PANDEGLANG | Saung Inggris Kanguru hadir sejak awal Maret 2020. Suasananya tampak asri dan nyaman. Jauh dari kebisingan. Betul-betul tenang.
Di tempat itulah Abbadi Said Thalib mengabdikan diri untuk mendidik anak-anak. Tepatnya di Kampung Babakan, Desa Kadubale, Kecamatan Banjar, Kabupaten Pandeglang.
Pria yang pernah bekerja pada salah satu perusahaan coklat di Australia itu sengaja pulang untuk mendidik anak-anak di kampung halamannya. Agar memiliki kemampuan. Terutama bahasa Inggris.
Alumnus Unitirta yang nekat merantau ke negeri Kanguru ini miliki mimpi mulia untuk masa depan anak-anak di Desanya. Sebuah harapan baik untuk hidup yang lebih baik.
“Sepulang dari Australia, saya mendirikan tempat belajar bahasa Inggris. Tidak dipungut biaya atau gratis. Alhamdulillah saat ini sudah 55 siswa yang belajar. Baik itu anak usia dini maupun SD,” ujar Abbadi.
Usut punya usut, ternyata selain bekerja di Australia, pria yang kini berumur 32 tahun ternyata tak melupakan untuk mengasah ilmu. “Kerjanya di pabrik cokelat dari sore sampai jam 12 malam. Jadi paginya disempatkan untuk kursus,” sambungnya pada akhir Maret 2020
Di Australia, Abbadi masuk salah satu lembaga kursus bahasa Inggris, Queensland University dan Holmesglen College. Lokasinya di Melbourne.
“Konsep yang digunakan mirip yang di sana. Kebetulan anak saya yang pertama PAUD di Australia. Jadi langsung diaplikasikan. Sama dengan yang di Aussie.
Alumnus Untirta Serang Banten ini juga dulunya aktif di organisasi intra kampus. Dirinya mengatakan, konsep yang digunakan Saung Inggris Kanguru mengunakan cara belajar ceria dan interaktif melalui games, video animasi, dan bercerita.
“Alhasil, anak-anak merasakan senangnya belajar bahasa Inggris di lingkungan tempat tinggal mereka,” kata Abbadi.
Kata Abbadi, skill bahasa Inggris sangatlah penting. Agar dapat membuka kesempatan berkarir dan berkarya untuk bangsa dan negara. Serta dapat menggapai mimpi besar untuk lebih maju di Indonesia maupun di luar negeri.
Selain itu, banyak anak-anak di kampungnya yang memiliki latar belakang keluarga kurang mampu serta minim akses untuk mengenyam bangku kuliah.
“Di sini kebanyakan warganya hanya tamatan SD dan SMA. Saya berharap bisa memperluas lembaga kursus ini ke semua Kecamatan, terutama desa tertinggal. Namun, terkendala pada operasional yang hanya mengandalkan swadaya pribadi dan baru memiliki tiga orang tenaga pengajar,” katanya.
Tokoh masyarakat setempat Ijad apresiasi atas keberadaan Saung Inggris Kanguru di Kampung Babakan. Ia mengaku, keberadaan saung tersebut membantu anak-anak dan warga sekitar.
“Anak saya juga ikut belajar bahasa Inggris di tempat ini. Kadang bernyanyi dan bermain. Jadi anak-anak terlihat senang dengan metode pengajarannya,” tukas Ketua RW setempat ini. |Baris/We