TANGERANG | Sudah sepuluh tahun, Iyah hidup menjanda dengan kondisi yang sangat memilukan. Sejak ditinggal Safri, suaminya, perempuan berusia 80 tahun dan tuna netra itu tinggal di gubuk tak layak huni.
Rumah Iyah masih beralaskan tanah, berdinding bilik, dan gentingnya bocor di sana-sini. Akibat kemiskinan dan kondisi fisik yang sudah melemah, Iyah tak sanggup memperbaiki rumahnya.
Warga Kampung Malang Nengah RT 002/003, Desa Solear, Kecamatan Solear, Kabupaten Tangerang ini, kini hanya mengandalkan hidupnya pada belas kasih tetangga, sudara, atau warga lain.
“Mudah-mudahan ada yang kasihan sama saya. Kalau ada yang peduli, saya bersyukur sekali,” harap Iyah kepada beberapa awak media ketika ditemui di kediamannya, Kamis (13/03) siang.
Mak Iyah begitu sebutan warga sekitar, sejak menikah dengan Safri tidak dikaruniai anak, sehingga kegiatan sehari-harinya dibantu warga seperti mencuci, buang air besar dan mandi.
“Kebutuhan sehari-hari Emak sering dibantu warga. Kalau malam-malam dibantu, kalau mau makan dan minum dibantu, mandi juga dibantuin,” ungkap Iyah sambil meneteskan air mata.
Sukar, salah satu tokoh masyarakat setempat, mengatakan Iyah memang warga asli yang sudah puluhan tahun tinggal di Kampung Malang Nengah.
Ia mengaku sudah mengetahui kondisi Iyah. Namun mantan Ketua RT 002/003 ini tidak bisa berbuat banyak dan tidak bisa membantu secara maksimal. Ia hanya berharap warga miskin seperti Iyah segera ditangani pemerintah daerah.
“Emak Iyah itu warga sini asli. Dari dulu sudah tingg di sini. Saya sendiri bingung mau lapor ke siapa supaya hidup Iyah dibantu pemerintah daerah,” pungkas Sukar.|CJ/bud