
TANGERANG | Belasan mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Tangerang (AMT) kecewa lantaran Bupati Tangerang tidak menemui massa aksi, pada Kamis (29/12).
Kedatangan mahasiswa di depan Gedung Bupati dalam rangka menuntut dan mempertanyakan perihal kinerja pemerintah daerah dalam kurun waktu satu tahun terakhir yang dianggap tidak maksimal.
Kepada Vinus, Koordinator Aksi Abdul Ajis mengatakan, Bupati Tangerang dianggap tak merespons aspirasi mahasiswa. Padahal ini menyangkut kritik atas kinerja selama 1 tahun.
Baca Juga
- Himata Demo Pemkab Tangerang, Beri Rapor Merah di Hari Jadi ke-390
- Demo HUT Ke-194, Bupati Lebak Temui Massa Aksi
Pihaknya menyayangkan sikap orang nomor satu di Kabupaten Tangerang yang tidak menemui mereka saat menyampaikan aspirasi.
“Kehadiran kami di sini hanya ingin menyampaikan beberapa catatan saja yang seharunya didengarkan langsung Zaki Iskandar selaku Bupati Tangerang,” ujarnya.
Masih kata Ajis, sebagai mitra kritis dari pemerintah, pihaknya tidak akan gentar dan akan terus mengawal dan mengontrol sendiri terkait kebijakan dan janji politik yang hari ini perlu dikritisi.
Sementara itu, koordintaor lapangan Hidzal Muarif menyampaikan beberapa catatan kinerja yang dianggap gagal dan harus disampaikan. Mahasiswa tidak boleh diam dan acuh terhadap hal tersebut.
Ada banyak persoalan, lanjut Hidzal, harus dibenahi secara serius. Agar kinerja pemerintah daerah sesuai dengan fungsinya dan berdampak positif bagi masyarakat.
“Aksi kali ini kami jadikan momentum untuk memberi penegasan kepada Pemerintahan Daerah Kabupaten Tangerang,” ujarnya saat aksi di depan gedung bupati.

Kata dia, setidaknya ada 3 catatan serius yang harus dievaluasi oleh Bupati Tangerang. Jangan sampai tiga program unggulan ini hanya sebatas omong kosong yang nyaring bunyinya. Adapun tiga persoalan tersebut antara lain:
Pertama, program Gebrak Pak Kumis. Masih banyak sekali warga belum mempunyai hunian layak. Kabupaten Tangerang menjadi daerah dengan angka kemiskinan yang cukup tinggi di Banten, tentu program ini menjadi persoalan serius yang harus di benahi dengan baik.
Kedua, soal kemiskinan. Kabuputen Tangerang menurut data statistik Provinsi Banten menjadi wilayah dengan angka kemiskina yang paling tinggi. Hal ini tidak bisa dianggap sepele, walau dengan dalih banyak perantau atau pendudukan yang non asli Tangerang.
Seharunya masalah ini bisa ditanggapi dengan serius dan bahkan bisa jadi fokus utama Bupati Tangerang untuk menyelesaikan masalah ini.
Ketiga, program Sanitren. Benar-benar belum optimal, ada beberapa pesantren yang masih belum terjama dengan program ini, padahal sudah menjadi program unggulan dan sudah mendapat apresiasi dari pemerintah pusat perihal kinerja bupati.
Tapi pada kenyataannya mahasiswa sendiri masih mempertanyakan optimalisasi yang belum merata ke semua pesantren sesuai dengan anggaran yang sudah ditentukan.
“Kami menuntut Bupati Tangerang agar menyelesaikan persoalan tersebut. Kami juga akan terus mengawal kinerjanya sampai akhir masa jabatan,” tegasnya.
Pantauan di lokasi, aksi dilakukan oleh belasan mahasiswa yang tergabung dari beberapa kampus yang ada di Tangerang, diantaranya Kampus Universitas Cendikia Abditama (UCA) dan Kampus Insan Pembangunan (UNIPI). |We
![]()









