spot_img
spot_img

Raja Banten dan Kancil Pilek

Ilustrasi kelaparan (Kontan/Sugiarti)

Oleh: Endi Biaro*

SINGA mengaum. Semua binatang di hutan ditanyai satu persatu: apakah mulut aku wangi?

Sontak semua penghuni rimba terpaksa mengakui.

“Benar. Aroma mulut Anda duhai Raja, semerbak wangi!”

Faktanya justru sungsang. Mulut Sang Singa, busuk tak kepalang. Semua binatang tahu itu. Tapi tak berani mengungkap yang sebenarnya.

Kecuali satu saja, yang secara cerdik bersiasat licik.

Tatkala Sang Singa bertanya perihal aroma mulutnya, lugas ia menjawab:

“Maaf Paduka Singa, Saya sedang pilek. Jadi tak mampu mengendus bau apapun.”

Si cerdik ini bernama kancil.

Semua penguasa nyaris seperti Sang Singa. Mengandalkan kekuatan dan daya bunuh, untuk memaksa siapapun bungkam!

Atau, kalaupun membolehkan rakyatnya bicara, maka harus sesuai keinginan Sang Raja. Rakyat harus berbohong. Kebenaran wajib disimpan.

Lantas kebusukan dan bau bacin nan menyengat, terus menerus berlangsung. Tak ada perbaikan.

Kalaupun ada pihak yang tak ikutan dusta berjamaah, maka paling banter serupa dengan kancil, pakai exit strategy, alias menghindar. Berabe!

Tragedi rakyat Banten yang perlaya karena lapar, adalah bau busuk kekuasaan. Sialnya, bukannya meminta maaf dan berjuang agar tragedi serupa tak terulang, mereka malah membuat Siasat Singa!

Dengan menjijikan, para penguasa di Banten kekeh menutupi kebenaran. Dengan kekuasaan di tangan, merekayasa seolah-olah Si Ibu yang telah tiada, wafat lantaran kelelahan.

Para Raja Banten hari ini ingin tetap disebut bermulut wangi. Padahal busuk menusuk.

Lalu ke mana Sang Kancil cerdik? Bukan hanya ada, malah belasan, ratusan, para politisi licik pengecut, lari dari kewajiban asasi mereka, yakni mengungkap informasi asasi.

Para politisi kancil hanya memikirkan keselamatan sendiri. Mereka memang tak mewangikan bau enek penguasa, tetapi juga tidak mengungkap kebenaran.

Beruntung di Banten tak cuma ada Singa Buas, Kancil Licik, dan binatang pengecut.

Masih ada badak, landak, dan gagak! Badak tak akan peduli, masih sanggup menanduk dan menyeruduk.

Landak tak akan lari, dia masih bisa menusuk. Gagak tak akan memanipulasi informasi, dia akan tetap teriak.

Maka kita rakyat jelata, yang tidak terikat oleh Proyek APBD, tak duduk di Dewan, bukan bagian dari penikmat kuasa rezim, hanya punya pilihan sempit.

Jadi gagak, landak, atau badak!!!

*Penulis adalah rakyat Banten yang miskin, tapi tak ingin mati kelaparan lalu informasinya dipalsukan.

Loading

VINUS TV

BERITA TERBARU

IKLAN

spot_img
spot_img

BERITA TERPOPULER

IKLAN

spot_img
spot_img

BERITA TERKAIT

Nomor Urut dan Persepsi Publik

Quo Vadis Sirekap Pilkada 2024

Stagnasi Rekrutmen Kader Baru PMII Di Kampus

Dialektika Kaum Muda di Pilkada

Data Bersih, Pilkada Rapih

IKLAN

spot_img
spot_img
spot_img
spot_img

SEPUTAR BANTEN

IKLAN

spot_img
spot_img
spot_img

SEPUTAR DESA

Masyarakat Pasir Bolang Demo Alfamart