spot_img

Nalar Logis Koperasi Merah Putih

Penulis: Endi Biaro*.

Kaidah emas untuk menguji daya manfaat Koperasi Merah Putih adalah dengan mengutip hadis Nabi:

Apabila suatu urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah kehancurannya. (HR. Bukhari dan Muslim).

Intisari ucapan Nabi ini tentang meritokrasi. The right man on the right place (orang yang tepat untuk posisi yang tepat).

Pengelolaan suatu perkara kepada orang atau pihak yang kompeten. Punya skill (keterampilan), berpengalaman, teruji, dan paling penting jujur. Dalam teori manajemen profesional, disebut kapabilitas.

Baca Juga 

Bagaimana dengan KMP (Koperasi Merah Putih)?

Didorong dari atas, bersegera membentuk struktur pengurus dan pengawas, melibatkan ratusan ribu manusia saat ini juga, apa yang bisa terbaca?

Jumlah desa dan kelurahan di Indonesia sekitar 80.000an. Tak ada gambaran soal sumber daya yang mencukupi, perihal yang paling cakap mengelola KMP di mana-mana.

Lalu KMP harus mengelola guliran dana komersil (dari Bank), untuk dioperasikan dalam program bisnis, harus menguntungkan, agar bisa mengembalikan.

Program ini melanjutkan tabiat penguasa yang sudah-sudah. Bias populis, manipulatif, dan anti akademik.

Populisme hadir karena pro rakyat, pro koperasi. Padahal tak ada riset, kajian, debat terbuka, dan argumentasi logis sebelumnya.

Manipulatif karena dengan sengaja menelikung kesadaran publik yang rendah. Retorika penguasa adalah menyerang balik, saat ada pertanyaan kritis tentang KMP.

Anti akademik adalah absennya hitungan para pakar ekonomi, yang menelisik sampai ke akar, akan potensi kegagalan KMP.

Maka prediksi paling mudah, saat KMP menerima dana (sekitar Rp3 Miliar) adalah begini.

Mayoritas, agar mudah dan cepat, KMP mengeluarkan dana untuk program simpan pinjam. Tak terlalu ribet dan tak butuh feasibility studi (kajian mendalam).

Misal, dari tiga milyar, 50 persen untuk simpan pinjam, artinya Rp1,5 Miliar. Sisanya dicadangkan, untuk bayar angsuran pokok dan cicilan bunga.

Kemudian ada ratusan (bisa jadi ribuan) anggota yang aktif, mengajukan pinjaman. Lazimnya, calon kreditur harus memenuhi aneka syarat kemampuan, karakter, pengalaman, dan bisnis yang sudah dikelola.

Ini faktor obyektif. Masalahnya, faktor subyektif akan lebih kuat. Peminjam adalah warga, tetangga, sanak saudara. Potensi gagal bayar di depan mata.

Skema optimis yang lain, dana KMP digunakan untuk mengelola produk bisnis. Baik jasa, niaga, atau wisata. Tapi suasana ekonomi hari ini sedang tak ramah. Jangankan koperasi, berbagai korporasi raksasa pun tumbang.

Belum lagi gangguan eksternal. Saat dana KMP dari Bank Himbara cair, colekan aneka oknum berdatangan. Dari media, LSM, Parcok, Orang atas, dan lain-lain. Begitulah.

**Ditulis Oleh: Endi Biaro. Pegiat Literasi

Loading

VINUS TV

BERITA TERBARU

IKLAN

spot_img
spot_imgspot_imgspot_img

BERITA TERPOPULER

IKLAN

spot_img
spot_img
spot_img

BERITA TERKAIT

IKLAN

spot_img

SEPUTAR BANTEN

IKLAN

spot_img

SEPUTAR DESA

Masyarakat Pasir Bolang Demo Alfamart