirmasi. Tepatnya, 02 Maret 2020. Hingga hari ini, Senin, (29/03/2020) tercatat ada 1.285 kasus positif, 114 meninggal, dan 64 orang sembuh.
Tak terkecuali di Kabupaten Tangerang. Sejak pertama hingga hari ini, setidaknya ada 307 kasus ODP dan PDP, 18 orang positif, 1 orang sembuh, dan 1 orang meninggal.
Pak bupati, tentu kita semua berduka dengan terus menyebarnya virus ini. Berharap untuk segera teratasi tanpa ada lagi korban-korban berikutnya. Sehingga kita tidak menghabiskan waktu untuk saling menyalahkan. Namun dalam upaya menuntaskan kasus ini, kita harus sepakat bahwa: TIDAK CUKUP dengan imbauan semata.
Pak Bupati, saya dengar dan baca; Kabupaten yang sama-sama kita cintai ini sudah masuk dalam zona merah. Ini mengerikan pak.
Baru tadi saya mendapat kesempatan berbincang dengan salah satu penjual makanan disalah satu perumahan yang menggambarkan betapa ketatnya imbauan di kampung halamannya: Bandung. Aktivitas benar-benar berkurang, tapi di sini masih seperti biasa. Laki-laki asal Bandung itu pun keheranan.
Baru-baru ini juga, saya melakukan riset kecil soal Covid-19, mayoritas warganet kita ingin imbauan dan aksi yang lebih tegas bahkan sebagian lagi mendorong: Karantina Wilayah.
Saya mengapresiasi 4 langkah bapak dalam menetapkan status darurat, hingga meliburkan sekolah, melarang kerumunan, dan menunda kegiatan-kegiatan besar.
Tapi saya dan masyarakat kecil lain mempertanyakan, soal libur sekolah mungkin anak-anak yang diliburkan itu tidak akan tertular di sekolah tapi bagaimana dengan virus yang sangat besar kemungkinannya untuk dibawa oleh orang tua ke rumah?
Lagi pula kalau boleh jujur, imbauan pemerintah kepada masyarakat terbukti tidak mempan membatasi mobilitas.
Pak Bupati kalau boleh jujur lagi, penyebaran di daerah kita ini cukup cepat bahkan mungkin sangat cepat. Tapi bapak beruntung, masyarakat Kabupaten Tangerang sangat solid, di mana-mana warga melakukan penyemprotan disinfektan secara mandiri, organisasi banyak yang melakukan kegiatan berbagi masker, hand sanitizer, serta APD. Sehingga, pemerintah tetap terlihat memberikan solusi ditengah pandemi.
Mohon maaf jika tulisan ini mengganggu bapak, tapi akhir-akhir ini, saya perhatikan di media sosial Pemerintah Kabupaten dan Bapak pribadi belum ada kebijakan baru merespon zona merah ini.
Pak Bupati, saya pernah membaca adagium: Keselamatan Rakyat Adalah Hukum Tertinggi. Daerah-daerah lain, Tegal, Tasikmalaya, hingga Kalimantan Timur pelan tapi pasti rasanya memaknai adagium di atas dengan mulai melakukan Karantina Wilayah.
Karantina Wilayah adalah upaya untuk menutup sementara akses masuk dan keluar disuatu wilayah. Dengan basic ilmu Hubungan Internasional, saya membaca beberapa referensi, Karantina Wilayah ini pernah diterapkan dibeberapa wilayah di dunia. Misalnya, partial atau local lockdown di Provinsi Hubei, China telah terbukti efektif menurunkan kasus 37% lebih rendah dibandingkan kota lain yang tidak menerapkan sistem ini.
Simulasi model oleh Lai Shengjie dan Andrew Tatem dari University of Southampton, UK menunjukkan, jika sistem deteksi dini dan isolasi ini diberlakukan 1 minggu lebih awal, dapat mencegah 67% kasus, dan jika diimplentasikan 3 minggu lebih awal, dapat memotong 95% dari jumlah total yang terinfeksi, bahkan bukan hanya negara tapi kota, tempat awal virus ini muncul yakni Kota Wuhan, mereka sukses menekan angka penyebaran dengan karantina wilayah.
Karantina Wilayah mungkin akan menggangu stabilitas ekonomi terlebih kita kota seribu industri. Namun, rasanya disaat seperti ini, keselamatan warga Kabupaten Tangerang jauh lebih penting daripada perihal ekonomi itu. Seperti adagium yang tadi saya sebutkan, “Keselamatan Rakyat Adalah Hukum Tertinggi”. Kita semua tidak ingin mendengar korban lebih banyak lagi.
Pak Bupati, saya mengapresiasi dengan sigapnya Pemda mengalokasikan anggaran 47 Mliyar untuk pencegahan Covid-19. Walau belum tahu untuk pencegahan yang seperti apa (?).
Tapi ini menjadi harapan, bahwa sekalipun mengharuskan karantina wilayah, Pemda pasti punya solusi untuk menyiasati pengelolaan dan penggunaan anggaran untuk membantu pemerintah pusat. Jika diperlukan anggaran kunjungan kerja para anggota dewan misalnya, atau pengeluaran SKPD yang tidak prioritas itu bisa dialihkan untuk mensubsidi kebutuhan pokok masyarakat selama Karantina Wilayah nanti.
Pak Bupati, kita pasti sepakat, Covid-19 ini pandemi global yang tidak bisa dianggap remeh. Wabah ini musibah yang luar biasa, sehingga penangananya tidak boleh dengan kebijakan yang biasa saja, seperti yang sudah dilakukan.
Pahit memang juga mengerikan, tapi kita tidak punya banyak waktu dan tidak punya banyak pilihan. Saya kira Karantina Wilayah harus segera dibahas dan direncanakan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Tangerang.
Terlebih pemerintah pusat sedang mempersiapkan Peraturan Pemerintah (PP) soal Karantina Wilayah.
Jadi tak ada salahnya kalau kita bergerak lebih awal seperti kota-kota lain? Sehingga memiliki waktu yang lebih lama untuk membuat formulasinya. Juga memiliki waktu yang lebih lama untuk berkoordinasi dengan Kepolisian dan Dinas Perhubungan, serta instansi terkait.
Pak, saya yakin, saya tidak sendiri, aktivis organisasi lain juga rasanya sedang mempersiapkan hal serupa, meminta bapak untuk melakukan dan mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang lebih solutif, termasuk Karantina Wilayah.
Pak Bupati, terakhir saya dengar mungkin salah satu rencana mulia bapak, membuat Wisma Atlet Griya Anabatic, Perumahan Dasana Indah, Kelurahan Bojong Nangka, Kecamatan Kelapa Dua, sebagai tempat isolasi. Tapi dayung tak bersambut, rencana tersebut mendapat penolakan dari warga setempat. Semoga menjadi pertimbangan.
Akhirul kalam, saya berdoa semoga Covid-19 segera menghilang dari Kabupaten yang sama-sama kita cintai ini.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh
Tangerang, 30 Maret 2020
Bagus M. Rijal