spot_img
spot_img

Pancasila dan Politik Bangsa

Foto: Ilustrasi lambang Pancasila (Istimewa).

Oleh: Tubagus Soleh*

PANCASILA merupakan hadiah umat Islam untuk bangsa Indonesia. Politik bangsa tertinggi orang Indonesia adalah ketika mampu menegakkan Pancasila.

Pancasila sebagaimana termaktub dalam Preambule UUD 1945, merupakan dasar bangsa Indonesia. Sebuah fondasi bernegara.

Kokohnya Pancasila merupakan kuatnya Indonesia. Rubuhnya Pancasila pertanda kehancuran Indonesia. Pecah seperti bangsa terdahulu. Berkeping-keping.

Bagi bangsa Indonesia, Pancasila merupakan inti dari pandangan dan sikap hidup. Pancasila juga merupakan kalimatun sawa’. Kalimat yang menjadi tali pengikat yang kokoh bagi seluruh komponen.

Baca Juga

Mengenang Ideologi Soekarno Muda

Gandeng Visi Nusantara, BNI Jajaki Kerja Sama Pemberdayaan Masyarakat

Penjelasan Kyai Maruf Mantan Ketuan Umum MUI Pusat —kini wakil Presiden— diacara salah satu partai waktu itu, tentang Pancasila sangat mencerahkan.

Beliau dengan lugas menjelaskan bahwa Pancasila merupakan bentuk kesepakatan bangsa Indonesia. Lebih simplenya beliau menjelaskan, konsep apapun selain pancasila yang ingin menggantikan Pancasila pasti tertolak.

Penjelasan Kyai Maruf yang sederhana, lugas, dan mencerahkan tentang Pancasila sesungguhnya memberikan pemahaman kepada kita tentang politik bangsa yang harus kita jaga, rawat, dan tegakkan sehingga menjadi wujudnya: tegaknya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Politik bangsa yang adiluhung, bermartabat, berkeadilan, kemanusiaan, dan bergotong royong adalah menegakan Pancasila dalam jiwa dan raga bangsa Indonesia.

Partai politik yang hanya mengejar dan hawek pada kekuasaan serta melahirkan sikap koruptif sesungguhnya sedang menjerumuskan bangsa Indonesia ke jurang kehancuran.

Partai politik yang hanya memikirkan kepentingan dirinya sendiri sesungguhnya sedang membonsai bangsa Indonesia menjadi bangsa kerdil dan kecil.

Politik itu harus mampu menjadi pengayom bagi seluruh warga negara tanpa kecuali. Bukan hanya mementingan kelompoknya sendiri. Berpolitik bukan sekadar mempertahankan kekuasaan agar terus berada dalam genggaman.

Foto: Tubagus Soleh.

Yakinlah bahwa kekuasaan sekuat apapun dipertahankan pasti akan lepas juga bila tiba waktunya. Tidak ada dalam sejarah kekuasaan yang mampu bertahan abadi.

Jadi kita tidak perlu mati-matian menggunakan segala cara agar tetap bisa terus berkuasa. Namun yang paling penting adalah bagaimana ketika berkuasa mampu menegakan keadilan, kemakmuran, dan kebahagian bagi seluruh rakyat. Tanpa diskriminasi.

Kekuasaan akan bermakna ketika menegakan politik adiluhung. Bagi bangsa Indonesia politik adiluhung itu bernama Pancasila.

Karena sesungguhnya politik pangsa Indonesia yang sejati adalah membumikan Pancasila menjadi nyata dalam kehidupan sosial bangsa Indonesia.

Pancasila bukan sekadar jargon. Namun, jauh dari itu, ia merupakan pandangan dan sikap hidup bangsa Indonesia.

Partai politik sebagai institusi penyalur aspirasi seluruh rakyat Indonesia harus tegak lurus dalam hal Pancasila. Tidak boleh neko-neko.

Siapa yang bermain-main dengan Pancasila, sejarah bangsa sudah membuktikan dengan sendirinya: akan tertolak.

* Penulis adalah Ketua Umun DPP Ormas Kerabat dan Sahabat Kesultanan Banten (Babad Banten).

Loading

VINUS TV

BERITA TERBARU

IKLAN

spot_img
spot_img

BERITA TERPOPULER

IKLAN

spot_img
spot_img

BERITA TERKAIT

Data Bersih, Pilkada Rapih

Data Raksasa di Pilkada, No Drama!

Melawan Perang Dusta di Pilkada

KPU, Putusan MK, dan Gerakan Mahasiswa

IKLAN

spot_img
spot_img
spot_img
spot_img

SEPUTAR BANTEN

IKLAN

spot_img
spot_img
spot_img

SEPUTAR DESA

Masyarakat Pasir Bolang Demo Alfamart