TANPA aba-aba, muncul seketika. Alarm tubuh menyentak hebat.
Belasan hari lalu, Saya didiagnosis oleh dua dokter ahli di dua RS berbeda (EMC Kota Tangerang dan Hermina, Bitung, Kab Tangerang), memastikan ada tumor otak di dalam batok kepala Saya.
Semua valid, pemeriksaan via CT Scan dan Scan MRI.
Lazimnya, tumor otak diawali gejala: sakit kepala hebat, hilang kesadaran, atau seperti stroke.
Baca Juga
Hingga detik ini tubuh Saya bugar dan fisik fit.
Bahkan bisa bawa motor dan mobil sendiri. Saat ke kantor atau therapy ke RS.
Kecuali, sempat mengalami lidah kelu, bicara pelo, dan tangan kanan kebas (kesemutan). Tak lama tapi. Cepat pulih.
Kini, Saya bersiap operasi. Rangkaian persiapan dilakukan. Cek jantung, rontgen, daran, anastesi, dll.
Masih bolak-balik ke RS. Karena masih harus mengkonsumsi obat. Jika semua siap, tindakan operasi dilakukan.
Ini sangat beresiko. Bukan drama.
Bedah otak hingga hari ini masih menjadi horor.
Teknologi medis memang kian canggih, namun belum sepenuhnya aman.
Saya konsultasi ke para dokter ahli, termasuk sering diskusi ke senior yang manjadi pakar neuroscience (ahli otak). Opsinya memang operasi.
Detik ini plot twist berubah drastis. Semula sehat, kini di titik nadir.
Maka bismillah Saya harus siap.
Bagaimanapun Allah masih memberi Saya nafas segar. Bisa berdoa, bercengkrama dengan keluarga, saudara, tetangga, kolega. Paling penting, masih rutin menemani orang tua.
Batin Saya basah, dalam munajat dan harap. Allah pasti sudah mengatur.
Dia tak akan keliru mencukupkan hak-hak hambaNya.
Bapak, Ibu, teman-teman, dan adik-adik semua. Saya mohon maaf atas segala perilaku, salah dan khilaf selama ini. Semoga semuanya tetap sehat.
Catatan: jadwal operasi Saya RS EMC Kota Tangerang, di sekitar pertengahan Oktober (menunggu konfirmasi).
*Ditulis oleh: Endi Biaro, pasien tumor otak.
