
TANGERANG | Sebaiknya yang sudah bangkotan (baca: tua dan lama) tau diri. Tidak memaksakan ikut kontestasi. Serahkan saja pada yang muda, enerjik, kreatif, dan visoner.
Demikian disampaikan Fajar Maulana. Mahasiswa asal Kecamatan Sukamulya Kabupaten Tangerang. Menanggapi kemunculan beberapa senior dalam perebutan KNPI Tangerang 1.
Dirinya menilai, suksesi kepemipinan itu sifatnya periodik. Ada yang lima tahunan, empat tahunan, tiga tahunan, bahkan tidak jarang hanya satu tahun. Tergantung aturan main masing-masing organisasi.
Baca Juga
- Dulu, Sejuta Jawara dan Ulama, Sekarang Sejuta Korupsi
- Komunitas Cangkir Jalanan Serbu Citra Raya, Sajikan Seribu Kopi Gratis
Fajar berasumsi bahwa masa kepengurusan itu idealnya berjenjang. Artinya terus meningkat. Dari kecamatan selanjutnya mengisi posisi kabupaten. Dari kabupaten naik menjadi pengurus provinsi. Dan seterusnya.
“Jika ada figur mumpuni di salah satu OKP tingkat kabupaten, memiliki track record bagus, punya gagasan, dan berprestasi, ia layak berebut gedung graha pemuda,” ujarnya saat bincang dengan wartawan Vinus.
Atau, lanjut Fajar, kalau ada ketua KNPI tingkat kecamatan yang kinerjanya bagus, di atas rata-rata, baru pantas ikut kontestasi menjadi ketua KNPI tingkat kabupaten. Naik tingkat karena prestasi dan dukungan.
Dirinya menyayangkan kehadiran beberapa figur yang kemungkinan besar akan maju sebagai calon ketua KNPI. Jika diamati, rata-rata sudah berkali-kali. Mereka sudah sangat lama.
Idelanya, bagi setiap figur, maksimal dua kali sebagai pengurus pada tingkatan yang sama. Dan tentu mereka masih etis mencalonkan diri sebagai ketua.
“Kalau sudah tiga atau empat periode, itu namanya membunuh kader muda untuk berkembang,” ujarnya pada Rabu, (06/10).

Lanjut Fajar, ada satu generasi yang terpental, kalau yang tua masih doyan main di KNPI. Generasi berikutnya, yang seharusnya belajar menjadi pemimpin, kandas oleh aktivis bangkotan yang tidak mau mengalah.
Dia berharap, KNPI Tangerang kali ini dipimpin dan diisi oleh anak-anak muda yang enerjik, berangkat dari kecamatan atau OKP tingkat kabupaten. Atau setidaknya baru sekali menjadi pengurus tingkat kabupaten.
Fajar menilai, rekam jejak kandidat tua kan biasa-biasa saja. Mereka tidak membuktikan piawai berorganisasi. Hasil kerjanya tidak moncer. Jalan di tempat. Terus kenapa ngebet jadi ketua?
“Musda itu harus dimaknai adu gagasan ketua/pengurus OKP dan Ketua tingkat kecamatan. Atau figur lain yang relatif belum terlalu lama di KNPI,” lanjutnya.
Ini hajat pemuda. Dalam artian, hajat OKP dan KNPI Kecamatan untuk mengadu gagasan. Bukan sebaliknya, menjual rekom kepada aktivis tua. Gaya dan cara itu sudah harus dihilangkan.
“KNPI sebagai laboratorium kepemimpinan akan sulit melahirkan figur hebat jika dinahkodai oleh itu lagi-itu lagi,” sambung salah satu lulusan SMAN terbaik di Tangerang ini.
Namun demikian, Fajar tidak mengatakan ada larangan bagi orang lama untuk mengikuti kontestasi pada Musda 29-30 Oktober mendatang. Dirinya hanya berharap ada regenerasi kepemimpinan.
“Kasihan generasi milenial, yang ingin berkarier dan belajar berorganisasi, jika posisi strategis diisi pemain lama. Harapan menemukan pemimpin Tangerang yang visioner akan semakin sulit,” tutupnya. |We