KREATIVITAS merupakan naluri kita yang terbawa sejak lahir. Sifat hakiki insan sebagai manusia dan memahami bagaimana cara dan proses seorang berpikir akan mampu meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam memecahkan masalah, mengambil keputusan, maupun mengembangkan gagasan atau ide.
Ekonomi kreatif adalah sebuah konsep di era ekonomi baru yang mengintensifkan informasi dan kreativitas dengan mengandalkan ide. Faktor utamanya, pengetahuan dari sumber daya manusia. Sedangkan, inovasi adalah kemampuan untuk menerapkan solusi kreatif terhadap masalah dan peluang untuk meningkatkan atau memperkaya kehidupan orang-orang.
John Howkins dalam bukunya The Creative Economy: How People Make Money from Ideas, pertama kali memperkenalkan istilah ekonomi kreatif. John Howkins mendefinisikan ekonomi kreatif sebagai the creation of value as a result of idea.
Howkins menjelaskan ekonomi kreatif sebagai “kegiatan ekonomi dalam masyarakat yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk menghasilkan ide, tidak hanya melakukan hal-hal yang rutin dan berulang. Karena bagi masyarakat, menghasilkan ide merupakan hal yang harus dilakukan untuk kemajuan.”
Sektor ekonomi kreatif merupakan hal yang penting. Karena dapat menumbuhkan produktivitas masyarakan dalam berinovasi dan menciptakan peluang lapangang kerja.
Seharusnya, Tangerang sebagai daerah seribu satu industri bisa memanfaatkan setuasi limbah produksi prusahaan untuk menjadi industri Kreatif. Dalam mendorong pembangunan daerah dan berkerjasma dengan stakholder yang ada, serta upaya meminimalisir pengangguran pemuda daerahnya.
Tangerang perlu mengembangkan ekonomi kreatif, karena tersimpan puluhan bahkan ratusan potensi produk kreatif yang layak dikembangkan di Tangerang namun Butuh dukungan dari pemerintah. Hal ini berpotensi besar dalam memberikan kontribusi yang signifikan dan dapat memberikan dampak positif yang luar biasa.
Ekonomi kreatif harus di bangun dari mulai di desa. Dengan memanfaatkan BUMDes. Kemudian mengajak masyarakat dan melibatkan pemuda untuk lebih produktif mengolah produk berbasis kreativitas.
Karena dari desa, dengan kreatifitas BUMDes maupun pembangunan kelompok masyarakat kreatif akan tertanam nilai-nilai budaya luhur (cultural heritage) yang kental. Seperti teknologi, cagarbudaya, ariwisata, batik, songket, wayang, pencak silat, dan seni budaya lain.
Pemerintah pun harus berperan untuk meningkatkan harga produktivitas. Karya dari produk ekonomi kreatif harus memiliki nilai jual yang stabil. Agar masyarakat lebih produktif dalam berinovasi. Misalnya, membuat satu wadah pasar penjualan yang berbasisi online.
Bila kita proyeksikan ekenomi kreatif ini ke desa, maka setiap domain dari kegiatan ekonomi desa tersebut saling berhubungan. Kemudian terciptanya Creative Cluster yang merujuk pada pengertian industri di desa, baik komersial maupun non-profit. Creatif workforce adalah pekerjaan yang dapat dihasilkan desa, dan Creative Community adalah wilayah desa di mana Creative Cluster berada.
Seandainya UKM berbasis pedesaan dapat melakukan konvergensi dengan BUMDes, maka akan dapat menumbuhkan ekonomi kreatif di pedesaan yang memberikan multiplier effect cukup besar terhadap ekonomi daerah. Hal ini ditinjau dari: potensi pasar, potensi ekonomi, potensi untuk sukses, dan dampak terhadap rakyat miskin dan tentu saja dapat menciptakan kemandirian ekonomi mayarakat desa.
Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk meningkatkan ekonomi kreatif di pedesaan. Tak lupa pula, pemerintah harus berperan maksimal dalam mengontrol perkembangan kreatifitas BUMDes. Serta mendukung kegiatan terhadap pemuda dan mahasiswa untuk berperan menjadi pelaku UKM. Caranya, memberikan pendanaan investasi di awal.
Sebenarnya potensi ini pula yang tengah dibidik Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi RI (Kemendesa PDTT) yang sedang berupaya menumbuhkan desa-desa, agar dapat menjadi pelopor dalam ekonomi kreatif mulai dari Tangerang untuk Indonesia.
Penulis adalah pengurus Gerakan Muda Jayanti
